Jaehyun dan Renjun sudah keluar dari rumah sakit. Tapi Jaehyun seperti masih memikirkan sesuatu.
"Jadi anakmu itu...."
"..... Kembar?" tanya Jaehyun. Renjun mengangguk. Kenapa pria itu masih tanya padahal dokter sudah menjelaskan semuanya. Seharusnya Jaehyun sudah mengerti bukan? Ia tau jika Jaehyun adalah pria yang cerdas, tidak mungkin Jaehyun tidak paham dengan hal-hal yang sepele seperti itu. Apalagi tadi dokter menjelaskannya dengan cukup rinci.
"Jadi kau itu tidak kebanyakan makan?" tanya Jaehyun lagi. Renjun menggeleng. Terlihat pria itu memukul kepalanya sendiri.
"Jaehyun pabo" gumamnya
"Hyung mengatakan sesuatu?" Renjun memiringkan kepalanya untuk melihat Jaehyun yang sedikit menunduk.
"Tidak, hanya sedikit bernyanyi"
"Iya tadi aku bernyanyi" sambung Jaehyun.
"Ya sudah ayo pergi belanja, kau jadi menemaniku kan?" tanya Renjun.
"Hm" Jaehyun pun mulai menjalankan mobilnya. Selama di perjalanan tidak ada pembicaraan yang berarti. Hanya sekedar berbincang ringan.
"I like me better when i'm with you" gumam Jaehyun. Renjun mendengarkan suara merdu yang menyapa indra pendengarannya. Sungguh suara Jaehyun sangat merdu walaupun hanya berupa gumaman saja.
"Hyung"
"Ya?"
"Apa kau suka bernyanyi?" tanya Renjun. Jaehyun menggeleng.
"Aku tidak suka bernyanyi" jawab pria itu. Meskipun ia suka bersenandung kecil menghibur kesepian. Tapi ia tetaplah tidak suka bernyanyi.
"Tapi suaramu bagus" puji Renjun. Jaehyun terlihat melirik pemuda itu dengan ekor matanya.
"Benarkah?"
"Iya, suaramu merdu sekali, jadi ku kira tadi kau suka bernyanyi hehehe" jawab Renjun dengan kekehan kecil. Jaehyun senang melihat kekehan itu. Seperti ada pesona tersendiri bagi dirinya untuk menatap pemuda yang sedang terkekeh itu.
"Sudah sampai" ucap Jaehyun. Pria itu melepaskan seat belt miliknya lalu membuka pintu dan menunggu Renjun di luar.
"Ayo hyung" ajak Renjun. Pemuda itu berjalan mendahului Jaehyun yang tertinggal di belakang. Jaehyun tidak suka itu, bagaimana jika banyak yang menggoda Renjun karena ia tidak berjalan di samping pemuda itu? Dengan cepat Jaehyun menyusul Renjun dan menautkan tangan mereka. Renjun cukup kesal tentu saja. Ia jadi kesulitan untuk mengambil troli karena Jaehyun yang tidak ingin melepaskan tautan tangannya.
"Hyung lepaskan, aku kesulitan mengambil troli dengan tangan kiri"
Jaehyun tidak bergeming. Tangan kanannya terulur untuk mengambil troli.
"Tidak alasan bukan?" balas Jaehyun. Renjun mengalah. Tidak ada alasan lagi untuknya menolak gandengan Jaehyun. Mereka berjalan menuju stand kebutuhan pokok. Renjun nampak menimbang-nimbang."Hyung bisa tolong ambilkan beras itu?" tanya Renjun. Jaehyun mengangguk. Mungkin jika tidak ada Jaehyun, maka Renjun akan menyuruh salah satu bodyguard mertuanya untuk membantu ia berbelanja.
"Mau beli apa lagi?" tanya Jaehyun. Renjun berjalan perlahan dan memasukkan barang-barang yang ia butuhkan. Setelah selesai dengan kebutuhan pokok, langkah mereka tertuju ke stand sayuran dan buah-buahan.
Renjun melepaskan tautan tangannya dengan Jaehyun. Ia ingin memilih sayuran dan buah-buahan yang bagus.
"Kenapa dilepas?" tanya Jaehyun.
"Susah kalo milih pake tangan kiri" jawab Renjun tanpa menatap Jaehyun. Pemuda itu sedang fokus memilih semangka untuk Mark.
"Hyung tolong angkat semangka ini" Renjun menunjuk ke arah buah semangka yang berukuran cukup besar.
"Satu?"
"Tiga hyung, kalo satu bisa-bisa besok kita ke sini lagi buat beli semangkanya Mark" jawab Renjun. Jaehyun hanya menurut saja. Banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka. Ada yang menatap mereka kagum ada juga yang menatap mereka iri. Jaehyun jelas mengetahui tatapan itu semua. Ia tidak suka jadi pusat perhatian, itulah alasannya tidak pernah belanja ke supermarket sendiri dan menyuruh Lucas untuk membelikan kebutuhan rumahnya.
"Damn" ucap Jaehyun pelan. Namun masih bisa ditangkap oleh pendengaran Renjun yang tajam.
"Kau mengumpat hyung?" tanya Renjun penasaran. Jaehyun menggelengkan kepalanya.
"Aku bernyanyi" jawabnya. Mereka pun berjalan lagi untuk membeli cemilan. Cukup lama mereka berkeliling karena Jaehyun selalu melarang Renjun untuk membeli cemilan-cemilan itu. Memang menyebalkan.
"Hyung aku lelah berkeliling tapi kau selalu melarangku membeli cemilan, jika begini lebih baik aku pergi dengan Lucas ge" Renjun mengerucutkan bibirnya yang justru terlihat imut dimata Jaehyun.
"Demi kesehatan mu dan twins" balas Jaehyun. Mereka pun membayar belanjaan mereka. Renjun benar-benar tidak membeli cemilan apapun karena larangan dari Jaehyun. Ketika mereka ingin pulang Renjun meminta Jaehyun menunggunya sebentar karena ia ingin ke toilet. Namun ketika ia kembali ia melihat pria itu tengah bercengkrama dengan seorang wanita cantik membuat Renjun membiarkannya dan menunggu wanita itu pergi baru ia menghampiri Jaehyun. Hal itu membuat dirinya semakin kesal tapi ia tidak bisa marah.
.
.
.
.
••••••
Renjun membuka pintu rumah dengan sedikit kasar. Ia kesal dengan Jaehyun. Ia ingin marah tapi ia tidak bisa marah saat ini. Ia justru menangis sekarang. Jaehyun tidak menyadari tangisan Renjun karena pemuda itu menelungkupkan wajahnya ke meja. Pria itu kini tengah sibuk membereskan barang-barang yang mereka beli tadi. Sebenarnya Jaehyun hanya tidak ingin Renjun terlalu banyak makan manis.
"Hey jangan begitu, lehermu bisa sakit" tegur Jaehyun dengan menyentuh kepala Renjun. Pemuda itu mendongak menatap Jaehyun yang berdiri di sampingnya.
"Kau menangis?"
"Menurutmu? Hyung jahat, hyung sudah merusak handphone ku lalu hyung hiks-" Renjun memeluk Jaehyun. Ia tidak melanjutkan kata-katanya lagi. Jaehyun hanya terdiam dan membiarkan Renjun menangis sembari memeluknya.
"Handphone hm? Ini handphone untukmu" ucap Jaehyun datar. Renjun melepaskan pelukannya. Jaehyun duduk dan menyodorkan sebuah kotak handphone yang Renjun yakini berharga mahal. Ini seperti handphone Jaehyun.
"Untukku?" Renjun mengambil kotak itu dengan ragu-ragu. Jaehyun berdehem.
"Terimakasih"
"Emm hyung" panggilnya. Jaehyun menengok dengan tatapan seperti bertanya ada apa.
"Wanita yang di supermarket tadi siapa?" tanya Renjun. Jaehyun terlihat mengalihkan pandangannya. Seperti gelisah(?)
"D-dia rekan kerjaku" jawab Jaehyun terbata. Renjun curiga, Jaehyun tidak pernah berbicara terbata seperti itu. Apa ada yang pria itu sembunyikan?
"Ahh begitu, aku kira dia mantan istrimu" ucap Renjun seadanya. Muka Jaehyun langsung berubah pucat.
"Mantan istriku, sudah meninggal"
"Y-ya dia meninggal ketika melahirkan Jeno" sambung Jaehyun. Renjun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Sepertinya ia harus bertanya kepada Mark nanti.
.
.
.
.
.
••••••••
Jangan lupa votement juseyo 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel [JAEREN]
FanfictionRenjun hanya ingin Jaehyun menyayangi anak mereka, itu saja. Dia tidak berharap untuk dicintai oleh lelaki itu. Dia hanya ingin Jaehyun menganggap anaknya saja. WARNING, THIS IS BXB BOOK, SO BUAT HOMOPHOBIC SILAHKAN TINGGALKAN BOOK INI !! mpreg | ja...