mungkin 11

131 4 0
                                    

Pagi yang mendung dimana seorang perempuan yang tengah mengelus perutnya yang mulai buncit, tengah menatap rintihan air hujan

" Sekarang aku tidak sendiri lagi, aku memiliki madu " ujar nya yang menatap keluar

" Tuhan, tuntun aku supaya menjadi wanita yang bisa menerima ini semua" ujar nisa

" Bangun dari tidur sendiri, waktu harus berbagi, akan ada batas jika bersama " ujar nisa tersenyum

Telpon yang berbunyi membuat Nisa menoleh kesamping nakas

" Baru aku pikirkan dirinya sekarang nelpon " ujar nisa membiarkan karna dia tahu bahwa saat ini shailendra harus bersama mardila, ada hati yang harus dia jaga juga

" Kamu tahu nggak, jika nanti aku mendengar suaramu pasti aku akan menangis, aku ingin sendiri " ujar nisa menatap panggilan suaminya













POV mardila

Pagi yang gerimis ini, terlihat pasangan yang baru menikah

" Aku punya suami, aku juga istri kedua " ujar Mardila memandang wajah Shailendra

" Aku tidak akan memaksa kamu untuk mencintai aku, tapi aku ingin dihargai dan diperlakukan layaknya istri " ujar mardila dan beranjak



Merasa tidak ada seseorang disamping, membuat Shailendra membuka matanya

" Astagfirullah aku lupa" ujar Shailendra menatap seisi kamar yang berbeda

" Bagaimana kabar Nisa, apa dia benci kepada aku " pikir shailendra merenung

" Biar aku menelepon nya " ujar Shailendra

" Angkat zaujati, aku merindukan suaramu " ujar Shailendra berkaca kaca, sudah berapa kali dia menghubungi Nisa tapi hasilnya sama

" Ya Allah lindungilah istri dan anakku " ujar Shailendra menangis



Sedang kan didepan pintu mardila menyaksikan shailendra yang menangis

" Secinta itu sampai membuat dia manangis " ujar mardila

" Emm shai" panggil mardila lembut membuat Shailendra menatapnya

" Emm makan dulu " ujar mardila

" Iya adinda " ujar Shailendra membuat mardila merasakan kupu kupu bertebangan

" Aku juga sudah siapkan air kamu untuk mandi " ujar mardila membuat Shailendra tersenyum tulus

" Makasih adinda, " ujar Shailendra berjalan kearah Mardila dan mengecup kening nya karna dia juga ada kewajiban membahagiakan

Setelah selesai mandi shailendra memeluk mardila yang tengah menatap keluar jendela

" Aku salah ya " ujar mardila yang mematung saat merasakan tangan kekar diperutnya

" Adinda tidak ada yang salah, " ujar Shailendra membalikkan badan mardila agar menatapnya

" Ini pernikahan yang harus kita jaga, jika nanti kamu merasa sakit hati kepada ucapan atau tindakan aku maka kamu boleh menyebutnya dan tolong bicarakan kepada diriku " ujar Shailendra

" Mungkin perasaan dan kasih sayang belum tentu bisa adil, tapi ingatlah aku akan berusaha untuk adil, aku membutuhkan dukungan mu, " ujar Shailendra lembut membuat mardila tertegun

" Jangan dengarkan ucapan orang, mereka tidak tahu apa yang kita lakukan" ujar Shailendra lagi

" Aku akan berusaha membantu dirimu " ujar mardila

Kekuatan Cinta....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang