TAKE AWAY

289 93 5
                                    

"Bayangin aja, orang yang keluarga sebenernya lebih mudah melepaskan aku dibanding ibu yang bukan siapa-siapa tapi, menerima aku dan memberi kasih sayang begitu besar."

*****

Mala benar-benar menyelesaikan pekerjaannya lebih awal. Sebelum jam 03.00 nanti baru sampai ke kantornya. Seperti biasa senyuman itu masih terdampar di wajahnya ada ini mereka akan pulang bersama. Kali ini tidak ada nyamuk di antara mereka. Pertama karena nyamuk satu masih berada di Semarang dan nyamuk lainnya sedang sibuk memperbaiki hubungan mereka.

Arif mau memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa mendapatkan hati Mala. Mereka tidak langsung menuju ke rumah. Arif membawa mala ke tempat favorite-nya untuk menenangkan pikirannya. Perjalanan lumayan jauh dari kantor menuju tempat itu.

"Ini kita mau ke mana, Mas?"

"Ke tempat favorite kamu nomor dua," jawab Arif dan Mala diam sejenak. Dia sendiri Masih memikirkan tempat apa yang menjadi favoritnya nomor dua

"Ehm.., warung martabak telur?"Mala malah balik bertanya. Arif hanya tertawa mendengarnya. Dia tetap tidak menjawab. Setelah membeli snack di minimarket dan dua gelas es kopi saat di perjalanan, Arif memasuki gerbang yang Mala kenal.

"Ya ampun, pantai?" ucap Mala tercengang.

"Aku nggak ingat kapan terakhir kali ke pantai, mmm.. thank youuu..," ucap Mala sambil mengelus pipi Arif dan memajukan bibirnya. Arif menyambut tangan itu lalu mengecupnya.

"Kapan, ya terakhir kali aku ke sini, udah nggak inget lagi," ujar Mala tersenyum lebar.

"Makanya, jangan sibuk kerja mulu sama ngurusin anak orang," balas Arif masih menggenggam tangan Mala. Penampakan sunset segera tiba, mereka tidak mau tertinggal momen itu. Arif segera memesan tempat tepat di depan lautan.

Di sana ada sekelompok mahasiswa yang baru saja sampai dan akan menginap. Mereka membentuk tenda. Melihat hal itu mengingatkan Mala saat masa kuliah. Dia menceritakan panjang lebar pada Arif. Di tengah lelahnya harus kuliah dan bekerja, Mala bersama teman sekelasnya menyempatkan untuk camping meleburkan segala lelah, rasa rindu jauh dari keluarga, tugas yang terus menumpuk karena waktu terasa begitu singkat setiap harinya.

"Kamu kangen sama mereka?"

"Lebih tepatnya, kangen dengan suasananya. Mas tahu sendiri aku orang yang sulit punya teman akrab. Tapi, aku nggak pernah memilih teman untuk ngerjain tugas atau saat mereka butuh bantuan. Satu kebetulan aja ketemu Maya di kafe waktu itu, dan keterusan sampai sekarang,"

"Sejak usia 13 tahun aku nggak pernah punya teman apalagi sahabat, nggak ada satupun manusia yang bisa aku percaya selain Ibu waktu itu. Ayah sebenarnya punya kakak kandung namanya Tante Risa. Waktu itu dia jemput aku dari Australia ke Jakarta. Tapi, bukan untuk merawat dan membesarkan aku, malah menitipkan aku di panti, sama Ibu Wid."

"Bayangin aja, orang yang keluarga sebenernya lebih mudah melepaskan aku dibanding ibu yang bukan siapa-siapa tapi, menerima aku dan memberi kasih sayang begitu besar. Saat itu aku nggak pernah percaya lagi sama siapapun sampai akhirnya aku ketemu sama Om Faisal, dia adik paling kecil Ayah. Waktu itu dia masih kuliah semester 3, jadi dia nggak bisa menampung aku karena dia sendiri masih sibuk kerja untuk biaya kuliahnya sendiri. Dia bukan orang yang cukup pintar untuk bisa kuliah dengan beasiswa."

"Setiap minggu dia datang dan selalu meyakinkan aku untuk sabar nunggu sampai dia punya pekerjaan yang bisa membiayai hidup kami berdua. Walaupun hidupnya sendiri sempit, tapi selalu berusaha ngirimin aku uang jajan setiap bulan. Sama sekali nggak pernah aku pakai sampai sekarang, biar nanti jadi tabungan untuk dia di masa tua." Arif menjelaskan panjang lebar hingga mata Mala tidak berkedip sedetik pun.

DINNER [AGT '22| TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang