Selamat membaca~
Tempat penyesalan adalah di akhir
Alberto tertawa terbahak-bahak, putrinya? Bahkan dia tidak memiliki keturunan dari Jepang sedikitpun.
"Bodoh." Calansha hanya tersenyum kecil, sedangkan seseorang telah menghela napasnya lega tanpa mengetahui apa yang akan terjadi dalam beberapa detik ke depan.
Dor
Seorang gadis terpaku di tempat saat sebuah peluru melesat ke arahnya dan tepat mengenai pakaian di lengannya hanya pakaian saja. Ethan dan Alberto yang melihat itu pun panik.
Calansha tersenyum lebar, lihatlah mereka berdua sangat manis.
"Cassia Therra Caleb?" Calansha mendekat pada ketiga orang itu. Ia masih dengan senyumnya yang terukir di wajah cantiknya itu.
"Caleb? Davis?" Alberto terdiam kaku, rahasianya telah terbongkar. Inilah yang ia takutkan, rencana yang ia rencanakan dari dulu telah gagal, namun tidak seluruhnya.
Ethan juga tidak kalah terkejutnya, bagaimana Calansha tau jika Cassia bukanlah putri kandung dari keluarga Caleb?
Satu kebenaran yang Ethan ketahui lagi ternyata Alberto adalah ayah kandung dari Cassia.
"Cassia Therra Davis adalah seorang putri dari Alberto Davis yang ditinggalkan di sebuah gubuk di daerah terpencil dan ditemukan oleh Tuan dan Nyonya Caleb." Kini giliran Calisha yang maju ke depan dan berdiri tepat di samping ibunya, Calansha.
"Bagus sekali, sekarang giliran kalian untuk mati."
"SERANG!!" Anggota Azac sekitar seribu lebih keluar dari berbagai penjuru dan mengepung Calansha dan Calisha.
Sebanyak apapun singa, Queen of Golden Rose dan Princess of Golden Rose tidak akan kalah dengan mudah sedikitpun. Karena dewa kematian telah hadir disini dan mengikuti bayang-bayang mereka.
Calisha tersenyum tipis pada ibunya, dan dibalas anggukan oleh Calansha. Mereka membalas serangan dari lawan dengan mudah. Lima puluh orang sudah mereka tumbangkan dalam sekejap.
Kini di tanah ini, di lapang ini pertumpahan darah telah terjadi. Kegelapan akan sirna bersamaan dengan munculnya cahaya. Inilah saatnya untuk membalas semua perbuatan jahat dari mereka. Kini Calansha maupun Calisha telah bangkit kembali untuk menumpas kejahatan.
Alberto dan Ethan yang melihat Calansha dan Calisha yang begitu lihainya melawan Azac pun terkejut. Bagaimana bisa?
Dor
Dor
Dor
Suara tembakan terdengar di telinga semua orang membuat semuanya menoleh kepada segerombolan orang dengan jubah hitam dan berlambang Golden Rose. Alberto semakin terkejut melihat lambang itu.
"Golden Rose?" Lirih Ethan.
Belva memimpin gerombolan itu dan diikuti Daffa, Dito, dan Aslan di sampingnya. Mereka semua membelah gerombolan anggota Azac dan mengelilingi Calisha dan Calansha.
Apa yang sedang terjadi?
Alberto maju, "Disogok apa kalian sampai mau membantu mereka berdua? Pemuas nafsu?"
Belva mencengkram kedua rahang tegas itu dengan kuat. Ia menatap tajam kepada Alberto, berani-beraninya dia menghina ketua kami.
"Yang lo sebut sebagai pemuas nafsu adalah The Darkness Death dan Black Death."
Ucapan itu membuat semuanya terkejut, apalagi Alberto dan Ethan. Selama ini yang ia incar untuk membalaskan dendam seseorang adalah ketua dari Golden Rose.
"Ba-bagai-mana bisa?"
Calisha tersenyum kecil, ia maju ke depan. "Kenapa pak tua?"
"Gue dilahirkan di dunia untuk membalaskan dendam kepada pelacur lo dan lo juga termasuk anak lo, Cassia Therra Davis. Gue disini sebagai pewaris takhta dari Golden Rose, Princess of Golden Rose."
"Cassia, lo pasti tau siapa Calansha Ayyana Borg dan juga... Calantha Kayyana Borg, kan?" Bibir Cassia terasa kelu, kakinya membeku. Keringat dingin sudah membasahi keningnya, air matanya sudah menggenang di mata indahnya.
"Calantha Kayyana Borg dan Alberto Davis adalah orang tua dari Cassia Therra Davis."
"Satu kebenaran yang harus lo tau, Cassia. Lo dilahirkan tanpa ikatan suci pernikahan. Alberto telah membohongi lo dengan banyak hal terutama Calantha yang telah tiada. She hasn't died until now." (Dia belum mati sampai saat ini)
Anggota Golden Rose membuka jalan agar Cassia dan yang lain dapat melihat jelas seorang wanita yang masih dengan rantai di tangannya. Air mata Cassia luruh seketika, dialah sosok yang selama ini ia rindukan. Sosok perempuan yang menjadi penguatnya untuk selalu bertahan.
"Mama..." Cassia berlari ke arah Calantha. Calantha hanya bisa merentangkan kedua tangannya, ia tidak bisa apa-apa sekarang. Keadaannya sangat lemas.
"Maafin, Mama!" Calantha mengecupi seluruh wajah anaknya. Setelah belasan tahun lamanya, ia akhirnya bertemu dengan putri kecilnya dulu.
Flashback on
"Aargh...perut gue sakit." Calantha berjalan menuju tempat dimana teleponnya berada.
"Alberto, jangan ada satupun orang yang tau jika anak ini adalah anak kita. Rahasiakan dia, tolong beritahu dia untuk membalaskan dendam ibunya. Arghh!!"
Tut
Calantha berjalan dengan tertatih-tatih, ia harus segera sampai di rumah sakit.
"Oekk...oek..." Calantha tersenyum kecil, putri kecilnya telah lahir. Dia harus menjadi seperti dirinya yang tidak akan pernah kenal ampun dengan seseorang. Calantha tidak ingin anaknya lemah.
"Selamat, putri anda sangat cantik seperti ibunya." Calantha hanya tersenyum kecil. Malaikat kecil telah lahir dari rahimnya.
Saat tengah malam, Calantha turun dari brankar. Firasatnya tidak baik, ia harus membiarkan anaknya hidup dengan layak. Calantha membawa putrinya meninggalkan rumah sakit itu.
"JANGAN LARI!!" Calantha menoleh ke belakang, ia tidak akan bisa berlari jauh karena keadaannya yang masih lemah. Ia harus menyembunyikan putrinya.
"Nak, kamu baik-baik disini ya. Maafin mama, karena ninggalin kamu disini. Jika kamu sudah besar jemputlah mama ya. Kita akan hidup bersama."
Flashback off
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
KAMU SEDANG MEMBACA
Calisha (END)
Mystery / Thriller-SEQUEL OF WHO IS SHE?- Calisha Rayana Danendra, seorang gadis cantik yang kehidupannya mempunyai banyak rahasia. Hanya orang terdekatnya yang tau. Memang dia terlihat seperti gadis lainnya tapi dia bukan gadis biasanya. Calisha harus memenuhi semua...