Roda karavan bergulir di jalan desa Carleon yang berubin besar. Belinda meringkuk di dalam karavan paling kecil sembari menahan ujung kayu supaya tak menusuk bahunya. Ia juga berharap tak ada seekor tikus yang akan menggigit bokongnya.
Rasanya tak mungkin tumpukan barang sekumuh ini tak mengundang tikus ...
Beberapa kali karavan berbelok, tapi Belinda tak tahu mereka sampai mana. Saat pahanya sudah terlalu pegal, ia mencoba meraih kain penutup jendela. Setelah bersusah payah, akhirnya ia bisa menyibaknya.
Gerbang putih yang mengelilingi Faircherster House terlihat kelabu di malam hari. Dua orang prajurit terlihat berjaga di sisi gerbang. Jantung Belinda berdegup makin kencang.
Ia mungkin akan ketahuan. Saat rombongan Aeris Cirque mengeluarkan properti dari karavan ini, mereka akan mendapati seorang gadis kecil asing di dalamnya. Wajah Mr. Innozenze akan menggelap. Dan hanya butuh satu detik untuk tindakan kriminalnya dilaporkan pada pengawal. Saat itulah mungkin hidupnya akan berakhir. Ayolah, menyelinap rumah orang adalah tindakan kriminal, apalagi kalau rumah itu adalah mansion seorang earl yang berkuasa.
Rupanya, Tuhan masih berbaik hati, dengan mendekatkan dengan ketakutannya, sehingga ia tak perlu cemas lebih lama lagi. Karena didengarnya sebuah suara dari luar. "Berhenti, turun semua dan tinggalkan barang kalian. Kami perlu memeriksa barang bawaan Anda."
Seketika, bulu tengkuk Belinda meremang. Ia mendengar deritan kayu saat anggota Aeris Cirque itu turun. Jantung Belinda berdegup kencang. Rupanya penjagaan di Faircherster House memang benar-benar ketat. Ia mengintip seorang nenek tua renta yang turun dari karavan dengan susah payah hingga harus dipapah oleh seorang wanita di sampingnya.
Para penjaga itu memeriksa karavan satu persatu, pakaian para aktor pun digeledah. Tentu saja tak ditemukan apa-apa, karena yang seharusnya mereka temukan ada di karavan paling terakhir. Karavan yang lebih kecil daripada teman-teman lainnya.
Belinda mendengar ketukan sepatu mendekat ke arahnya. Ia makin menempelkan punggungnya pada dinding karavan.
Pintu berkeriut, menandakan ada seseorang yang memegang gagang pintunya. "Kenapa tak segera keluar?" gerutu penjaga itu.
"Memang tak akan keluar, Tuan. Karavan jadul itu memang difungsikan untuk mengangkut properti-properti kami. Er— tapi kalau Anda bersikeras ingin memeriksanya, singkirkan kaki Anda dari situ dulu. Aku khawatir begitu dibuka palang besinya langsung keluar dan mengenai kaki Anda, tentu saja dengan barang-barang lain. Tapi yang paling parah adalah terkena palang besi, rekan kerjaku sampai harus operasi karena kejatuhan benda itu," ucap Mr. Innozenze.
"Tak usah banyak bicara. Kenapa kalian tak menatanya lebih baik. Aku tak peduli, semua karavan harus diperiksa, begitu titah Tuan Lord."
"Yah, wanita yang biasanya merapikan barang-barang ini sedang disibukkan oleh ibunya yang makin renta. Ia mulai linglung sehingga tak bisa membedakan tangan dan kaki kecuali ada putrinya di sisinya. Aku khawatir waktu pertunjukan sudah hampir datang, dan kami sama sekali belum menyiapkan properti. Aku punya solusi yang lebih baik daripada membuat properti-properti liarku berantakan di atas tanah," suara langkah kaki berpindah menuju samping Belinda. "Kau bisa memeriksanya melalui jendela ini."
Melalui jendela! Belinda yakin ia akan ketahuan. Maka, dengan segenap kekuatannya, ia menggeser pantatnya menjauhi jendela. Kakinya menabrak sesuatu yang empuk. Sebuah kain. Tanpa pikir panjang, ia menyelimuti dirinya dengan kain hitam itu. Saat rambut cokelatnya menghilang di balik kain, jendela mungil itu terbuka, dan bau rokok menusuk hidung Belinda.
Ia ingin bersin.
Penjaga itu rupanya memang teliti. Ia tak hanya sekedar melongok saja, tapi juga meraba-raba setiap properti Aeris Cirque. Entah apa yang dicarinya. Padahal Aeris Cirque juga merupakan rombongan aktor milik tuan mereka sendiri.
"Apa ini?" tanya penjaga itu begitu menyentuh bahu Belinda.
"Properti panggung," ucap Mr. Innozenze. "Ya, boneka. Kau tahu, cerita yang bagus selalu membutuhkan putri yang cantik jelita. Untuk apa lagi para pria berebut kalau tak ingin berebut perhatiannya? Tapi jarang sekali ada gadis yang mau ikut rombongan Aeris Cirque. Jadi, apa yang bisa kami perbuat selain membeli patung seorang gadis. Meskipun tak seindah gadis sungguhan, tapi lihat saja, dia tetap kelihatan cantik. Kau punya putri, Tuan Penjaga? Kau sudah mendengar kesulitan kami, kalau saja kau merelakan putrimu untuk —"
Gerakan tangan sang penjaga yang tengah membuka kain yang menutup wajah Belinda terhenti. Belinda panik seketika. Tapi, ia mencoba tetap diam seperti patung. Matanya ia buka lebar-lebar. Namun, penjaga itu tak memerhatikannya lagi, ia menatap Mr. Ridley dengan tatapan sepanas bara api. "AKU TAKKAN RELA MENYERAHKAN PUTRIKU DALAM ROMBONGAN SIRKUS KOTORMU. Sudah kuduga, engsel otak kalian memang tak benar, tapi tak kuduga kalau sampai karatan seperti ini. Entah apa yang kalian lakukan saat jauh dari masyarakat bermoral. Kau pasti tak punya anak perempuan sampai bisa berkata seperti itu."
Suara jam berdentang. Mengalihkan sang penjaga dari amarahnya. Tanpa melihat lagi pada 'patung' Belinda, ia menutup jendela dengan keras. Ia mengucapkan sumpah serapahnya pada Mr. Innozenze, lalu pergi menyusul teman-temannya.
Belinda menghela napas lega. Namun tiba-tiba, jendelanya terbuka lagi, menampilkan wajah Mr. Innozenze, dengan satu mata yang mengedip padanya.
Oh, bagaimana pria itu tahu kalau ia ada di sini?
Pipi Belinda memerah. Ia memilih tempat persembunyian yang paling bodoh, dan masih mengandalkan bantuan Mr. Innozenze untuk selamat. Perkataan Mr. Innozenze pada sang penjaga memang pengalihan yang cerdas. Saat karavan mulai berjalan, Belinda berpikir betapa penjaga tadi amat menyayangi putrinya.
Ia menghela napas. Apakah ayahnya juga akan bersikap seperti itu?
Belinda sungguh-sungguh ingin percaya. Tapi puluhan surat yang ia kirim ke Hazeltryst Manor tak ada satu pun yang kembali padanya. Apakah ia diabaikan? Apakah ia akan berakhir seperti anak-anak yang dimasukkan ke sekolah berasrama hanya untuk ditinggalkan? Apalagi setelah ia tahu kalau liontin itu diserahkan sendiri oleh ayahnya pada Lord Northstar. Padahal ayah tahu kalau liontin itu begitu berharga baginya. Dan fakta bahwa ayahnya dan Lord Northstar bekerjasama dalam bisnis ilegal sarung tangan bermodel gothic.
Semua kenyataan itu begitu menyakitkan. Namun hati kecil Belinda tetap ingin percaya pada sang ayah, tak mungkin ayahnya yang penyayang menjadi seseorang yang lebih mementingkan harta dibanding putrinya sendiri.
Karavan telah berhenti. Belum sempat ia membuka jendela, pintu karavan telah terbuka. Hari benar-benar gelap.
"Gadis kecil, rupanya kau bertekad kuat juga. Aku tak akan melindungimu lagi setelah ini. Untuk sekarang, masuklah ke dalam gerobak ini. Dan kalau kau tertangkap, kuharap kau membayarku dengan tak mengucapkan Aeris Cirque sedikitpun."
Belinda berjanji, lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam gerobak yang telah disiapkan. Ornamen dan properti-properti panggung dimasukkan menyusulnya. Gerobak itu sangat nyaman. Permukaannya dipoles sehingga menghasilkan sensasi licin kalau disentuh. Melihat kemewahannya, tak salah lagi kalau gerobak ini milik Fairchester House.
Ia berhasil masuk ke dalam sarang penyamun, kini, ia harus menyelamatkan sang calon mempelai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of 12 Friary Lane
Fiksi RemajaBelinda Holywell curiga kalau ayah mengirimnya ke Palais Lyle karena tak mau melihatnya lagi. Selama berada di sekolah berasrama itu, ia tak mau berteman dan terus menyendiri. Suatu hari, ia melihat liontin flute mendiang ibunya dipakai oleh seekor...