Chenle saat ini tengah menemani Jisung di camp pelatihan atleat nasional. Mereka akan mencari club baru untuk Jisung yang akan menjadi tempatnya untuk berlatih agar bisa bergabung dengan GP. Jisung memang atlet balap nasional, tapi untuk bergabung dengan GP ia harus bergabung dengan club besar agar menerima sponsor besar yang mampu mendorongnya menuju GP.
"Sore coach" sapa Chenle pada pelatih Jisung.
"Sore"
"Udah lama kamu ngga main kesini Le" tegur sang pelatih.Chenle memang cukup sering menemani Jisung untuk sekedar menemui coachnya atau mengambil barang barangnya.
"Hehe ia coach, sibuk banget soalnya"
Si coach hanya mengangguk mengiyakan.
"Gimana Ji? Udah ada pandangan mau join kemana?"
"Temen temenmu kebanyakan join ke Máquina sih""Iya coach, Chenle kemaren juga nyaranin itu"
"Tapi menurut saya itu terlalu jauh coach buat saya pulang pergi""Kamu bisa ambil asrama kan?" Saran sang coach mencoba untuk membujuk Jisung.
"Engga deh coach yang deket deket sini aja"
"Ntar ngga ada yang jajanin Chenle kalau saya asrama diluar kota""Kok gw sih njing" dumal Chenle yang tak terima dijadikan alasan.
"Anak muda ya"
"Terus kalau disini mau join kemana?"
"Peluangnya ngga sebesar di Vicintore loh kalau kamu pilih yang disini sini aja""Ngga papa coach, nanti saya yang bakal bikin club itu berpeluang besar nantinya"
"Ambisius sekali kamu" ledek si coach.
"Harus dong coach"
"Nanti mau nanya nanya dulu di Zoro sama Darez coach"
"Sepupu Chenle ada yang di Zoro nanti biar dia yang bantu buat di Zoro nya"
"Kalau di Darez kita belom ada kenalan coach, barangkali coach ada kenalan disana?""Darez ya?"
"Kayaknya ada tapi cuma sebatas kenal aja deh"
"Tapi nanti gampalah"
"Mau berangkat sekarang nih?""Iya coach, tapi ke Strada aja, nanti yang ke Zoro biar saya sendiri aja sama Chenle"
"Oh, okay"
Setelahnya mereka langsung menuju ke markas Darez bersama si coach. Suasana disana terlihat nyaman luas dan lumayan bersih juga. Saat bertemu dengan salah satu kenalan si coach Jisung dengan seksama mendengarkan penjelasan beliau. Club mereka sempat mewakili GP tiga tahun yang lalu, namun mereka belum bisa masuk urutan sepuluh besar. Tapi menurut Jisung itu sudah sangat bagus. Jisung mulai tertarik saat mendengar progres progres mereka untuk kedepannya. Tapi rasa ketertarikan itu mendadak hilang saat tau arena mana yang mereka tempati saat latihan. Mereka menggunakan arena yang terletak diperbatasan yang artinya akan sama saja dengan club Máquina. Ia akan memakan banyak waktu jika berlatih disana.
"Gimana?" Tanya Chenle saat keduanya sudah dalam perjalanan pulang setelah mengantar coach pulang.
"Awalnya tertarik, tapi karena tempat latihannya jauh, jadi ya sama aja gw join ke Máquina" jelas Jisung yang masih fokus dengan kemudinya.
"Terus gimana?"
"Kan masih ada clubnya bang Eros"
"Besok kita coba kesana"
"Coba kabarin bang Erosnya biar besok dia dateng ke markasnya dia""Kalau semisal keduanya ngga berpeluang bagus, lo gimana?" Tanya Chenle dengan wajah lesunya karena takut Jisung tak menemukan kecocokan di clubnya bang eros.
"Gw ngga tau, gw masih ngga mau ninggalin lo kalau sampai pilihan akhirnya di Máquina"
"Lo harus kejar mimpi lo Ji, jangan gitu lah"
"Kita masih bisa kan luangin waktu di weekend"
"Toh juga gw mau fokus kuliah lagi, yayah ngancem gw bakal dicoret dari ahliwaris kalau sampe ngga lulus lulus"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Rival ✅
Short Story⚠️ DIK ADIK❗JANGAN MAMPIR YA❗❗ NO❌ NO❌ NO❌ Bercerita tentang kisah kedua pimpinan sebuah club motor yang tak pernah akur , namun siapa sangka di balik adu mulut dan adu kekerasa yang selalu mereka lakukan memeiliki kisah manis yang lain ⚠️⚠️⚠️⚠️ BxB...