Belinda bersandar pada punggung kursi yang keras. Perjalanan itu sama tak nyamannya dengan kegundahan hatinya. Pemandangan pun juga kelabu, seakan-akan turut mendukung suasana.
Ayahnya sudah ditahan. Berbeda dari Lord Northstar yang akan dieksekusi mati, Mr. Holywell akan dilepaskan dari penjara setelah tujuh tahun. Namun dari berbagai buku yang ia baca di perpustakaan, Belinda tahu kalau eksekusi mati lebih baik daripada hidup di penjara.
Sebuah tangan menggenggam tangannya, menyalurkan kehangatan. "Belinda, kau tak apa?" ucap Elise.
Sesungguhnya, mereka berdua tak baik-baik saja. Maka kedua gadis itu saling mendekat sembari mereka duduk di kereta tua itu. Mereka tak perlu saling berkata-kata untuk merasakan kesedihan satu sama lain. Belinda memainkan liontin flute yang ia pakai dengan jemarinya. Ia mengamati liontin mungil itu. Sebuah flute dililit oleh ivy dengan lima tangkai daun. Belinda mengamati bagian bawah flute, dahinya mengernyit.
Kemudian ia memutar bagian bawah flute itu, rupanya bisa terbuka! Ia menilik dalam terowongan kecil itu. Mula-mula tak ada yang ia lihat, lalu saat kereta beralih ke daerah yang lebih terang, ia bisa melihat sebuah kertas yang tersembunyi di dalamnya. Ia pun menariknya.
Entah kamu bisa membuka kuncinya sendiri, atau ibu yang memberikan petunjuknya untukmu, kau tetap putri kecil kesayanganku.
Mrs. Calvary dari Ibelwinns House punya sesuatu untukmu.
Belinda tersenyum melihat tulisan tangan sang ibu. Jemarinya mengelus kertas itu dengan lembut. Ia amat merindukannya. "Mrs. Calvary? Aku tak ingat ada guru yang bernama Mrs. Calvary di Palais Lyle."
"Mrs. Calvary adalah ibu asrama Ibelwinns. Dia meninggal tahun lalu karena sebuah penyakit. Tapi kamu pasti pernah dengar putrinya, Miss Calvary. Ingat? Dia wanita pemilik Hat by Hazel."
"Oh, benar!" pekik Belinda. Lalu keduanya mulai tertawa mengingat pertengkaran yang mereka lakukan di sana. "Aku sangat malu dengan pertengkaran itu. Maaf aku menarik rambutmu."
"Aku juga menarik rambutmu, Belinda. Kita impas. Nanti kita bawakan buah untuknya, supaya tak terlihat seperti kucing liar lagi," kata Elise.
Belinda setuju dengan usul itu. Rasanya tak sabar kembali ke Palais Lyle. Ia mulai merindukan kamarnya, lorong-lorong gelap di sepanjang kastil, dan sungai Lylefox yang berair jernih. Ia bertekad akan belajar lebih baik lagi supaya bisa sukses dan membanggakan sang ayah. Namun pertama-tama, mereka harus pergi ke Hat by Hazel dulu.
Kereta berhenti di stasiun Lylefox. Belinda dan Elise melompat turun. Alih-alih melalui pematang kebun labu untuk menuju ke Palais Lyle, mereka menyeberangi jembatan menuju pasar desa. Kedua gadis itu memilih pir dan anggur yang paling manis untuk mereka serahkan pada Miss Calvary, terlebih setelah ketaknyamanan yang mereka sebabkan seminggu lalu.
Hat by Hazel saat ini terlihat sepi. Hattie duduk di kursi pegawai sembari mengecek buku keuangan. Rupanya ia terlalu serius hingga tak sadar ada dua gadis kecil yang datang ke tokonya.
"Hattie, kami ingin menemui Miss Calvary, apakah dia ada?" tanya Belinda.
Wanita berwajah ramah itu mendongak, dan tentunya langsung mengenali mereka. "Oh kalian dua gadis yang kehujanan seperti tikus kemarin. Tentu saja ada. Silakan tunggu di sini biar kupanggilkan."
Belinda mengulum senyum, sementara pipi Elise sudah sangat merah. Tak kuat menahannya, akhirnya keduanya tertawa bersama.
"Apa yang kalian tertawakan, Manis? Hari ini sepertinya tikus dan kucing itu sedang akur," tiba-tiba terdengar suara Miss Calvary. Wanita itu selalu terlihat modis, mungkin seperti itulah seorang pembuat topi selalu terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of 12 Friary Lane
Teen FictionBelinda Holywell curiga kalau ayah mengirimnya ke Palais Lyle karena tak mau melihatnya lagi. Selama berada di sekolah berasrama itu, ia tak mau berteman dan terus menyendiri. Suatu hari, ia melihat liontin flute mendiang ibunya dipakai oleh seekor...