Aaron beserta mamanya ada di rumah sakit menemani Rosiana untuk periksa kandungan. Mengingat dulu kalau Rosiana pernah keguguran, jadi orangtuanya Aaron menyarankan untuk periksa lebih lanjut. Dia menuruti segala permintaan dari Lidya untuk mengantarkan Rosiana.
Batal pergi ke luar negeri menemui Afyla juga atas permintaan dari Lidya agar lebih fokus dulu terhadap kesehatannya Rosiana sebelum dia mengandung.
Aaron sendiri bisa tahu kalau ternyata Lidya jauh lebih sayang pada Rosiana. Masa lalu wanita itu juga ditutup begitu saja oleh Lidya agar Aaron tidak terlalu bahas mengenai masa lalu Rosiana yang pasti sangat berat sekali.
Rosiana mengalami pelecehan seksual, berhubungan suami istri dengan Rosiana yang pasti punya trauma tersendiri hingga membuat Aaron harus hati-hati. Peringatan di buku pemeriksaan Rosiana juga kalau Aaron punya catatan penting jika ingin berhubungan dengan Rosiana penuh dengan kelembutan.
Tapi sekarang Aaron juga mengerti kalau istrinya bisa terima hubungan badan mereka itu ada cinta yang tersemat dalam diri mereka. Aaron juga tidak munafik, bukan berdasarkan nafsu belaka dia bisa tidur dengan Rosiana. Bukan lekuk tubuh indah serta kepuasan paling tinggi dirasakan bercinta dengan Rosiana. Sama sekali bukan itu. Tapi Aaron hanya menikmati percintaan itu ketika dengan Rosiana.
Rasanya sudah hambar jika dia harus membahas hubungan ranjang dengan Afyla suatu saat nanti.
Tubuh Aaron sepenuhnya kini milik istri keduanya. Bukannya Aaron tidak bisa bersikap adil. Dia pria normal, punya nafsu, punya rasa terhadap seorang wanita. Biasanya jika Afyla jauh pun dia bisa melakukannya dari jauh dengan menggunakan tangan. Tapi sama sekali sudah tidak ada rasa lagi untuk itu. Bukan dengan kehadiran Rosiana semata, tapi Aaron sudah merasa tidak bisa menegang pada wanita lain.
"Kok bengong?" Aaron langsung tersadar ketika Lidya menyenggolnya.
Dia langsung menoleh ke arah wanita itu dan bertanya. "Ada apa, Ma?"
"Tuh dokter jelasin."
Aaron mendengarkan penjelasan dokter saat rahimnya Rosiana sedang diperiksa oleh dokter. Aaron juga diberikan saran untuk cek kesehatan lagi. Tapi dia takut periksa kesehatan di dekat Rosiana saat ini. Tiga kali periksa, hasilnya tetap pada kemandulan.
Jadi, meskipun nanti dia program. Takut saja kalau Rosiana itu bisa sedih.
Ponselnya berdering ketika mereka sedang asyik berbincang mengenai rencana bayi program untuk mereka. Lidya juga mengantarkan ke rumah sakit penuh dengan perasaan yang begitu sayang pada Rosiana.
Aaron merasakan betapa sayangnya Lidya kepada Rosiana kalau setiap waktu makanan dan juga kesehatan Rosiana jadi hal utama yang diperhatikan orangtuanya.
Aaron ingin kembali, tapi istri dan juga Lidya sudah keluar dari ruangan itu. "Kok keluar? Aku belum ngomong, Ma."
"Ada antrean, kita langsung pulang?"
"Hmm, boleh."
Waktu Aaron menyetir, di perjalanan tiba-tiba Lidya bilang. "Rahimnya Rosiana sudah baik-baik saja. Siap untuk diisi, Ron. Dia juga sudah baik kesehatannya. Rosiana juga sedang dalam masa subur, kita nggak tahu keajaiban, Ron. Dicoba lagi, ya. Mumpung kita belum jalani program."
"Ya, Ma. Aku bakalan usaha."
Meski dia sedang menjawab begitu. Ada kejanggalan di hatinya kalau dengar ucapan orangtuanya sendiri yang mengatakan jika dirinya harus jadi pria yang berusaha untuk kandungan istrinya.
Pulang mengantarkan Lidya, kali ini mereka pulang ke rumah yang ditempati oleh Aaron dan istrinya. Pria itu mengajak istrinya masuk. "Ochi."
Wanita yang baru saja membuka sepatu flatnya itu menoleh. "Ya, Mas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan Kedua (21+)
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA!!! BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN 21+ Konten khusus dewasa. Aaron selalu ditinggalkan oleh istrinya untuk bekerja. Semenjak Afyla menjadi seorang model fashion. Wanita itu sibuk dengan kariernya. Sementara Aaron yang menjadi suami m...