Calisha 21: Penjelasan

949 31 0
                                    

Selamat membaca~

Apa kesempatan itu pantas untuk kamu?

"Gue tunggu lo di taman." Calisha pergi meninggalkan kantin dan menuju ke taman. Ia tau Ethan ingin menjelaskan sesuatu, tapi sebenarnya ia tidak membutuhkan hal itu. Tapi jika Ethan tidak menemuinya berarti semuanya semakin jelas kalau Ethan hanya bermain-main dengannya.

Ethan yang merasa diberi lampu hijau pun pergi menyusul Calisha di taman. Sebelum itu, Baron mengetikkannya dan memberikan satu bogeman pada Ethan.

"Bar, udah."

Baron menatap tajam Ethan yang berjalan meninggalkan mereka. Baron sangat tidak suka kepada orang yang bermain-main dengan perempuan apalagi jika menyangkut orang yang ia sayangi.

"Duduk aja."

Ethan mendaratkan bokongnya di samping Calisha yang sedang menatap taman sekolah.

"Cal."

"Segitunya lo penasaran sama gue?" Ethan semakin tidak enak saat mendengar Calisha berbicara seperti biasanya dengan lo-gue.

"Gue...cuma pengen tau aja siapa lo sebenarnya." Calisha mengangguk mengerti, ia menoleh menatap Ethan yang kini sedang menatapnya.

Calisha terkekeh kecil, semua yang terjadi pada dirinya itu sangatlah lucu. Ia dulu mengira bahwa cinta pertamanya akan berjalan mulus tapi kenyataannya tidak.

"Ethan Gentala Caleb, seseorang yang udah buat gue takut untuk ngerasa kehilangan. Entahlah, gue juga nggak tau keputusan apa yang harus gue buat untuk lo. Di satu sisi gue pengen banget ngelepas lo tapi hati gue nggak bisa."

"Lo sayang nggak sama gue?"

Saat Ethan ingin menjawab, Calisha sudah menghentikannya.

"Gue nggak perlu jawaban lo."

"Giliran lo."

"Calisha, gue sayang sama lo. Disaat lo nggak ada gue uring-uringan. Emang tujuan awal gue deketin lo karena gue penasaran sama lo tapi seiring berjalannya waktu gue sayang sama lo. Gue minta maaf karena udah berani-beraninya cari tau tentang kehidupan lo."

Calisha menatap mata Ethan dengan mata yang sudah berair. Kelopak mata itu menutup bersamaan dengan setetes air mata yang mengalir. Ethan terkejut melihat iris mata itu, yang tadinya warnanya adalah abu-abu, kini berubah menjadi hitam pekat.

"Calisha?"

Dia bukan Calisha melainkan alteregonya yang tak lain adalah Zayn. Zayn pergi dari sana meninggalkan Ethan yang masih terkejut bercampur bingung.

🌹🌹

Semua orang menunduk saat Calisha tapi masih dalam kendali Zayn berjalan melewati beberapa penjaga markas. Jika ia tetap di sekolah, maka semua orang akan bertambah bingung. Zayn memutuskan untuk pergi ke markas saja.

"Nggak sekolah lo?" Tanya Daffa saat melihat Calisha a.k.a Zayn duduk sambil menonton televisi.

Zayn tidak menjawab atau menoleh sedikitpun. Ia tetap fokus ke siaran televisinya. Daffa yang merasa diacuhkan pun ikut duduk di sampingnya.

"Cal, lo tau nggak si Dito tuh dari pagi sampe sekarang belum bangun juga. Padahal jadwalnya dia hari ini kan banyak, lo bangunin gih!!"

Zayn menoleh dan menatap tajam Daffa. Daffa langsung berdiri saat melihat siapa di depannya.

Gue barusan ngomong sama si jeyn

Eh goblok, si jeyn kan bisa baca pikiran gue

"Lo ngapain disini?"

"Calisha menginginkan untuk beristirahat. Saya tidak tega melihatnya sedih."

"Sedih? Emangnya dia kenapa?" Padahal Daffa sudah mengetahuinya namun ia ingin mengerjai Zayn.

"Kamu sudah tau." Daffa memukul kepalanya sendiri, gagal sudah dia mengerjainya.

"Saya ingin kembali."

"Cal?" Calisha menoleh dan mendapati wajah Daffa yang menurutnya sangat lucu saat ia sedang ketakutan.

"Kenapa lo?" Calisha menggeleng kecil dan ia berpamitan kepada Daffa untuk pergi ke ruangannya karena ingin beristirahat.

🌹🌹

Tuk

Tepat sekali, satu panah yang dilesatkan oleh Calisha menancap tepat di sasaran. Ia tersenyum lebar saat bidikannya tepat sasaran.

"Perfect."

Calisha membalikkan tubuhnya menghadap belakang, ia tersenyum manis melihat seseorang yang sangat ia sayangi. Ia berlari kecil ke orang itu dan memeluknya erat. Orang itu sudah lama sekali tidak kembali.

"Mama."

"Anak mama udah besar." Calansha, wanita itu akhirnya kembali ke tanah air setelah dua bulan di luar negeri karena ada suatu pekerjaan yang harus ia lakukan.

"Kangen banget sama mama." Calisha masih saja memeluk wanita berkepala empat dengan erat, seakan-akan Calisha tidak akan membiarkan siapapun yang bisa mengambil ibunya darinya.

"Gimana keadaan kamu?" Calisha mengangguk kecil, namun Calansha tau anaknya sedang tidak baik-baik saja. Ia tau semua apa yang terjadi dengan anak-anaknya.

"Kamu sudah besar, sebelum mengambil keputusan fikirkan semuanya dengan baik-baik. Semuanya bisa berubah kapanpun waktunya." Calansha mengelus kepala rambut putrinya.

"Sekarang udah malam, ayo pulang. Nanti mama masakin makanan kesukaan kamu sama abang kamu."

_
_
_
_
_
_
_
_

Calisha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang