PROLOG

5.6K 150 0
                                    

Hai semua
Bagi yang pengen tau cerita lengkapnya, kalian bisa baca dulu cerita sebelumnya
Enjoy semua

Selamat membaca~

Seorang wanita berusia dua puluh lima tahun sedang menatap layar di depannya. Layar itu menampilkan sebuah kejadian di mana suaminya, alias Aarav Cakra Danendra tertabrak oleh mobil.

Calansha, air mata wanita itu sudah menetes. Sebenarnya ia tidak sanggup melihat ini semua, siapa yang berhak ia salahkan?

Kecerobohan anggotanya atau dia?

Calansha menatap tajam seorang gadis yang tengah tertawa terbahak-bahak dengan baju yang berwarna oren dan bernomor dua puluh tujuh. Lagi dan lagi gadis itu yang telah merenggut semua kebahagiaannya.

"Calantha Kayyana Borg, lo nggak akan lepas dari gue."

Gadis itu adalah kembarannya sendiri, dulu ia sudah memberi kesempatan kepadanya untuk masih melihat dunia. Namun sekarang tidak.

"Lo salah cari lawan, Calantha. Calansha yang sekarang bukan Calansha yang dulu, kebangkitan ini akan terjadi lagi dan akan terjadi terus menerus hingga kegelapan di dunia ini musnah."

"Ma! Ma!" Calansha menghapus air matanya kasar, ia harus terlihat baik-baik saja di depan anak-anaknya. Ia tidak boleh lemah, meskipun Aarav-nya telah tiada namun Calansha tidak akan menyerah.

Sayang....kalau aku nggak ada kamu harus berjanji jaga anak-anak, jaga diri kamu juga. Ingat, kamu harus memberikan apa yang akan menjadi hak Calisha

Pesan dari Aarav, tidak akan ia pernah lupakan. Calansha menatap anaknya sambil tersenyum, ia membelai pipi anaknya dengan lembut. Seorang anak perempuan yang masih berusia dua tahun itu tersenyum manis.

"Nak....kamu yang akan menjadi seorang malaikat dari kematian orang itu. Malaikat sekaligus putri kehancuran yang akan memusnahkan semua kejahatan di dunia ini. Mama tidak akan membiarkan semua yang terjadi pada mama, terjadi pada kamu juga."

Anak perempuan itu adalah Calisha Rayana Danendra. Dia hanya tersenyum lebar sambil bertepuk tangan, seolah-olah dia tau maksud apa yang dibicarakan ibunya.

"Balaskan dendam papa dan mama kepada orang itu. Calisha harus menjadi seorang pemimpin yang tangguh, kamu yang akan menggantikan mama suatu saat nanti. Semua orang yang berani mengusik kehidupan kita, tidak akan bisa lari dengan mudah." Calisha hanya menganggukkan kepalanya lucu, Calansha mencium pipi gembulnya dengan gemas.

Pandangan Calansha beralih pada layar monitor yang menampilkan seorang gadis tengah terburu-buru meninggalkan tanah air. Calansha tersenyum manis, "Sejauh apapun lo pergi, bayang-bayang gue nggak akan pernah lepas sedikitpun dari lo."

_
_
_
_
_
_
_

Calisha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang