Pennyroyal?
Belinda mengingat-ingat sejenak, mencapai perkataan sang guru di kelas Herbologi. Pennyroyal adalah tumbuhan berbunga indah, namun sayangnya beracun. Mengonsumsinya sedikit saja bisa menyebabkan pingsan, kejang-kejang, bahkan koma.
"Kau tak berniat membuat Elise pingsan, kan?"
Tukang kebun itu menyeringai. Ia selesai memetik beberapa tangkai pennyroyal segar. "Kau tahu saja. Sini, ikut aku. Kau tak punya ide lain, jadi ikuti saja ideku. Ini yang terbaik yang kita punya."
"Jangan," ucap Belinda, menatap tumbuhan di genggaman tukang kebun itu dengan horor, berbagai efek mengerikan akibat konsumsi pennyroyal silih berganti melalui kepalanya. "Efeknya fatal sekali, bisa menyebabkan kegagalan organ tubuh. Kita cari ide lain. Tunggu, kau— bukan maniak, kan?"
Ah, tapi mana ada maniak yang mau mengaku. Namun, seorang tukang kebun yang berniat akan meracuni tuannya sungguh tak biasa. Bisa jadi ia kecewa karena Elise menikah dengan Sang Duke, maka daripada Sang Duke yang mendapatkan Elise, ia membunuh gadis itu saja.
Tukang kebun itu tertawa, namun karena mereka tak boleh berisik (atau akan ketahuan orang lain), ia menahannya sehingga menimbulkan suara aneh. "Ya, aku memang maniak. Tak rela sedikitpun aku kalau Elise sampai dinikahi oleh pria yang lebih tua tiga kali lipat darinya itu."
Tukang kebun itu mengajak Belinda keluar dari rumah kaca. Halaman belakang Fairchester House merupakan area luas yang ditumbuhi oleh pohon konifer yang berbaris rapi dan rindang. Belinda penasaran bagaimana tukang kebun merawat pohon itu hingga serupa satu sama lain. Angin musim gugur yang kencang menggoyangkan pucuk-pucuk pohon, menimbulkan suara gesekan daun yang menemani kedua orang itu berjalan lebih jauh ke dalam hutan.
"Dapur pasti sedang penuh sesak. Juru masak akan memukulku dengan sutilnya kalau aku berani mengganggunya di masa-masa seperti ini. Nah, di sini ada tungku. Diletakkan di sini karena Lord Northstar tak mau putrinya belajar memasak. Tapi sebenarnya tak perlu lakukan itu, karena setelah Nona Elise terkena api, lukanya ketahuan oleh Lord Northstar dan ia dihukum. Ia jadi tak mau memasak lagi."
Tungku itu terletak di balik dinding batu, yang juga sebagai tempat atap kayu bertengger di atasnya. Letaknya lebih tinggi beberapa senti dari permukaan tanah. Sehingga dapat dipastikan kalau tungku itu kering.
Belinda menghela napas. Jadi ini alasan kenapa satu-satunya pelajaran yang Elise tak kuasai adalah memasak. Pantas saja Elise bersikap semengesalkan itu saat kegiatan kelompok beberapa hari lalu (yang bagi Belinda setelah berada di Fairchester House seakan seumur hidup jauhnya). Intinya, dengan kegiatan memasak ditambah adanya Belinda, orang yang dianggapnya mengaku-ngaku liontin pemberian ayahnya, pasti kombinasi itu sungguh mengesalkan juga untuk Elise.
"Aku harus menyiapkan api. Potong-potong pennyroyalnya, dan masukkan minyak kepala ini setelah selesai. Kita harus cepat," ucap tukang kebun itu. "Sajian utama akan segera dihidangkan, dan kita belum tahu mana yang akan dihidangkan untuk Miss Northstar."
"Aku masih merasa ini ide buruk," ucap Belinda.
"Tak ada yang tahu suatu ide itu buruk kalau belum dikerjakan. Ayo, Belinda."
"Meskipun pada faktanya, pennyroyal memang beracun?"
"Tenang saja, Bocah. Ingat, namaku Albie Granger. Kalau Miss Northstar sampai koma, kamu bisa mengatakan kalau aku yang meracuninya."
"Kau hanya ambil akibat yang terburuk," ucap Belinda. Keragu-raguannya lantas hilang begitu mendengar ucapan Albie. Ia patuh melakukan yang diminta Albie. Daun pennyroyal dalam panci berenang di genangan minyak kelapa. Saat api mulai panas, minyaknya menggelegak, dan harum aneh menyapa indra penciuman kedua orang itu.
"Sudah matang," ucap Albie. Ia mengambil sesuatu dari dalam sakunya, sebuah sapu tangan. Kemudian menyaring ramuan itu dengannya, dan dimasukkan ke dalam botol minyak kelapanya yang tadi sudah kosong. Tangannya yang terampil dan cekatan sungguh mengagumkan. "Untung saja aku selalu bawa minyak kelapa, selalu berguna kalau tersengat lebah. Nah, sudah jadi," ucapnya sembari menyerahkan botol mungil itu pada Belinda. "Setelah ini kuserahkan padamu. Kepala pelayan sangat sensitif dengan keberadaanku. Bahkan kalau aku bersembunyi di kandang babi, maka yang ia kenali lebih dulu adalah bauku, bukan bau kotoran babi. Tapi selain aku, dia tak securigaan itu. Begini rencananya, kau teteskan ramuan itu pada minuman yang akan dihidangkan untuk Miss Northstar, satu tetes saja, kalau terjadi masalah akan kutanggung, kalau kelebihan, maka itu kesalahanmu. Lalu kembalilah ke teater. Aku dengar dari pelayan rumah tangga kalau pada jam sepuluh lebih tiga puluh menit tepat, seluruh lampu di teater akan dimatikan selama satu menit. Pada saat itulah kau bisa menculik Elise dan membawanya pergi!"
"Ini ide gila, orang-orang pasti akan sadar!"
"Iya kalau kau bersuara. Tapi aku yakin tak akan ketahuan karena matinya lampu ini adalah untuk mendukung dramatisnya resolusi di akhir cerita. Siapa yang tak mau lihat pangeran dan putri yang ditakdirkan bersama, tapi selalu ada rintangan yang menghalangi, lalu akhirnya mereka akan menikah. Semua orang pasti terlalu sibuk dengan alur pertunjukan untuk menyadari hal yang aneh dalam kegelapan."
Mau tak mau, Belinda pun memercayai Albie. Ia meminjam sapu tangan Albie yang kotor untuk ia ikatkan ke pinggangnya. "Apakah sudah mirip pelayan?"
Albie terbahak. "Sekilas sudah. Tapi kalau kau mau penilaian yang tepat, pergilah ke dapur sekarang dan hadapi kepala pelayan. Hahaha."
Belinda mendengkus. Segera setelah pakaiannya siap, ia menyimpan botol ramuan itu di balik celemek jadi-jadiannya. Mereka pun berpisah. Albie kembali ke rumah kacanya, entah apa yang ia lakukan. Dan Belinda melangkahkan kaki menuju dapur. Cerobong yang mengepulkan asap menjadi penunjuk arah langkah kakinya.
Dapur memang luar biasa sibuk. Semua orang bekerja. Menata makanan. Mengelap piring. Dan bersauna di depan tungku. Semua dikerjakan di bawah mata kepala pelayan. Belinda mengintip di balik pintu.
Di Irelia, pada saat bertunangan ataupun menikah kedua mempelai harus minum air bunga huckleberry, sebagai lambang kesetiaan. Air itu akan diletakkan dalam dua cangkir kecil yang serupa dan indah. Mata Belinda melebar begitu melihat cawan itu.
Yang perlu ia lakukan adalah meneteskan sari pennyroyal ke dalamnya. Satu tetes saja. Tapi, bagaimana menentukan yang mana milik Elise alih-alih milik sang Duke? Belinda mengerutkan dahi, kalau sampai salah meneteskan, maka akan gawat.
"Tilly, sudah selesai meletakkan semua parsleynya?" tanya kepala pelayan dengan lantang, yang dijawab tak kalah kerasnya oleh pelayan yang disebut namanya. "Sebentar lagi hidangan utama sudah harus dikeluarkan. Ingat, saus untuk ikan salmon jangan sampai terpisah dari ikannya."
Tak ada waktu lagi!
Belinda melirik tempat sampah di samping kakinya. Beberapa piring pecah ada di sana. Maka ia pun mengambilnya. Ia menyusun piring-piring itu kembali hingga ia mendapatkan setumpuk piring di tangannya. Lalu, ia memberanikan diri masuk ke dalam ruangan.
Semua orang sibuk sehingga tak memperhatikan Belinda. Ia segera berhenti di meja yang membawa makanan untuk Elise dan sang Duke. Sembari berdoa dalam hati, ia meneteskan pennyroyal pada salah satu cawan. Dilihat dari letaknya, seharusnya itu benar milik Elise. Ia buru-buru memasukkan botol itu ke dalam sakunya setelah selesai.
"Kau yang di sana! Apa yang kau lakukan?"
Bohong kalau Albie bilang kepala pelayan ini tak sensitif dengan orang lain selain dirinya. Ia bermata tajam. Dan Belinda nyaris pingsan begitu mendengar teriakannya dari ujung meja panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of 12 Friary Lane
Teen FictionBelinda Holywell curiga kalau ayah mengirimnya ke Palais Lyle karena tak mau melihatnya lagi. Selama berada di sekolah berasrama itu, ia tak mau berteman dan terus menyendiri. Suatu hari, ia melihat liontin flute mendiang ibunya dipakai oleh seekor...