Tinkle of Darkness

20 7 0
                                    

Matahari sore menyelimuti kastil Palais Lyle dengan cahaya jingganya. Pada salah satu jendelanya, seorang gadis tengah melamun di sana. Burung robin menemani pikirannya yang melayang, menuju kejadian sepulang sekolah tadi.

Perkataan Elise mengusik hatinya. Apa maksudnya ia akan mati? Dan semakin kegelapan menyebar di Lylefox, makin pula ide-ide mengerikan terbersit di benaknya. Ia tak mengerti, siapa yang bisa 'membunuh' Elise kalau kegiatannya mengirim paket dari rumah di 12 Friary Lane itu sampai terlihat oleh orang lain. Gadis itu rupanya tak sesimpel kelihatannya.

Belinda menggigit bibir dalamnya. Elise adalah gadis yang berkuasa dalam pandangannya selama ini, namun yang ia lihat kemarin sore berbeda. Ia terlihat rapuh, seperti sayap seekor kupu-kupu.

Tak ingin terlalu lama diselimuti keraguan, Belinda pun turun dari kamarnya. Ia tahu, rencananya ini sangat ceroboh. Tapi ia ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi hingga Elise bisa berkata seperti itu. Belinda berjalan dengan mantap menuruni tangga. Hanya perlu berjalan beberapa langkah, berkelok di sebuah lorong, hingga tibalah ia di pintu belakang kastil.

Biasanya, para penjaga kuda akan menjemur pakaian mereka di belakang istal. Belinda berjalan berjingkat-jingkat, hingga ia bisa menemukan pakaian yang paling dekat yang bisa ia raih. Sejujurnya, Belinda tak perlu melakukan hal ini. Tapi ia mencoba meminimalisir bahaya yang akan terjadi dengan menggunakan pakaian pria.

Dan sebilah pisau kecil.

Entah milik siapa, benda itu tergeletak begitu saja di dinding istal. Mungkin digunakan untuk mencarikan makanan bagi kuda-kuda Palais Lyle. Belinda membungkusnya dengan sebuah ikat kepala (yang ia temukan di jemuran juga) dengan hati-hati. Lalu menyelipkannya di belakang pinggangnya.

Setelah persiapannya selesai, ia segera keluar dari area Palais Lyle. Ia menghindari jalan yang melewati bukit Florally's Tea Lane, karena banyak murid-murid Palais Lyle yang ada di sana. Ia melewati ladang labu Enchanted Pumpkin. Memang terdapat beberapa rumah yang menempati wilayah bagian barat Lylefox ini. Namun, pohon-pohon yang rimbun dapat menyamarkannya dari mata yang penasaran.

Jantung Belinda berdegup kencang. Entah apa yang ia berusaha lakukan ini. Tapi ia yakin kalau tak menyelidikinya duluan, maka ia tak akan pernah tahu. Setelah melalui jembatan kayu di atas sungai Lylefox, ia pun sudah berada di luar area desa.

Ia berjalan dengan mengingat-ingat arah yang dilalui oleh Elise kemarin. Setelah beberapa saat, akhirnya tibalah ia ke Askew Coral. Hari sudah malam. Bintang-bintang tertutup awan. Bulan seakan enggan menawarkan cahayanya untuk menerangi wilayah penuh dosa ini. Berkali-kali Belinda salah memasuki gang, namun akhirnya tibalah ia ke Friary Lane.

Belinda selalu sadar situasi. Mungkin karena kebiasaannya yang selalu menjadi pengamat selama di lingkungannya. Pada situasi saat ini pun, sebenarnya ia sadar. Ia menangkap isyarat dari lampu jalan yang berkedip-kedip di seberang jalan yang mengatakan kalau tempat ini tak aman. Ia mendengar salakan anjing dari kejauhan yang menyuruhnya untuk berbalik pergi. Dan pecahan kaca dari sebuah rumah yang seakan memperingatkannya kalau berada di sini lebih lama lagi ia akan terluka. Namun, Belinda bertekad, seraya melihat bangunan nomor 12 Friary Lane, ia hanya akan kembali kalau sudah tahu sesuatu.

Saat malam tiba, toko-toko yang menjual barang atau jasa normal pun tutup. Bergantian dengan dibukanya tempat pesta masyarakat kawasan kumuh di malam hari. Belinda bersembunyi di balik kegelapan saat ada dua orang pria yang berjalan melewatinya. Tak terlihat seorang wanita pun di Friary Lane saat malam hari. Tak ada yang seceroboh itu untuk mengundang kejahatan di sarang penyamun ini. Jemari Belinda bergetar. Rasanya, ia ingin kembali saja.

Untuk apa ia mencampuri urusan Elise?

Belinda baru akan kembali menuju desa Lylefox, saat ia mendengar suara derit pintu. Tubuhnya menegang.

Pintu rumah nomor 12 itu terbuka. Dua orang pria dengan tubuh mereka keluar dari dalam. Pakaian mereka lusuh dan berantakan. Tak peduli untuk sekedar mengancingkan jas atau membenarkan posisi topi yang miring. Belinda terpaku. Sosok Elise yang selalu anggun bak seorang putri sama sekali tak dapat disandingkan dengan mereka.

"Kubuat si tua itu bangkrut hari ini. Betapa inginnya aku melihat dia keluar dari rumahnya dan tidur di pinggir jalan."

"Jangan sampai kalah, Bung. Ingat hari gajian kita masih lama. Kami berdua sudah tak mau meminjamimu uang lagi kalau kamu sampai kalah."

Kebetulan sekali dua orang itu pergi! Belinda melihat pintu rumah nomor 12 itu. Artinya hanya ada satu orang di dalam sana. Namun satu orang dewasa yang kekar seperti teman-temannya itu bukanlah musuh yang mudah bagi gadis sekecil Belinda. Hanya saja, kesempatan tak datang dua kali. Belinda menyeberang jalan, dan menempelkan punggungnya pada dinding rumah untuk menghindari cahaya lampu jalan.

Cahaya lampu remang-remang menyinari ruangan di balik jendela. Belinda mengintip ke dalam rumah. Tak ada siapa-siapa. Keheningan dan kebekuan di dalam ruangan seakan mencapainya. Belinda menyipitkan mata. Seharusnya, kalau dua orang pria tadi tak menutup pintu, maka masih ada teman mereka di dalam.

Hingga Belinda menyadari sesuatu. Yang ia kira sebuah jas yang tersampir di meja sejak tadi adalah badan seseorang! Dia menunduk begitu dalam hingga tak terlihat kepalanya. Mungkin ia sedang tertidur, kalau begitu ini adalah kesempatan bagus.

Belinda berjalan mendekati pintu, lalu masuk ke dalam. Pria itu bergerak. Panas dingin menjalari tubuh Belinda. Namun, pria itu masih tak sadar. Alih-alih berdiri, ia mengambil sebuah sapu tangan di sisi meja dan membuang ingusnya keras-keras.

Belinda mengernyit. Rupanya pria itu terlalu sedih untuk bisa menyadari kalau ada gadis asing yang masuk ke dalam rumah. Ia berjalan pelan-pelan, mencoba untuk tak menghasilkan suara sedikitpun. Barang-barang di lantai dasar begitu berantakan. Kotak-kotak berukuran besar tersebar di beberapa tempat. Satu buah mesin jahit usang ada di suatu sudut, seekor laba-laba membuat sarang dengan senang hati dari satu sisi ke sisi. Ia melewati sebuah meja, yang di atasnya terdapat sebuah kotak yang tak asing.

Kotak itu seperti yang dibawa oleh Elise pada malam itu. Bentuknya tak terlalu besar, sehingga seorang gadis dapat memeluknya tanpa kesulitan. Belinda mengamati kotak itu, dan mendapati ada tulisan yang tertulis di atasnya.

Untuk Lord Northstar
Fairchester House, 1 Achilles Way
Carleon
Lynchester
HEC 1AA

Dari Miss Elise Northstar
Palais Lyle
Lylefox
Aethelmoore
AL1 1AE

Belinda menyipitkan mata. Entah apa yang sedang mereka lakukan, tapi mereka membuat seolah-olah barang itu dikirim oleh Elise untuk ayahnya. Belinda mengulurkan tangan untuk membuka tutup kotak itu.

Namun, tiba-tiba pria yang berada di ruangan itu bangkit. Kursinya sampai terpelanting ke lantai dan menimbulkan suara keras. Wajah pria itu merah karena murka. Dan ia menatap tepat ke arah Belinda.

The Tale of 12 Friary LaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang