The Darkest Curtain

22 6 1
                                    

Hazeltryst Manor masih terlihat seperti hari-hari biasanya. Belinda jarang keluar saat malam hari, tapi di beberapa kesempatan ia dan kedua orangtuanya akan pergi ke kota untuk menonton opera. Dan berjalan menyusuri jalan kelabu untuk mencapainya saat ini, terasa seperti malam hari saat ia pulang dari kota dengan sosok ayah dan ibu di samping kiri dan kanannya.

Namun tak ada ayah dan ibu, karena saat ia menoleh, yang ada hanya Elise.

Kepolisian belum tiba. Belinda berjalan lebih cepat menuju pintu rumahnya. Ia memukul pengetuk pintu keras-keras. Saat seorang pria membuka pintu, ia adalah butler keluarga Holywell.

"Nona Belinda, selamat malam, masuklah biar aku panggilkan tuan," ucapnya.

Kedua gadis itu melangkah masuk ke dalam Hazeltryst Manor. Harum sitrus yang familiar segera menyapa hidung Belinda. Rasanya ia ingin berlari sepanjang lorong dan menghambur ke kasurnya yang empuk seperti dulu. Merayakan kepulangan.

"Loh, bagaimana bisa kau ada di sini?" tiba-tiba terdengar suara sang ayah.

Mr. Holywell masih seperti sebelumnya. Ia masih mengenakan jas dan sepatu bot, tanda ia baru pulang dari urusan bisnisnya. Lingkaran hitam yang sebelumnya tak ada menghiasi bawah matanya.

Melihat pria itu, Belinda tak kuasa lagi menahan perasaanya. Ia berlari menuju sang ayah untuk memeluknya. Namun kakinya berhenti begitu keraguan melandanya. Kabur dari asrama! Itu adalah kenakalan yang tak termaafkan. Bagi laki-laki saja bisa dihukum keras, apalagi bagi anak perempuan. Namun saat dirasakan lengan ayahnya yang kokoh merengkuhnya, keraguannya meleleh. Harum Mr. Holywell yang familiar menenangkannya, bau lumpur dengan campuran bau tinta.

Sudut matanya basah ketika ia melepas pelukannya. "Ayah, kenapa kau tak pernah membalas suratku? Apakah kau marah padaku? Oh, tunggu, ini adalah temanku, Elise Northstar," ucap Belinda.

Elise melakukan curtsy yang terlihat anggun, kecuali kalau kau cukup jeli untuk melihat kekakuan di salah satu bahunya. Namun Belinda sedang tak memperhatikannya, karena ia mengamati pupil mata Mr. Holywell yang bergetar. Tentu saja ia mengenali Elise Northstar.

"Senang bertemu denganmu, Miss Northstar. Daisy, tolong ambilkan teh untuk nona ini. Belinda, ayo bicara di tempat yang lebih tertutup."

Tempat yang lebih tertutup yang dimaksud oleh Mr. Holywell adalah ruang kerjanya. Tentu saja, ruangan itu tak pernah dimasuki oleh orang lain selain dia sendiri setelah kematian Mrs. Holywell, kecuali saat putri kecilnya yang menyelinap tanpa izin waktu itu. Mau tak mau, Belinda jadi ingat kejadian itu.

"Kau berteman dengan putri Lord Northstar," ucap Mr. Holywell membuka percakapan. Ia bersandar pada sebuah meja di dekat rak buku yang begitu tinggi.

"Ya, aku memang berteman dengannya," ucap Belinda, ia sedang memikirkan darimana ia akan mulai menceritakan kejadian mengerikan yang baru saja ia alami tadi, saat menangkap sorot aneh di mata ayahnya. "Aku tahu tentang liontin flute itu. Elise memakaikan liontin itu di leher Sapphire."

"Sapphire?"

"Kucingnya. Intinya, kau memberikan liontin flute itu pada Lord Northstar sebagai hadiah ulang tahun Elise. Kenapa kau lakukan itu? Aku sudah tahu semuanya. Kau adalah partner bisnisnya. Tapi seharusnya ayah tak mengambil barang milikku untuk diberikan pada anak teman ayah! Banyak sekali hadiah yang bisa kamu beli di pasar atau toko. Tidakkah ayah bayangkan betapa sedihnya ibu kalau tahu perbuatan ayah? Apalagi ... bisnis kalian melibatkan perbudakan dan pembunuhan."

"Belinda! Darimana kau tahu semua itu?"

"Aku tahu dari mata kepalaku sendiri. Aku melihatnya. Kau pasti tahu tentang sebuah rumah di Friary Lane nomor 12. Aku sudah pernah berada di sana dan disiksa oleh Lord Northstar. Aku sudah tahu tentang semuanya!"

"Astaga, apakah kau tidak apa-apa? Putriku yang malang," ucap Mr. Holywell dengan suara parau. Ia menyentuh bahu Belinda. "Jujur saja, aku sangat takut pekerjaan hinaku ini ketahuan olehmu, jadi aku mengirimmu ke Palais Lyle. Dan tentang liontin itu, aku sangat merasa hina setelah aku melakukan perbuatan itu. Aku mengidap insomnia karenanya. Ayah macam apa aku yang mencuri benda kesayangan putrinya sendiri untuk diberikan pada putri orang lain? Maafkan aku. Tapi setelah kematian ibu dan kebakaran itu, aku tak tahu jalan lain untuk mengembalikan kekayaan kita supaya kau bisa hidup dengan nyaman selain bergabung dengan bisnis Lord Northstar yang menggiurkan. Awalnya aku tak tahu bisnis apa itu. Dia tak memberitahuku. Tapi aku yakin dengan statusnya sebagai seorang earl, bisnisnya pasti legal dan menguntungkan. Aku berusaha mengambil hatinya dengan memberikan kalungmu pada putrinya. Dia berkata, bisnis ini lebih penting dari apapun, kalau aku menyuruhmu memberikan kalung flute yang selalu dipakai putrimu pada Elise, apakah mau kau lakukan? Jujur saja, aku hanya menerima mitra kerja yang setia. Jadi aku melakukannya. Setelah itu, aku seperti terseret dalam pasir hisap. Aku memang bisa mendapatkan uang lagi dengan cepat, tapi setiap aku lihat matamu yang sedih saat menatapku, aku merasa hina. Aku tak bisa memberikan kasih sayang palsu seakan-akan aku adalah ayah yang baik. Padahal uang yang aku hasilkan berasal dari kerja keras para budak penjahit yang diculik oleh Lord Northstar. Hinaan dari Mr. Dan Mrs. Fluety padaku juga memperburuk semuanya. Aku ingin segera kaya lagi sehingga kamu bisa memakai linen dan renda paling mahal daripada sepupu-sepupumu. Tapi melihat kesedihanmu dalam pakaian yang indah itu, aku jadi sadar kalau kekayaan bukanlah segalanya. Saat kau membuka kotak sarung tangan dari Lord Northstar saat itu, aku sangat takut, sehingga langsung mengirimmu ke Palais Lyle. Aku bukan ayah yang baik, Belinda. Saat kamu mengharapkanku membalas suratmu, aku hanya merasa akan membohongimu lebih jauh. Aku tak bisa melakukannya."

Air mata Belinda meleleh. Ia memeluk sang ayah sekali lagi. "Kau adalah ayah yang terbaik. Tak ada orang yang sempurna. Lagipula bisa dikatakan kalau kamu tertipu oleh skema jahat Lord Northstar. Sekarang jangan khawatir, karena Lord Northstar sudah ditangkap." Mr. Holywell terpaku, lalu Belinda melanjutkan dengan suara parau. "Dan aku khawatir, pihak kepolisian sedang menuju ke sini. Mereka tahu kalau ayah adalah mitra bisnis Lord Northstar. Setengah jam lagi mungkin mereka akan tiba. Kalau ayah berniat untuk kabur—"

"Aku tak akan kabur, Belinda. Aku sudah melakukan kejahatan. Kalau aku harus dieksekusi, maka jangan lupakan hal ini. Bahwa ayah dan ibu sangat—sangat mencintaimu. Kamu adalah bintang di hidup kami. Aku tak mau kalau kamu memakai baju lusuh dan ditertawakan oleh kakek dan nenekmu, serta direndahkan oleh sepupu-sepupumu. Awalnya aku berpikir seperti itu, tapi ternyata aku tak sadar bahwa ada sesuatu yang lebih penting," ucap Mr. Holywell.

"Dan apa itu?"

Mr. Holywell mengecup dahi Belinda. "Cinta dan kebersamaan. Ayah terlalu terlambat menyadari."

Malam yang gelap gulita yang terlukis di jendela ruang kerja Mr. Holywell menjadi latar sepasang ayah dan anak itu. Air mata menetes di pipi Belinda. Ia memeluk Mr. Holywell dengan penuh kasih sayang dan rasa syukur.

The Tale of 12 Friary LaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang