Ridley Innozenze

19 6 0
                                    


"Tidak perlu," kata Belinda, sebelum wanita itu mulai menguraikan penginapan di Carleon padanya. "Aku hanya ingin bertemu dengan mereka. Ada hal penting yang ingin kubicarakan."

"Tidak boleh, Gadis Kecil. Mereka sedang santai-santai sebelum tampil semalaman penuh nanti malam. Lagipula, sepertinya mereka takkan nyaman kalau kau tiba-tiba datang ke tempat mereka istirahat. Biarkan mereka menikmati waktu mereka dulu, ya. Besok sebelum mereka meninggalkan Carleon, pasti akan memberikan pertunjukan pada warga sekitar. Kamu bisa bertemu dengan mereka besok," ucap wanita itu dengan ramah.

Tapi urusan ini tak bisa menunggu besok. Takutnya Elise sudah menerima uluran tangan sang Duke dan dibawa ke rumahnya yang berkilo-kilo meter jauhnya. Namun, Belinda mengerti juga perkataan wanita penjaga penginapan itu. Ia memutuskan untuk tak menyulitkan lagi wanita itu. Jadi, setelah berpamitan, ia pun keluar dari penginapan.

Mungkin ia akan berbicara dengan mereka kalau mereka berjalan-jalan ke sekeliling desa. Namun, bagaimana kalau mereka tak keluar ...

Belinda berbalik lagi menuju meja resepsionis, yang membuat wanita itu mengernyitkan dahi bingung. "Aku sebenarnya ingin mendaftar jadi pemain flute mereka. Aku dengar kalau ... mereka kekurangan pemain flute."

Wanita itu memandang Belinda dengan ekspresi bingung. Kemudian ia melihat ke arah belakang belinda. "Benarkah itu, Mr. Innozenze? Gadis ini berkata kalau kalian kekurangan pemain flute, jadi dia ingin mendaftar."

Pipi Belinda memerah. Ia menolehkan kepala. Seorang pria dengan rambut putih berdiri di ambang pintu. Kulitnya lebih cokelat daripada kebanyakan orang, mungkin karena kehidupannya yang selalu berpindah-pindah. Ia tinggi dan terlihat kuat. Matanya tak menyembunyikan kegeliannya pada adegan yang baru saja ia saksikan, bibirnya menyunggingkan senyum miring.

"Eh, begitukah? Itu bisa didiskusikan, sih. Apalagi seorang gadis muda sepertinya sangat jarang ada yang mau hidup sebagai seniman jalanan. Apakah kamu punya keluarga, Gadis Kecil?"

"Pu—nya, punya, sih."

Mr. Innozenze memperhatikan ekspresi kebingungan Belinda dengan geli. "Jadi meskipun kamu punya keluarga, kamu masih tetap rela meninggalkan mereka, ya, demi kebebasanmu sebagai seniman? Aku akui itu pengorbanan yang luar biasa. Nah, apakah kamu membawa flute? Kamu bisa langsung bermain sekarang supaya teman-temanku bisa melihat kemampuanmu."

Belinda menggeleng kuat. "Aku tidak bawa," ucapnya, sembari berpikir bagaimana bisa kebohongannya tadi dibenarkan begitu saja oleh Mr. Innozenze.

"Oh, tenang saja. Ada flute untukmu. Ayo ke taman belakang. Kami habis membeli beberapa bebek untuk dibakar. Pasti suasana makin menyenangkan kalau bisa sambil mendengarkan permainanmu," ucap Mr. Innozenze dengan ringan.

Jantung Belinda jadi berdegup kencang. Semakin mereka mendekati taman belakang yang indah, makin panas dingin menjalari tubuhnya. Ia segera berhenti, dan menatap wajah Mr. Innozenze yang juga berhenti. "Maaf! Aku tak bermaksud berbohong soal kalian tadi. Hanya saja, aku ingin bantuan kalian untuk menyelamatkan temanku!"

Mr. Innozenze tersenyum, lalu berkata, "Bagus, deh. Kebohongan semacam itu sangat berbahaya. Kalau tersebar, bisa-bisa kami harus pergi dari Carleon sebelum malam hari tiba. Saat ini banyak sekali anak muda yang ingin bergabung dengan kami. Mereka berkata tak punya keluarga, tapi saat sudah direkrut, ayah dan ibunya mencari. Sangat merepotkan. Tapi aku tahu kau tak berniat bergabung, karena kau kelihatannya tak berseni di mataku."

Entah apa yang harus ia katakan. Ia tak tahu apakah tak berseni itu merupakan pujian atau bukan. Namun lega juga ia karena tak jadi hidup dalam kehidupan karavan yang pastinya tak nyaman. Dan juga berbohong di hadapan banyak orang itu juga lebih sulit. "Iya, aku sebenarnya tak berniat bergabung. Maafkan aku. Tapi aku punya permasalahan yang serius, dan hanya bisa dibantu oleh Aeris Cirque supaya bisa terpecahkan."

"Oh, masalah apa itu? Tapi kami hanya seniman jalanan. Kalau menurutmu kami bisa membantu, katakan saja."

Rupanya, Mr. Innozenze merupakan orang yang baik meskipun sifatnya sedikit nyentrik. Belinda pun mengutarakan maksudnya.

"Jadi, kamu ingin kami menyembunyikanmu supaya bisa masuk ke dalam Fairchester House? Gadis Kecil, Lord Northstar adalah tuan kami. Tak mungkin kita mengkhianatinya."

"Meskipun putrinya selalu tersiksa di rumah itu? Dan ia akan lebih tersiksa saat ia sudah menikah ke rumah sang Duke?"

"Seperti itulah memang dunia bergerak. Berpikirlah positif, mungkin pernikahannya ini malah akan membawa kebahagiaan untuknya. Posisinya jadi lebih tinggi dan lebih dekat dengan istana. Suaminya juga akan menjaganya dengan baik. Mereka akan bahagia. Lagipula, malam nanti masih pertunangan. Tak ada yang perlu ditakutkan. Lima tahun adalah waktu yang panjang untuk malaikat maut menjemput."

Tepian mata Belinda memanas. "Apa yang diharapkan dari pria paruh baya terhadap gadis seperti Elise? Aku sungguh ingin melakukan sesuatu untuknya. Kondisinya saat ini sebenarnya karena ulahku juga."

"Kalau kau ingin melakukan sesuatu, Gadis Kecil, maka lakukanlah. Tak perlu meminta bantuan orang lain, kecuali kalau kau dalam keadaan terdesak. Kau masih sebebas bulu di udara. Kami, orang dewasa, tak sebebas itu. Ada rantai-rantai tak terlihat yang mengikat kami. Pergilah, aku yakin kamu akan berhasil menemukan caranya sebelum matahari tenggelam."

Cara seperti apa yang harus ia lakukan? Belinda berpikir sembari menyusuri jalan-jalan desa Carleon. Namun, tak ada satu cara pun yang terpikir di benaknya. Acara sepenting pertunangan seorang duke dengan putri earl pastilah membuat Fairchester House meningkatkan keamanannya. Ia kembali lagi ke mansion itu setelah dapat ide. Ia berpikir untuk meminjam seragam tukang kebun pagi tadi. Namun, pemuda itu sudah tidak ada. Sebenarnya, Belinda lega juga, karena ia tak jadi menelan harga dirinya setelah berkata kalau ia pasti akan direkrut oleh Aeris Cirque. Rupanya, meskipun karavan rombongan aktor itu terlihat berantakan, namun untuk masuk ke dalamnya sangat sulit.

Fairchester House memang meningkatkan penjagaannya. Beberapa prajurit terlihat ditempatkan di sekitar mansion. Belinda menggigit bibir dalamnya. Kalau ia memaksa masuk, mereka pasti tak akan segan membuat lubang di kakinya dengan peluru. Apalagi pertunangan ini hanya mengundang anggota keluarga dekat untuk menyaksikan. Orang asing yang diundang hanyalah Aeris Cirque.

Matahari mulai turun, sebentar lagi hendak bersembunyi di balik bukit-bukit di sekitar Carleon. Belinda kembali lagi ke Golden Roses Inn. Rupanya, ada pemandangan yang berbeda. Karavan-karavan Aeris Cirque disiapkan di jalan depan penginapan. Beberapa warga yang menonton sudah kembali ke rumah masing-masing begitu hari menggelap. Belinda mengamati karavan itu satu persatu. Rupanya terdapat karavan paling kecil dengan kayu yang sudah usang. Ia memberanikan diri untuk membuka tirainya. Alih-alih ada tempat duduk, di dalamnya dipenuhi barang-barang.

Tumpukan tongkat kayu, bola, dan gumpalan kapas adalah tempat terbaik untuk bersembunyi. Maka, tanpa pikir panjang, Belinda segera masuk ke dalam. Karavan ini diikatkan pada karavan lain yang lebih besar. Sehingga tak ada yang melihatnya menyelinap masuk, bahkan sepasang mata seekor kuda pun.

Tak ada pilihan yang lebih baik, pikir Belinda sembari menenggelamkan diri di balik tumpukan barang-barang. Sebuah bola memukul dahinya. Ia hanya bisa berharap rombongan Aeris Cirque segera tiba ke Fairchester House. 

The Tale of 12 Friary LaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang