mungkin 13

131 3 0
                                    

Kesakitan ini membuat mardila rasanya ingin menyerah

" Ya Allah semuanya aku pasrahkan kepadamu " tutur mardila dikamar mandi

" Sakit hiks " ujarnya yang memuntahkan darah

" Aku bahagia bisa menikah dengan Shailendra, tapi aku belum siap meninggalkan nya " ujar mardila yang keluar

Setelah membuka pintu terlihatlah shailendra yang tengah memegang mushaf sambil dibaca, dimana suaranya yang merdu

" Apakah esok aku masih bisa mendengar suara ini " batin mardila tersenyum perih

" Mungkin ini akan menjadi kisah pernikahan yang sebentar lagi berakhir " ujar mardila dan mendekati shailendra

" Wahai Habibi " ujar mardila tersenyum

" Sini "  shailendra menarik tangan mardila sehingga membuat dirinya duduk diatas shailendra

" Tapi nanti aku ganggu kamu " ujar mardila

" Aku lebih senang membaca Alquran ditemani kamu habibati " ujar Shailendra menatap mardila tulus

" sambung ya " ujar Shailendra membuat mardila mangguk

الرحمن

علم القرآن

خلق الانسان

علمه البيان

Lanjut mereka sampai habis

" Masya Allah habibati, " ujar Shailendra mengecup seluruh wajah mardila

" Kamu juga Habibi, suara mu sangat candu bagi aku " ujar mardila terkekeh

" Besok kita murotal bareng lagi " balas shailendra

" Insyaallah jika umur panjang " balas mardila

" Jangan gitu " ujar Shailendra

" Kamu pasti ngerti umur nggak ada yang tahu, bisa saja besok atau lusa" ujar mardila

" Kamu pucat, sakit hmm " balas shailendra menatap wajah mardila

" Aku cuma kelelahan " ujar mardila memeluk Shailendra

" Aku temani kamu tidur habibati " ujar Shailendra menggendong mardila ke atas kasur






*******




Saking sibuknya dikantor membuat Shailendra jenuh

" Apa Nisa sudah makan " batin shailendra menatap jam ditangannya

" Bagaimana dengan mardila " ujar Shailendra lagi

Shailendra mengotak Atik ponsel yang dipegangnya dan mengirim sesuatu yang bisa membuat istrinya bahagia

" Semoga mardila dan Nisa senang " ujar Shailendra menatap paket yang sebentar lagi sampai

Karna diperut ada seorang anak, membuat Nisa patuh kepada semua perintah suaminya dimana dia tidak boleh bekerja berat

" Bosen banget mami nak " ujarnya mengelus perutnya yang mulai buncit

Kekuatan Cinta....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang