Belinda melihat sekeliling ruangan. Keringat mulai membasahi pelipisnya. Ia sungguh tak menyangka hari seperti ini akan tiba. Sarah Fennimore duduk di meja utama. Ia sibuk membolak-balik lembaran dokumen. Sementara, Belinda duduk di depannya, dengan satu kursi lain di sampingnya.
Amorette Everhart sibuk menyiapkan catatannya di sudut ruangan. Entah bagaimana gadis itu bisa masuk. Belinda mengira kalau ia menerapkan teknik suap, kalau melihat sikap Amorette yang tak akan berpikir dua kali untuk mengambil langkah ilegal supaya bisa mendapatkan bahan untuk kolom hariannya.
Amorette memang masih kelas satu. Ia hanya anggota tanpa jabatan berarti di majalah sekolah. Tapi, ia menjual surat kabar harian yang ia tulis dengan rapi di selembar kertas, lalu ia perbanyak di percetakan di seberang sungai Lylefox. Surat kabar itu begitu diminati hingga banyak murid yang membelinya.
Pintu ruangan terbuka, mengantarkan seorang gadis dengan rambut pirang yang masuk dengan anggun. Kaki jenjangnya melangkah dengan tegas, sebelum ia duduk di kursi di samping Belinda.
"Nah karena sudah lengkap, kita bisa mulai," ucap Sarah Fennimore. "Kalian berdua telah setuju untuk meletakkan liontin itu di Dinding Kasus. Artinya, kasus ini akan diselesaikan secara umum. Aku mengundang Amorette Everhart, meskipun masih kelas satu, tapi tulisannya sudah diakui oleh murid-murid Palais Lyle. Ia bisa membantuku mencatat persidangan ini."
"Aku sudah meminta kalian untuk mengumpulkan bukti. Sekarang kalian bisa menyampaikannya, sehingga para prefek bisa melihat siapa di antara kalian yang merupakan pemilik liontin itu. Belinda, silakan."
Belinda mengambil napas dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. "Aku telah mendapatkan bukti bahwa saat aku kehilangan liontin itu, Elise ada di Fernwick. Keluarganya merayakan kemenangan Irelia atas Shinriku dengan berwisata ke kotaku. Sungguh suatu kebetulan, kan? Hari yang tepat untuk memungut liontin flute milik seorang gadis yang hilang di taman."
"Kemarikan buktinya," ucap Sarah.
Belinda segera menyerahkan potongan koran itu pada Sarah. Prefek kelas lima itu membacakannya pada prefek lain yang hadir. Pertempuran Viburnum Putih Dimenangkan Irelia, Keluarga Duke of Lynchester Berlibur ke Fernwick. Kemenangan Irelia melawan Shinriku setelah tiga bulan terus berperang membuat beban para Dewan Bangsawan terangkat. Dana yang digelontorkan dalam perang Viburnum Putih terbilang sangat besar. Keluarga Earl of Carleon terlihat keluar dari Lynchester tepat setelah memenangan diumumkan, lalu mereka tiba di Fernwick selama tiga hari.
Kasak-kusuk mulai terdengar seisi ruangan, yang segera ditegur oleh Sarah. "Elise, Belinda menuduhmu berada di Fernwick saat liontin itu hilang. Ini menguatkan kecurigaan Belinda kalau ayahmu menemukan liontin ini di taman kota, lalu diberikan padamu. Tapi kami tahu kalau Lord Northstar adalah orang yang jujur dan berwibawa. Ia tak mungkin melakukannya. Apakah liontin itu benar-benar diberikan oleh ayahmu?"
"BENAR!" seru Elise. Begitu tersadar, ia langsung merendahkan suaranya. "Liontin itu benar-benar kudapatkan dari ayah. Pada hari itu, ayah mengetuk pintu kamarku pagi-pagi sekali. Ia memberikanku liontin itu, bahkan aku juga punya kotaknya."
Seorang prefek menyerahkan kotak perhiasan itu pada Sarah.
"Elise, aku takut kalau ini bukan kotak yang cocok dengan liontin itu. Biasanya mereka punya karakteristik yang sama. Tapi kotak ini memiliki ukiran bunga krisan. Ivy memiliki makna kesetiaan dan kehidupan abadi, tapi krisan digunakan untuk mengucapkan selamat tinggal. Aku yakin para pembuat perhiasan tahu hal ini. Dan keduanya memiliki arti yang benar-benar berbeda. Kau juga pasti sadar kan, kalau liontin itu terlihat sangat tua dan kusam, tapi kotaknya kelihatan masih baru."
Belinda manggut-manggut mendengar penjelasan Sarah. "Jadi, benar kan kalau liontin itu milikku?"
"Kita belum selesai," tukas Sarah. "Elise, bukti apa yang kau dapatkan selama dua minggu ini? Kau bisa sampaikan supaya kau bisa mempertahankan liontin itu."
"Aku tahu benar kalau itu milikku! Kalau ayah sudah memberikannya padaku, maka liontin itu adalah milikku, kan? Tak mungkin aku biarkan ada orang lain yang merampasnya. Selama Sapphire memakainya, tak ada yang menyinggungku, tuh. Kecuali dia! Aku tahu mungkin dia hanya iri."
"ELISE! Jaga bicaramu," seru Sarah. "Perjanjian ini kita adakan agar kita bisa memutuskan secara rasional, bukan hanya dengan perasaan saja. Kalau kamu memang tak punya bukti, Belinda akan mendapatkan liontin itu."
Elise terdiam, wajahnya merah.
Mata Belinda berbinar. "Aku bisa ambil liontin itu?"
"Ini agak rumit. Tapi kalau Sang Earl membayar mahal untuk membeli liontin itu, kita tak bisa mengambilnya begitu saja, kan?"
Mendengar kalimat Sarah, Elise segera mengangkat mukanya. "Aku akan meminta bukti pembayaran pada ayahku."
Sarah mengangguk. "Ya, begini saja. Kasus ini kita tangguhkan sampai bukti pembayaran itu tiba. Semoga kita bisa mendapatkannya dalam waktu dua minggu."
Sidang pun ditutup. Belinda keluar dengan kecewa. Ia sudah hampir mendapatkan liontin itu, tapi ditahan dengan janji Elise. Kenapa Elise tak berusaha mendapatkan bukti pembayaran dari kemarin? Belinda menendang kerikil dengan sepatunya, hingga tercebur ke dalam sungai Lylefox.
Mungkin sebelumnya Elise tak terpikir untuk mendapatkannya? Tapi kalau ia jadi Elise, hal pertama yang akan ia gunakan sebagai bukti adalah surat pembayaran perhiasan, semua toko perhiasan di Irelia memilikinya. Belinda mengernyitkan dahi. Mungkin Elise tahu benar kalau ayahnya tak membeli liontin itu.
Lalu apa rencana Elise dengan berjanji seperti itu? Kalau dipikir-pikir, gadis itu sangat aneh. Amorette bilang, Elise dapat nilai terbaik di kelas yang ia ikuti, tapi kenapa sikapnya benar-benar bodoh?
╰⊰✿'
Kolom harian yang dijual oleh Amorette laris keras. Murid-murid Palais Lyle seakan terbagi menjadi dua kubu. Satu kubu mendukung Belinda, dan yang lain mendukung Elise. Meskipun Belinda dapat dikatakan memenangkan persidangan, tapi kebanyakan orang mendukung Elise.
"Tak mungkin Earl of Carleon mencurinya. Ia bisa membeli lembah Palais Lyle dengan mudah. Seperti Putri Clairique, memangnya bisa kau bayangkan ia akan mencuri?"
"Belinda mungkin bisa mendatangkan bukti dalam sidang. Tapi apa hubungannya Elise ada di Fernwick dengan hilangnya liontin itu? Memangnya kalau kita ada di High Elia saat raja meninggal dunia, kita yang membunuhnya?"
"Saat bukti pembayaran itu datang, Belinda pasti tak berkutik."
Belinda jadi kesal berada di area Palais Lyle. Setiap orang yang ia lewati selalu berbisik-bisik sambil melihatnya. Belinda memutuskan untuk berjalan-jalan ke sekitar sekolah. Alih-alih pergi ke Florally's Tea Hill seperti biasa, ia lewat jalan lain. Ia menyusuri sungai sambil melihat ladang labu area piknik Enchanted Pumpkins. Beberapa keluarga dengan pakaian mewah terlihat berjalan-jalan untuk memetik labu.
Di dekat ladang labu, ada sebuah rumah perkebunan yang sudah lama ditinggalkan. Di depannya terdapat sebuah kolam ikan. Namun karena tak ada yang mengurus, lama kelamaan kolam itu digunakan sebagai tempat bermain untuk hewan-hewan liar di hutan.
Belinda tersenyum saat melihat seekor bebek yang mengajari anak-anaknya berenang. Matahari sore bersinar dengan hangat. Belinda membuka buku diarinya dan menulis beberapa baris puisi. Saat hari sudah terlalu gelap, ia memutuskan untuk kembali.
Ia melewati penyewaan kereta kuda di jalan pulang. Belinda tertegun saat melihat sosok yang ia kenal ada di sana. Gadis itu menggendong seekor kucing dengan pakaian serba hitam, lalu masuk ke dalam salah satu kereta kuda. Meskipun dalam kegelapan malam, tapi Belinda mengenali gadis pemilik rambut pirang yang mencolok itu. Elise. Sebenarnya apa yang akan ia lakukan malam-malam?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of 12 Friary Lane
Novela JuvenilBelinda Holywell curiga kalau ayah mengirimnya ke Palais Lyle karena tak mau melihatnya lagi. Selama berada di sekolah berasrama itu, ia tak mau berteman dan terus menyendiri. Suatu hari, ia melihat liontin flute mendiang ibunya dipakai oleh seekor...