21. Menjadi Gila

4.9K 307 5
                                    


"Kalau jadi ke rumah Om sama Tante kamu. Hati-hati, ya! Bilang sama aku kalau kamu sudah di sana."

Aaron mencium bibirnya Rosiana dengan lembut. Pamit pada wanita itu kalau dia akan segera berangkat ke kantor. Ada rapat penting hari ini yang mendadak sekali. bagi Rosiana, ditemani oleh Aaron maupun tidak rasanya sama saja. Dia akan pulang ke rumah itu untuk pertama kalinya.

Rosiana merindukan rumahnya, bukan karena dia tidak bisa berterima kasih kepada orang-orang yang ada di rumah itu. tapi Rosiana hanya ingin jalin tali silaturahmi baik-baik. Meskipun pernah dihina oleh tantenya tentang dia yang menguasai Aaron.

Memang benar, di dalam hatinya Rosiana pun terasa sekali hatinya sangat sakit mengingat dirinya yang dipilih oleh Aaron. Mengandung dua anak sekaligus untuk pria itu. tapi kalau diingat kembali waktu wartawan bertanya, ada yang menyinggung hatinya Rosiana. Namun, Aaron mengatakan itu tidak akan ada masalah.

Sebagai seorang suami, Aaron itu bersikap baik, dingin untuk beberapa kejadian. Tapi juga enggan berkomentar banyak hal kalau menyangkut tentang masa lalu. Yang Aaron pikirkan hanyalah masa depan anak-anaknya juga kebahagiaan Rosiana.

Kalau Rosiana singgung tentang Afyla lagi, pasti suaminya tersinggung. Artinya Aaron juga enggan membahas tentang wanita yang menghancurkan kebahagiaan juga rumah tangga yang dibangun cukup lama. Tapi dihancurkan oleh Afyla sendiri karena uang.

Kemewahan dan ketenaran membutakan Afyla sehingga mengabaikan pernikahannya. Kalau sudah seperti itu, apa artinya selama ini Aaron setia? Sedangkan Afyla bersama pria lain dan melakukan hubungan terlarang itu.

Rosiana juga tidak menyangka jika kakaknya akan melakukan seperti itu.

Setelah Aaron berangkat, Rosiana berpikiran untuk pulang. Karena diberikan izin oleh suaminya.

Tiba di sana, dia disambut dengan baik oleh El, kakak sepupunya. Begitu dia masuk, laki-laki itu memberikan minuman kemasan untuknya. "Kamu hamil lagi ternyata."

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Mama sama Papa ke rumah sakit jiwa."

"Siapa yang sakit?"

El menarik napas panjang lalu berkata. "Kak Afy dibawa ke rumah sakit jiwa usai bercerai sama Kak Aaron jadi stress."

Rosiana sudah lama tidak pulang. Begitu pulang mendapatkan informasi seperti itu dari kakak sepupunya. "Ochi, bisakah kita saja yang menikah? Aku akan tanggung jawab tentang anak yang kamu kandung, meskipun itu adalah anaknya Aaron. Aku yang akan menanggungnya. Yang penting Kak Afyla sembuh dan bisa kembali sama Kak Aaron."

Rosiana tersenyum mendengar tawaran dari El. "Kita tidak akan pernah menikah sampai kapan pun. Kita adalah saudara dan cukup dekat. Bukankah kakak bisa cari wanita lain?"

"Kamu pernah tidur denganku, bukan sekali atau dua kali saja, Rosiana. Bahkan aku hafal bagaimana tubuhmu. Kita sering melakukannya. Apa itu belum bisa buat kamu sedikit saja punya perasaan?"

"Bagaimana dengan anak kita dulu?"

Rosiana langsung menyerang dengan pertanyaan itu dari El. Kalau mengenai anak di masa lalu yang dipaksa aborsi. Mana mungkin Rosiana bisa seperti sekarang tumbuh dan berusaha kuat memperbaiki mental sendiri tanpa ada orang lain yang menguatkan.

Kalau bukan karena orangtuanya juga yang terus datang ke dalam mimpinya, mungkin Rosiana juga akan menyusul ke sana.

"Aku ke sini untuk berkunjung. Bukan membahas masa lalu kita. Jangan ungkit lagi yagn sudah terjadi. Bahkan suamiku pun sudah tahu tentang masa lalu kita. Mau pengaruhi dia dengan cara apa pun, aku sama dia sudah nggak mau lagi ingat yang dulu. Cukup, Kak. Aku nggak minat sama pembahasan."

Pilihan Kedua (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang