Calisha 15: Golden Rose

1.1K 36 0
                                    

Selamat membaca~

Siapa yang tidak mengenal Golden Rose di dunia ini, semua orang mengetahuinya.

Golden Rose mempunyai arti yaitu mawar emas yang memiliki makna tersendiri. Mawar melambangkan seorang perempuan yang dulunya sangat berarti. Mawar adalah bunga yang menjadi saksi atas semua kejadian menimpanya. Sedangkan emas memiliki arti kemenangan, keberhasilan, kesuksesan, kemewahan dan yang paling terbaik dari yang terbaik. Emas sangat melambangkan dirinya, yang sangat berharga untuk semua orang.

Semua orang di dunia ini tidak ada yang tau siapa sebenarnya pemilik dan ketua dari Golden Rose. Akan tetapi dunia mengenalnya dengan Queen of Golden Rose dan sekaligus The Darkness Death. Bukan hanya itu saja, Golden Rose juga mempunyai seorang pewaris takhta yang dikenal sebagai Princess of Golden Rose.

Golden Rose adalah kehidupan terakhir teruntuk orang yang menetap dalam kegelapan. Tidak heran jika sang ketua mempunyai julukan The Darkness Death yang berarti kematian kegelapan. Dia adalah Calansha Ayyana Borg, seorang perempuan dengan segala rahasia dan kehidupannya penuh dengan suka duka. Dia telah berhasil melawan kematian dan bangkit untuk memusnahkan semua orang yang dengan beraninya mengusik kehidupannya termasuk saudaranya sendiri.

Jika Calansha adalah seorang Queen of Golden Rose, maka Princess of Golden Rose adalah Calisha Rayana Danendra. Bukan hanya seorang pewaris takhta melainkan Calisha juga seorang The Black Death, yang berarti kematian hitam. Calisha mendapat julukan itu karena dikenal saat turun ke medan pertempuran dia akan memakai pakaian serba hitam dan simbol ikonik dari nya adalah jubah hitam dengan lambang Golden Rose di belakangnya.

Mafia ini dikenal sangat kejam dan tidak kenal ampun. Sekali orang yang berani-beraninya mengusik kehidupan mereka, mereka tidak akan pernah bisa keluar dengan damai.

"Golden Rose." Ucap seseorang dengan marah saat melihat isi kotak dengan tangan seseorang yang sudah diukir dengan nama Golden Rose, yang tak lain tak bukan tangan dari Bastian.

"Dimana Alvin?"

Semua yang disana bergetar tak karuan, tidak ada yang berani menjawab satupun.

"JAWAB!!"

"T-tuan Alvin tertangkap." Ucap salah satu dari mereka dengan bergetar.

Sudah terlihat jelas, lelaki itu tengah menahan amarah. Urat-uratnya tercetak jelas, wajahnya merah dan rahang tegasnya mengeras. Pria yang sudah berumur lima puluh tahun itu namun masih terlihat mudah adalah seorang ketua asli dari Azac.

"Tidak becus kalian semua!"

🌹🌹

"Selamat malam, Alvin Septian."

Alvin menatap seorang wanita yang kini sedang duduk di depannya sambil membawa sesuatu.

"Gimana? Enak nggak disini? Apa kurang nyaman?"

Alvin hanya diam saja menatap nyalang Calansha. Memang benar adanya, fasilitas sel jeruji disini sangatlah berbeda dengan biasanya. Meskipun disini bukanlah kantor polisi, namun markas Golden Rose.

"Ada kabar buat kamu, Bastian yang tak lain tak bukan adalah tangan kanan Azac telah tiada karena ingin menyelamatkanmu. Tapi sayang, anakku telah berhasil membunuhnya." Ujar Calansha dengan raut sedih yang dibuat-buat, ia lalu menyodorkan sesuatu khusus untuk Alvin.

Itu adalah sebuah kulit Bastian yang bertato lambang Azac. Alvin menatap itu dengan sedih bercampur marah. Bagaimanapun Bastian adalah teman dekatnya dari dulu, sekarang ia sudah tidak ada lagi di dunia.

"Kenapa lo nggak bunuh gue aja?"

Calansha terkekeh kecil, wanita yang sudah berumur itu masih terlihat sangat muda. Bahkan masih terlihat berumur dua puluh tahunan. Ia menepuk-nepuk puncak kepala Alvin.

"Belum waktunya untukmu mati." Setelah Calansha mengatakan itu, ia bergegas pergi dan menuju ke suatu tempat lain.

"Gimana kabar lo?"

Orang itu menatap nyalang Calansha, dari dulu tatapan itu tidak pernah berubah sedikitpun. Calansha tersenyum manis, kenapa orang di depannya ini sangat pemarah.

"Lo nggak berubah ya dari dulu, kebencian itu masih melekat di hati lo. Padahal lo penyebab semuanya, lo tau kan? Gue nggak suka pengkhianatan tapi lo udah berani-beraninya khianati gue."

"Jangan harap lo akan menang setelah ini. Suatu hari nanti gue bakal keluar disini dan lo akan mati di tangan gue." Calansha tertawa kecil mendengarnya, membunuhnya?

"Lo nggak inget? Lo dulu coba bunuh gue, tapi apa hasilnya... gue berdiri disini dan lo udah dicengkeraman gue."

Orang itu tertawa terbahak-bahak dan menatap tajam kembali Calansha sambil mencengkram erat pergelangan tangan Calansha, "Kita liat siapa yang bakal menang dalam permainan ini."

Calansha menganggukkan kepalanya, dan setelah itu ia pergi dari sana.

_
_
_
_
_
_
_
_
_

Ethan Gentala Caleb

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ethan Gentala Caleb

Calisha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang