7. Bulan Madu

10.8K 393 2
                                    

Keputusan Aaron membawa Rosiana menghadap ke orangtuanya bukan semata untuk memenuhi ucapan orangtuanya kala pertemuan di hari itu. Tapi karena dia ingin memberikan rasa adil kepada Rosiana.

Tahu jika Rosiana tidak perawan lagi.

Tahu bahwa Rosiana pernah mengandung seorang bayi.

Tapi tidak membuat Aaron menjadikan Rosiana hanya sebagai pemuas nafsu seperti yang diinginkan oleh Afyla. Karena menghargai seorang istri adalah tugas paling besar dalam rumah tangga. Begitu juga seorang istri yang harusnya berlaku seperti itu.

Aaron tidak mau menyinggung istrinya hanya dengan ucapan. "Kamu nggak perawan lagi?" tapi dia biarkan kalau Rosiana cerita dengan sendirinya. Jika pun tidak cerita. Semua akan diterima Aaron. Yang jelas dia hanya butuh kejujuran untuk sekarang.

Omongannya Aaron masih bisa dipegang sebagai laki-laki setia yang berusaha membagi hatinya untuk dua istri seperti ini. Tapi perlahan setiap kali dia dengar cerita Afyla mengenai Rosiana yang tidak perawan, justru membuat telinganya panas dan hatinya tersinggung. Afyla memang istrinya, tapi tidak harusnya merendahkan Rosiana juga yang merupakan keluarga dari Afyla sendiri.

Menghadap ke orangtuanya adalah keinginannya untuk sekarang. Rosiana juga tidak keberatan diajak pulang ke rumah orangtuanya Aaron.

Tangan mungil yang dia genggam diajaknya masuk Rosiana ke rumah itu. Orangtuanya juga mengatakan sudah menunggu.

Benar, ketika Aaron baru masuk dia sudah lihat orangtuanya duduk di ruang tamu dan menoleh ke arahnya. "Sini, Rosiana!" sambut LidyaRieke—mamanya Aaron.

Setidaknya orangtua Aaron masih mau menerima pernikahan ini tanpa banyak bicara mengenai cintanya Aaron kepada Afyla. "Tumben ke sini. Padahal udah mau dua bulan nikah."

Lihat dari gerak-geriknya Rosiana yang terlihat sedikit tidak nyaman di sini. Merasa asing, itu sudah pasti dirasakan oleh Rosiana karena dulu sebagai adik sepupunya Afyla ketika bertamu. Tapi sekarang malah jadi istri keduanya Aaron yang dipentingkan untuk memuaskan nafsunya. Tapi Aaron akan hilangkan pernyataan itu. Semua akan hilang selama Rosiana mau disentuh, mau untuk memiliki anak. Mengenai masa lalu. Semua orang punya masa lalu.

Aaron dan Afyla juga pacaran tidak sehat dari dulu. Tidak membuat Aaron merasa kecewa hanya karena perawan atau tidaknya Rosiana.

"Malah bengong kamu, Ron."

Pria itu tersadar lalu kemudian menatap ke arah Lidya. "Ada apa, Ma?"

"Mama tanya, kamu sama Rosiana kapan ke dokter kandungan?"

Sentuh istrinya saja belum. Aaron paham bagaimana cara untuk menghargai Rosiana untuk sekarang. Jangan dipaksakan. Karena tidak mungkin Rosiana bisa dipaksakan saat ini ketika dia butuh waktu bicara. "Tante yang sabar, ya!"

"Mama dong! Kenapa panggil Tante lagi? Duuuh, kamu udah jadi menantu juga di sini."

"Apa Mama nggak masalah aku jadi istri kedua, Ma?"

"Awalnya marah. Tapi kalau dipikir-pikir, ya gimana lagi. Udah kejadian. Yang penting kamu mau kasih anak ke Aaron. Kita sama-sama rawat."

Raut wajah istrinya bisa dilihat dengan baik.

Memangnya masa lalu apa yang seburuk itu dilihat oleh Aaron pada istrinya? Afyla terus cerita setiap hari sejak Aaron mengatakan belum menyentuh Rosiana. Kata-kata pedas dan juga hinaan atas aborsi itu masih terngiang di kepalanya Aaron.

Masih belum percaya sampai saat ini.

Aaron juga tidak bisa sangkal apa pun itu.

Sambutan mamanya juga baik, hangat juga menyenangkan. Tidak ragu membawa Rosiana ke tempat ini. "Kuliah di Malang nyaman nggak?"

Pilihan Kedua (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang