Pagi yang mendung dimana seorang perempuan yang tengah mengelus perutnya yang mulai buncit, tengah menatap rintihan air hujan
" Sekarang aku tidak sendiri lagi, aku memiliki madu " ujar nya yang menatap keluar
" Tuhan, tuntun aku supaya menjadi wanita yang bisa menerima ini semua" ujar nisa
" Bangun dari tidur sendiri, waktu harus berbagi, akan ada batas jika bersama " ujar nisa tersenyum
Telpon yang berbunyi membuat Nisa menoleh kesamping nakas
" Baru aku pikirkan dirinya sekarang nelpon " ujar nisa membiarkan karna dia tahu bahwa saat ini shailendra harus bersama mardila, ada hati yang harus dia jaga juga
" Kamu tahu nggak, jika nanti aku mendengar suaramu pasti aku akan menangis, aku ingin sendiri " ujar nisa menatap panggilan suaminya
POV mardila
Pagi yang gerimis ini, terlihat pasangan yang baru menikah
" Aku punya suami, aku juga istri kedua " ujar Mardila memandang wajah Shailendra
" Aku tidak akan memaksa kamu untuk mencintai aku, tapi aku ingin dihargai dan diperlakukan layaknya istri " ujar mardila dan beranjak
Merasa tidak ada seseorang disamping, membuat Shailendra membuka matanya
" Astagfirullah aku lupa" ujar Shailendra menatap seisi kamar yang berbeda
" Bagaimana kabar Nisa, apa dia benci kepada aku " pikir shailendra merenung
" Biar aku menelepon nya " ujar Shailendra
" Angkat zaujati, aku merindukan suaramu " ujar Shailendra berkaca kaca, sudah berapa kali dia menghubungi Nisa tapi hasilnya sama
" Ya Allah lindungilah istri dan anakku " ujar Shailendra menangis
Sedang kan didepan pintu mardila menyaksikan shailendra yang menangis
" Secinta itu sampai membuat dia manangis " ujar mardila
" Emm shai" panggil mardila lembut membuat Shailendra menatapnya
" Emm makan dulu " ujar mardila
" Iya adinda " ujar Shailendra membuat mardila merasakan kupu kupu bertebangan
" Aku juga sudah siapkan air kamu untuk mandi " ujar mardila membuat Shailendra tersenyum tulus
" Makasih adinda, " ujar Shailendra berjalan kearah Mardila dan mengecup kening nya karna dia juga ada kewajiban membahagiakan
Setelah selesai mandi shailendra memeluk mardila yang tengah menatap keluar jendela
" Aku salah ya " ujar mardila yang mematung saat merasakan tangan kekar diperutnya
" Adinda tidak ada yang salah, " ujar Shailendra membalikkan badan mardila agar menatapnya
" Ini pernikahan yang harus kita jaga, jika nanti kamu merasa sakit hati kepada ucapan atau tindakan aku maka kamu boleh menyebutnya dan tolong bicarakan kepada diriku " ujar Shailendra
" Mungkin perasaan dan kasih sayang belum tentu bisa adil, tapi ingatlah aku akan berusaha untuk adil, aku membutuhkan dukungan mu, " ujar Shailendra lembut membuat mardila tertegun
" Jangan dengarkan ucapan orang, mereka tidak tahu apa yang kita lakukan" ujar Shailendra lagi
" Aku akan berusaha membantu dirimu " ujar mardila
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekuatan Cinta....
Teen Fictionkehaluan yang menjadi kenyataan menikahi seorang anak Gus yang datar dingin, dan hidup seperti orang yang tak memiliki jodoh hanya diam seperti air tapi sangat mengejutkan diakhir mungkinkah semua ini pertanda dari buah kesabaran dalam keluarga mu...