Dinding Kasus terletak di koridor menuju ruang musik. Bentuknya berupa papan berwarna krem yang dilindungi oleh kaca. Belinda sering melewatinya, tapi sebelumnya ia tak terlalu memerhatikannya. Ia melihat liontin flute yang tergantung di dalamnya.Bagus. Artinya, Elise sudah setuju dengan perjanjian ini.
Belinda mengamati liontin itu selama beberapa saat. Dilihat dari dekat pun, ia tetap yakin kalau itu adalah miliknya. Setelah itu, ia melihat ke bagian lain dari Dinding Kasus. Pena tanpa pemilik, dengan keterangan ditemukan di Kelas Merajut. Kunci dengan gantungan kunci opal yang berketerangan ditemukan di kamar mandi lantai satu. Dan barang-barang hilang lain yang tergolong biasa. Lalu ia melihat sebuah kertas yang bertuliskan Dicari murid yang memecahkan guci di kamar kelas lima asrama Evertide, kemungkinan mempunyai rambut pirang. Silakan melapor pada siapapun prefek yang kamu percayai.
Dahi Belinda mengernyit. Hanya diumumkan seperti ini, siapa yang akan mengaku?
"Belinda Holywell, ya? Sepertinya kau sangat yakin kalau liontin itu milikmu sampai-sampai meletakkannya di Dinding Kasus."
Belinda menoleh, dan terkejut melihat seorang gadis dengan rambut cokelat yang dikeriting rapi berdiri di sampingnya. Ia pasti terlalu serius dalam pengamatannya tadi sampai tak sadar dengan kehadiraan gadis itu.
"Liontin itu memang benar-benar milikku."
Gadis itu tersenyum lebar, kepuasan berkilat di matanya. "Bagus sekali, aku suka pendirianmu. Setiap hal di Dinding Kasus ini tak akan luput dari setiap murid Palais Lyle. Kalau kamu menyerah, lebih baik berhenti sekarang. Karena semuanya akan tercatat dalam majalah sekolah, dan akan tersimpan selamanya. Contohnya, ini," katanya, sembari menunjuk pengumuman tentang guci yang pecah. "Jurnalis majalah sekolah akan mengusut kasus ini sampai tuntas. Perkembangan kasusnya akan ditulis dalam rubrik khusus. Saat sudah ditemukan pelakunya, kronologi dan motifnya akan diungkapkan, beserta ciri-ciri fisik pelakunya. Kalau kejahatan yang ia lakukan sudah keterlaluan, maka namanya akan disertakan juga!"
"Bukankah itu terlalu sadis?" tanya Belinda. Pemecahan guci tak sebanding dengan nama baik yang hancur.
"Memang. Tapi poinnya di sini. Sebelum jurnalis majalah sempat mengusutnya, maka lebih baik yang merasa melakukan segera mengaku ke prefek. Ini adalah teknik ancaman. Kau menerima hukumanmu secara rahasia dengan mengaku, atau membiarkan namamu rusak dengan tak mengakui perbuatan jahatmu. Sebenarnya, selain para prefek, dinding kasus juga yang berperan menjaga tata tertib Palais Lyle."
Masuk akal juga. Nama baik adalah hal terpenting, apalagi bagi kaum perempuan.
"Kau tetap yakin melanjutkan kasus ini?" tanya gadis itu. "Tentu saja. Aku tak akan membiarkan benda yang kusayang diambil begitu saja oleh orang lain."
Gadis itu bertepuk tangan dengan puas. "Sudah kutebak kasus pertama tahun ini akan menarik. Apakah kau mau aku membantumu? Aku punya sejumlah fakta mengenai Elise. Seperti kata Sun Tzu, kalau kamu mengenal musuh dan dirimu, tak perlu takut dengan hasil seratus pertempuran."
Belinda menimbang-nimbang apakah itu akan membantunya. "Apakah itu akan membuatku berhasil mendapatkan bukti?"
Gadis itu tertawa. "Mungkin saja, kau tak tahu pertempuran macam apa yang akan kau hadapi. Ayo, aku tahu kau akan ada di kelas musik denganku. Sekarang tidak ada orang, sempurna untuk berbagi rahasia."
Belinda mengikuti gadis aneh itu ke ruang musik. Kira-kira masih ada setengah jam sebelum pelajaran dimulai.
Ruang musik itu tak terlalu luas, tapi nyaman dan memiliki pencahayaan yang bagus. Sebuah pianoforte berada di samping meja guru. Sementara, kursi-kursi para murid berada di atas tiga undakan lantai yang berbentuk setengah lingkaran.
"Elise Northstar. Dia adalah putri Earl of Carleon. Kudengar bahwa selama ini nilainya bagus di kelas. Dia selalu berganti-ganti perhiasan layaknya murid lain berganti seragam. Ia juga sangat rapi, tak membiarkan ranjangnya berantakan dan akan melarang kalau ada orang yang duduk di kasurnya. Biasanya, ia pergi ke perpustakaan kota setiap hari Minggu."
Ia sangat sempurna, pikir Belinda. Lalu ia menyela, "Tunggu, bagaimana ini akan membantuku?"
Gadis itu tersenyum. "Aku akan sampai ke intinya. Perkenalkan, Amorette Everhart. Aku adalah jurnalis majalah sekolah. Kalau kamu bersedia kuwawancarai, aku akan memberitahumu suatu rahasia."
Belinda merasa dijebak. Jurnalis sekolah! Pantas saja gadis ini antusias sekali berbicara dengannya. Bagi Amorette, ia pastilah hanya gadis-yang-pasti-akan-menjual-tulisanku. "Tak mau," tukas Belinda. "Rahasia apanya, aku tak yakin itu akan berguna."
Mata abu-abu Amorette berkilau. "Yakin, kau tak mau tahu apa yang dilakukan Elise saat kau kehilangan liontin itu? Jujur saja, kalau aku jadi dirimu, begitu dapat rahasia ini aku pasti sudah menang. Jangan khawatir, aku punya buktinya. Begitu konkret sampai Ratu Irelia saja tak akan bisa menyangkal."
"Benarkah?"
Amorette mengangguk meyakinkan. "Tentu saja! Belinda, jangan lewatkan kesempatan ini. Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku saja soal usahamu. Bisa, kan?"
Ia sungguh telah dijebak. Seperti seekor tikus yang memakan remah-remah keju sampai masuk ke dalam perangkap. Namun, liontin itu lebih penting, kan? Kalau ia berhasil menemukannya, mungkin ayahnya akan senang juga. Pada hari hilangnya liontin itu, wajah ayahnya keruh sekali. Belinda menggigit bibir. Kalau ia saja sesedih itu, apalagi ayah. Liontin yang selama ini disimpan baik oleh istrinya hilang.
Wajar kalau ayah tak ingin melihatnya lagi.
Belinda tercekat saat Amorette menjentikkan jari di depan mukanya. "Benar. Kenangan berharga tentang masa lalu, tentu saja harus diperjuangkan."
"Baiklah. Aku setuju."
Senyum Amorette melebar. Sebenarnya ia memiliki wajah yang manis, kalau mata buasnya bisa diabaikan. Ia mengulurkan tangannya. "Oke, sepakat, ya. Kau akan memberitahuku semua yang kau lakukan untuk dapat buktinya. Jangan merahasiakan apapun."
"Ya. Tapi, memangnya ada yang mau baca?"
"Kau meragukan kemampuanku. Tak ada yang lebih disukai murid-murid Palais Lyle selain update perkembangan sebuah kasus. Kalau kamu menang, kamu akan terkenal."
Belinda tak ingin itu. "Mana bukti yang kau katakan?"
Amorette meraih saku jasnya. Potongan koran. Belinda membukanya dengan curiga. Kalau ia sampai dicurangi, ia akan mencekik Amorette supaya mencabut lagi perjanjian mereka.
Pertempuran Viburnum Putih Dimenangkan Irelia, Keluarga Duke of Lynchester Berlibur ke Fernwick.
Belinda menganga. Ia tak menyangka kalau bukti seperti ini begitu mudah didapat. "Rupanya Elise berada di Fernwick saat aku kehilangan liontin itu. Amorette, benar yang kau katakan. Ini adalah bukti yang kuat. Lihat apakah Elise masih bisa menyangkalnya."
Amorette melambaikan jemarinya dengan tak peduli. "Ya, ya. Pakailah sebaik mungkin bagaimanapun yang kau bisa. Tapi, jangan lupakan janji kita."
Belinda mengangguk pasti.
Belinda jadi semangat saat pelajaran musik. Meskipun beberapa kali ia ditegur karena meniup flute terlalu keras. Tabir yang menghalangi keceriaan di Palais Lyle seakan sudah disingkap. Ia pasti bisa mendapatkan liontin ibu kembali!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of 12 Friary Lane
Teen FictionBelinda Holywell curiga kalau ayah mengirimnya ke Palais Lyle karena tak mau melihatnya lagi. Selama berada di sekolah berasrama itu, ia tak mau berteman dan terus menyendiri. Suatu hari, ia melihat liontin flute mendiang ibunya dipakai oleh seekor...