Calisha 6: Markas?

1.6K 59 0
                                    

Selamat membaca~

Melepaskanmu adalah hal yang bodoh

"Selamat datang."

Semua orang menunduk karena kehadiran seseorang. Orang itu hanya berdehem.

Tuk

Tuk

Suara langkah kaki orang itu menggema di setiap penjuru ruangan. Suaranya terdengar sangat mengerikan.

"Selamat datang, Tuan Putri."

"No."

"Hehe, sorry-sorry. Apa kabar, Calisha?"

Dia adalah Calisha. Calisha hari ini ada jadwal untuk latihan bela diri. Meskipun bela dirinya sudah terbilang baik, sangat baik malahan. Tapi...ia masih tetap ingin berlatih lagi.

"Jangan ngomong formal saat nggak ada misi atau apapun itu!!" Calisha sangat tidak suka jika teman-temannya ini berbicara formal kepadanya.

Orang itu mengangguk, dia hanya ingin bercanda kepada Calisha. Pasalnya dia sudah jarang sekali bertemu dengan Calisha.

"Mana yang lain?" Tanya Calisha, ia tidak melihat siapapun kecuali orang yang di depannya, Daffa.

"Belva lagi sibuk ngurusin kerjaannya, terus si Dito lagi di kamar, biasalah kebo. Aslan lagi latihan di ruang tiga sama Mang Tejo."

Calisha mengangguk mengerti, ia lalu duduk di samping Daffa yang sedang menonton televisi.

"Kok malah duduk?" Daffa itu sama dengan kakaknya, sangat menyebalkan.

"Ck, emangnya nggak boleh?" Daffa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, nada bicara Calisha sudah berubah. Ia telah membangunkan sisi lain dari Calisha.

"Sorry, Cal." Daffa bergidik ngeri jika ia harus berduaan dengan Calisha. Calisha akan menjadi sangat garang jika kesal ataupun marah.

"Gue cabut."

Daffa, apa yang lo lakuin?

Bukan pulang ke rumah, Calisha pergi ke lantai atas untuk latihan. Ia tidak akan menggagalkan rencananya untuk latihan hanya karena satu cecunguk itu.

Ting

"Akhirnya, kamu dateng juga."

Calisha memeluk cowok di depannya. Ia sangat lama tidak bertemu dengannya, mungkin enam bulan yang lalu. Cowok itu harus mengerjakan misi yang diberikan oleh seseorang.

"Kangen banget." Dia adalah Abimanyu, Calisha sudah menganggap Abimanyu seperti kakaknya sendiri. Namun Abimanyu tidak seperti Arshan dan Aaran yang menyebalkan.

"Duduk dulu!"

"No. Aku kesini bukan untuk nongkrong doang." Abimanyu sangat mengenal Calisha, dia adalah orang yang keras kepala jika sudah berhubungan dengan dirinya sendiri.

"Oke."

"Mau apa dulu?"

"Sniper." Abimanyu terkekeh mendengarnya, yang benar saja. Bahkan, Calisha sudah menguasai hal itu.

"Come on, Princess. Kamu sudah menguasai hal itu."

"Barret M82." Calisha beranjak mengambil senjata itu dari tempatnya. Abimanyu hanya melongo melihatnya. Bagaimana ia bisa mengajari itu pada Calisha? Yang ada ia akan dimarahi.

"Kamu mau kakak dimarahi?"

"Aku yang bakal bilang." Calisha sudah lama ingin bisa senjata itu, tapi seseorang melarangnya karena menurutnya itu sangat berbahaya.

Abimanyu menatap sendu Calisha, berharap Calisha mau mendengarkannya. Mengajari Calisha senjata itu sama saja ia menyerahkan dirinya dengan kematian.

"Kakak..." Abimanyu tidak sanggup melihat Calisha seperti itu. Itu adalah kelemahan terbesar Abimanyu saat berhadapan dengan Calisha.

"Huft, oke." Calisha tersenyum lebar, sangat mudah baginya untuk membujuk kakaknya ini.

Abimanyu menjelaskan satu-satu mengenai senjata itu hingga cara pemakaiannya. Ia tidak akan takut jika Calisha tidak akan mengerti, karena Calisha dalam satu penjelasan pun dia bisa memahami semuanya dengan baik.

"Target di depan, mungkin awalan akan membutuhkan waktu yang lumayan lama. Tapi, setelah kamu berlatih terus senjata sniper ini akan terlihat seperti pistol biasa."

Calisha melihat target di depannya dan tersenyum miring.

Dor

Tidak sampai tiga detik, peluru itu melesat dan menembus dinding beton yang ada disana. Tepat sasaran, tanpa berlatih beberapa kali pun Calisha bisa melakukan hal itu dengan sangat baik.

"Kamu memang yang terbaik."

"Ada yang lebih terbaik dari yang terbaik." Abimanyu tersenyum mendengarnya, ia tau siapa yang dimaksud Calisha.

"Aku mau berkunjung terlebih dahulu."

🌹🌹

Calisha berjalan menuju tempat seseorang yang sangat ia sayangi. Tidak akan pernah ia melupakan orang itu sedikitpun.

Ruangan dengan cahaya yang minim dan baunya sangat busuk.

"Hai, apa kabar?"

Orang itu melihat Calisha di depannya. Giginya bergemeletuk menahan marah, mungkin jika Calisha mengeluarkannya dia langsung akan membunuh Calisha.

"Hey, kenapa? Cup... cup..."

Calisha terkekeh kecil melihat wajah seseorang di hadapannya. Heran deh gue

"Jangan harap lo bisa keluar dengan mudah. Kata orang, lo adalah bangkai yang berhak diambil. Untuk apa ya? Besok deh gue tanya." Calisha menekankan kata 'bangkai', lagi dan lagi orang itu marah. Matanya memerah menahan emosi, tangannya sudah terkepal.

"Gue pergi dulu ya. Selamat malam, bye."

Calisha berjalan pergi dari sana. Ia tidak akan tahan lama-lama disini, jika ia disini terlalu lama ia akan ingat dengan seseorang dan itu membuatnya tidak bisa menahan amarah.

"SUATU SAAT BAKAL ADA SESEORANG YANG BALAS SEMUANYA KE LO!!" Pekik orang itu membuat Calisha lagi-lagi tersenyum miring.

"Udah?" Calisha mengangguk dan duduk di samping Abimanyu.

"Nggak ada bedanya." Celetuk Calisha, Abimanyu yang mendengarnya pun langsung mengerti. Calisha sejak dulu masih heran kenapa tidak ada perbedaan sedikitpun?

"Kalo ada, orang-orang nggak bakal ketipu selama bertahun-tahun." Benar juga, memang takdirnya sudah begitu. Mungkin....

_
_
_
_
_
_
_
_
_

Calisha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang