20. Kekesalan Yang Meluap

4.6K 325 5
                                    

Jangan lupa follow sebelum baca. 

Aaron menyiapkan diri untuk pergi ke acara penting malam ini. Karena kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan global. Acara perkumpulan para pemimpin perusahaan malam ini dan beberapa perusahaan lain juga hadir. Tapi perusahaan Aaron akan bertemu dengan seorang presiden direktur salah satu perusahaan yang tertarik kerjasama dengannya. Dan akan sangat penting baginya.

Aaron mengajak istrinya untuk menghadiri. Usai mengurus surat pernikahan untuk mengesahkan Rosiana, Aaron begitu senang karena niatnya selama ini akhirnya bisa terlaksana juga.

"Udah?" tanya Aaron saat istrinya berdandan. Masih ada di depan meja rias. Melihat riasan sederhana Rosiana, Aaron tersenyum karena istrinya tidak berlebihan. Perutnya juga terlihat begitu seksi.

Rosiana bangkit dari tempat duduknya. "Aku cantik nggak, Mas?"

"Kamu selalu cantik sayang."

"Aku serius, Mas. Soalnya ini kan acara penting banget untuk kamu."

"Tapi kamu tetap cantik, aku nggak bohong." puji Aaron kepada istrinya yang kemudian senyum.

Wanita itu mengambil tasnya, langsung menghampiri Aaron.

Lihat saja perutnya yang buncit, justru Aaron melihat istrinya begitu seksi dengan itu. Aaron menantikan kehadiran dua anaknya sekaligus.

Dia menganggap ini adalah suatu anugerah terbesarnya. Sekalinya diberikan kepercayaan, Aaron diberikan dua sekaligus. Mungkin ini adalah jawaban dari penantian selama ini. Diberikan kepercayaan pada wanita yang tepat. Wanita yang mampu menghargai rumah tangganya.

Aaron mengambil mobilnya, meminta istrinya menunggu terlebih dahulu di depan rumah.

Dia membuka pintu mobil untuk istrinya. "Jaketnya jangan lupa dipakai juga. Nanti pas pulang dari pesta, langsung pakai lagi. Kamu pasti kedinginan kalau pakai baju terbuka begitu."

Rosiana yang masuk ke dalam mobil menganggukkan kepalanya. "Tenang saja, Mas."

Mereka tiba di acara pesta itu. Aaron melihat orang-orang sangat ramai sekali. Bukan hanya mengundang para pengusaha. Tapi juga influencer juga menjadi senjata ampuh mereka mempromosikan produk. Jadi beberapa ada di sini.

Aaron mengedarkan pandangannya melihat ke penjuru tempat tersebut ada orang yang dicarinya akan bertemu dengannya malam ini.

Tapi justru banyak media juga yang ikut andil. Untuk apa mereka di sini? Jelas kalau orang melihatnya akan tahu bahwa dia merupakan suaminya Afyla.

"Ochi, ada media."

Rosiana menolehkan kepalanya. Ada perkumpulan di sana. "Astaga, kenapa mereka bisa di sini?"

"Aku khawatir mereka menghampiri. Karena beberapa kali aku berusaha menghindar soal ditanya aku punya simpanan."

Aaron sudah merasa terganggu dengan berita yang seperti itu. Jelas bukan dirinya yang mau pernikahan ini terjadi dulu. Sekarang dia sudah terlanjur juga mencintai Rosiana. "Aku juga nggak nyaman kalau sampai mereka menghampiri."

Kemudian, Aaron bertemu dengan orang yang sudah memiliki janji temu dengannya. "Aku pikir kamu tidak datang malam ini, Aaron."

Mereka berdua berjabat tangan. "Aku nggak mungkin nggak hadir kalau sudah ada janji."

"Oh ya, ini siapa?" tanya pria itu. Karena tahu kalau Afyla istrinya. Rosiana belum sempat dia kenalkan.

Aaron tersenyum. "Ini Rosiana, istriku."

"Eh? Bukannya yang itu, ya? Siapa namanya aku lupa? Papamu pernah sebut."

"Afyla, udah cerai. Ini istriku sekarang."

"Oh gitu, cantik yang ini sih, Aaron."

Dia tersenyum mendengar pujian itu kalau bukan dia saja yang merasa jika Rosiana itu cantik. Ternyata orang lain juga menyadari. "Aaron, ini kerjasama kita yang ketiga. Dulu sebelum kamu, aku kerjasama dengan Papamu."

"Oh ya? Papaku nggak cerita."

"Mungkin juga sudah lupa. Tapi aku harap kamu kali ini berikan aku yang terbaik juga seperti Papa kamu. Proyek ini menelan biaya milyaran, Aaron. Ini proyekku hotel."

Aaron mengangguk. "Luar biasa sekali. Jadi desain yang waktu itu aku kirimkan, benar akan kamu terima?"

"Tentu, aku sudah sangat puas dengan kinerja tempatmu. Mau nggak mau, aku akan kerjasama dengan kamu lagi. Karena aku sudah puas sekali."

"Baik, aku akan tunggu kedatangannya besok di kantorku."

"Aku ke sini karena lihat beberapa pengusaha yang penting sekali datang. Aku harus lihat bagaimana mereka bisa menghasilkan uang dengan begitu mudah sekali. Mereka jalin kerjasama yang seperti apa. Aku akan mencari peluang."

Aaron tersenyum mendengarnya. Aaron hanya menginginkan bertemu dengan orang-orang penting di sini saja. "Aku di sini cuman untuk lihat-lihat acaranya meriah atau nggak. Karena nggak biasanya."

"Karena yang datang memang tamu penting semua, Ron. Jadi di acara sekarang ini berbeda dengan acara yang lalu."

Aaron juga mengakui itu. Kalau acara ini paling berbeda dengan biasanya.

Pria itu pamit padanya. Aaron masih berduaan dengan istrinya. "Kalau kamu capek berdiri, aku ajak ke tempat lain mau?"

Rosiana mengangguk, bisa dilihat kalau istrinya itu lelah berdiri karena kehamilannya. Sedangkan Aaron hanya punya pilihan untuk mengambil kursi yang ada di dekat kumpulan media.

Ia terpaksa ke sana, kemudian mengambil kursi itu dan memberikannya kepada Rosiana. "Duduklah!"

Baru saja Rosiana duduk. Beberapa awak media menghampirinya. "Selamat malam, Mas Aaron."

Betul dugaan Aaron ini akan menjadi sorotan. "Kalian mau tanya soal saya dan Afyla? Juga mengenai wanita ini?"

Mereka mengiyakan dan cercaan pertanyaan mulai ditanyakan kepada Aaron. "Ini Rosiana, istri baru saya. Mengenai saya dan Afyla, sudah selesai. Saya menikahi wanita ini, dan istri saya sekarang sedang hamil."

Kemudian Aaron yang merasa puas memperkenalkan Rosiana itu tiba-tiba mendapatkan sebuah ucapan. "Apakah kabar mengenai Anda mandul itu tidak benar? Lalu apakah sekarang wanita di sebelah Anda hamil keturunan Anda?"

Mata Aaron melotot begitu ada yang bertanya di luar batas seperti itu. Kenapa mereka berani bertanya hal seperti itu?

"Apakah ada hak kalian bertanya seperti itu kepada orang lain?" Aaron memegang tangan istrinya. Memperlihatkan cincin pernikahan mereka berdua. "Kami menikah, dan ini perut istri saya sekarang. Apakah kalian percaya kemandulan saya? Kalian bisa ke rumah saya dan saya akan tunjukan foto hasil pemeriksaan. Kalau kalian masih beritakan soal kemandulan ini, saya pastikan akan menuntut media kalian."

Aaron menarik Rosiana untuk pergi dari tempat itu. Keberatan kalau selama ini orang menganggapnya sebagai pria mandul. Menyedihkan dan sekaligus memalukan mendapatkan pemberitaan seperti itu. "Aku menandai kalian." ujar Aaron mengambil gambar mereka semua karena tidak terima dengan pertanyaan tadi.

Usai mengajak istrinya menjauh dari sana. Dia masuk ke dalam mobil. "Mas, kamu baik-baik saja?"

Aaron menoleh dan menyalakan mesin mobilnya. "Aku baik-baik saja."

"Tenangkan diri dulu. Diam di sini. Aku temenin sampai amarah kamu selesai. Jangan sampai emosi kamu bahayakan kita berempat. Ingat, aku mengandung dua bayi kamu, Mas."

Aaron yang tadinya emosi sangat tinggi, mendengar istrinya berucap seperti itu. Dia kemudian mematikan mesin mobilnya.

"Kita berangkat kalau kamu udah tenang."

"Ya, sayang."

Hampir saja dia terbawa emosi seperti yang dikatakan oleh Rosiana barusan. "Lain kali jangan emosi seperti itu. Orang berhak bertanya, tapi kamu jangan tersinggung. Kadang orang hanya memikirkan isi kepalanya. Tapi memikirkan perasaan orang lain." 

Pilihan Kedua (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang