ICE CREAM

347 122 12
                                    


Ponsel Mala kembali berdering. Berkali-kali. Chat dari Maya masuk bertubrukan karena begitu bahagia saat Tyo bersedia menemaninya sampai Mala pulang.

Maya

"Jangan buru-buru pulang, ya!"

"Nikmatin aja berduaan sama Mas Arif,"

"Ciyeeeeeh, semoga lancar jaya,"

"Doain gue juga yak😘😘😘😘"

"Pulang jam 20:59 aja! Okeey!!"

"Muaaaaach 😍😍😍😘😘😘😘"

Arif yang ikut menatap layar ponsel itu. Dis menyembunyikan senyuman. Kali ini 'nyamuk' mendukung misinya hari ini. Menghabiskan waktu panjang bersama Mala. Karena sudah hampir mendekati Magrib, mereka beranjak dan mencari musala terdekat. Antrian toilet perempuan begitu ramai. Mala terburu-buru memakai mukena yang tersedia di lemari, saat Imam sudah memulai aba-aba untuk merapatkan shaf.

"Allahu .. Akbar .." Imam memulai sholat.

Lantuan surat Al insyirah pada rakaat pertama, begitu merdu. Menyentuh hati Mala. Dia hampir meneteskan air mata. Salah satu surat favoritenya. Ayat ke-5 selalu dijadikan jimat untuk menenangkan pikirannya kala masa lalu terus mengganggu.

"Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,"

Sepanjang 3 rakaat begitu khusyu'. Setelah Imam menyelesaikan doa, Mala mencoba mengintip dari balik tirai Imam salat tadi.

"Siapa tahu jomblo!" pikirnya. Eits.

"Trus, Mas Arif? Nggak boleh labil Mala, NGGAK BOLEH!! ASTAGHFIRULLAH!" ucap hati Mala pada dirinya sendiri agar segera tersadar. Dia mengurungkan niat dan segera melipat mukena lalu keluar.

"Masya Allah, Mas merdu tenan. Sudah sering jadi Imam?" ucap salah seorang pria pada Arif di lorong musala. Prosesor di kepala Mala berjalan lambat.

"Kadang-kadang aja, Mas." Arif menjawab dengan senyuman. Mala sudah tidak lagi mendengar perbincangan mereka. Dia berjalan menuju parkiran mobil.

"Suara Imamnya, bagus ya, Mas," ucap Mala pada Arif saat baru masuk ke dalam mobil.

"Alhamdulillah," balas Arif dengan wajah datar. Mala hanya memandangi dengan alis sedikit mengerut.

"Gue salah ngomong, ya?" pikirnya.

Perjalanan menuju rumah Mala berjalan lancar. Meski, ramai mobil dan motor di jalanan. Tetapi, di dalam mobil serasa seperti rumah kosong tak bertuan. Tidak ada di antara mereka yang bersuara. Saat mendekati persimpangan jalan menuju rumah Mala, mobil Arif berjalan pelan. Motor dan mobil sedang mengantri untuk berbelok ke kanan. Memang daerah perumahan Mala cukup padat penduduk yang bekerja. Jika sudah melewati pukul 19:00 sangat ramai pekerja yang sedang dalam perjalanan pulang. Dari balik kaca mobil, Mala hanya memandangi warung sate madura di pinggir jalanan itu. Melihat Mala yang tak berkedip, Arif langsung bersuara.

"Mau makan sate?" tanya Arif yang terlihat mulai peka. Mala langsung mengangguk dengan senyuman.

Arif memarkirkan mobil dan mereka memesan satu porsi sate untuk dimakan berdua. Uwuh. Saat suapan pertama Mala sedikit malu.

"Maaf ya, Mas. Ini salah satu hobi saya, makan terus," kata Mala tersipu malu. Arif hanya tersenyum.

"Ya, nggak masalah. Yang penting hobi kamu bukan bikin orang kesel," sindir Arif

DINNER [AGT '22| TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang