25

4.1K 379 29
                                    

Sepertinya Jisung benar benar merajuk pada Chenle, buktinya pria itu masih saja mengambaikan pesannya.

"Masih ngambek anaknya?" Tanya bunda yang menghampiri Chenle di ruang tengah sembari membawa beberapa buah yang sudah di potongi.

Saat ini Chenle tengah berada di rumah Jisung untuk menemani bunda serta menonton pertandingan Jisung.

"Kayanya masih nda, dia ngga ada hubungin aku buat minta doa atau apapun"
"Ngambekan banget sih nda anaknya" gerutu Chenle yang langsung bersendekap dada.

"Ya kamunya juga salah gitu"
"Eh iya, ini undangannya mau dicetakin berapa? Biar besok bunda ke percetakannya"

"Kemaren aku sempet ngitung sama Jisung, tapi setelahnya kita belom konfirmasi lagi"
"Ini masih kira kira sekitar tigarausan nda" ujar Chenle sembari melihat catatan di ponselnya.
"Ngga tau Jisung mau nambah lagi atau engga"
"Nunggu Jisung balik aja nda biar ngga salah nantinya"

"Yaudah, nanti anaknya jangan lupa di jemput biar ngga makin ngambek" sindir si bunda yang membuat Chenle kembali cemberut.

Setelahnya keduanya kembali dengan tayangan di TV yang tengah menyiarkan acara balapan Jisung di Milan.

Jisung berada di urutan ke tiga dari garis start yang menandakan bahwa Jisung belum cukup unggul saat penentuan start mereka kemarin.

Chenle hanya berharap semoga Jisung tak terlalu terobsesi dengan peringkatnya hingga membuatnya berlakon nekat.

Chenle langsung menautkan kedua tangannya saat melihat lampu hijau sudah menyala yang membuat para rider langsung berlomba lomba menancapkan gasnya.

Dilihatnya nomor urut Jisung yang berada di urutan ke duabelas. Sebenarnya itu sudah menjadi urutan aman untuk pembalap baru seperti dirinya.

Tak dapat di pungkiri juga saat Jisung perlahan mulai mengungguli musuh musuhnya yang lain malah membuat jantung Chenle berdebar tak karuan. Ia tak menginginkan kemenangan Jisung, walau ia sangat yakin Jisung bisa mendapatkan itu, tapi yang ia inginkan saat ini adalah keselamatan Jisung.

Disetiap kelokan yang Jisung lalui dapat dilihat bahwa Jisung terlalu berlebihan dan memaksa, dan itu bisa saja membuat Jisung tergelincir.

"Santai aja apa ngga bisa sih?" Dumal Chenle yang merasa gregetan saat melihat Jisung yang selalu nyaris jatuh disetiap tikungan dan hendak menyalipi musuhnya.

"Ya kalau nyantai mainnya di jalan raya sayang"

"Ya tapi nda, dia maksa banget loh" ujar Chenle yang sudah terlihat sangat cemas.

Chenle kembali dibuat tertegun dengan urutan peringkat Jisung saat ini. Bagaimana tidak, mereka bahkan baru bermain sepuluh menit, tapi Jisung sudah ada di peringkat empat?

"Gosh!!"

Chenle benar benar dibuat pusing dengan kegigihan Jisung saat ini, hanya perlu beberapa menit saja Jisung bisa mendahului pembalap yang lain.

"Anakmu ndaaa~" ujar Chenle yang langsung dibuat lemas saat Jisung baru saja melewati garis finish dan berada di posisi tiga dengan jarak yang sangat tipis dengan si juara empat.

Bahkan ia tak dapat menahan air matanya lagi, menjadi pembalap besar adalah cita cita Jisung. Dan hari ini Jisung benar benar menggapainya.

Bunda yang juga ikut kalut langsung memeluk Chenle, keduanya sama sama menangis haru saat melihat selebrasi Jisung yang terlihat sangat girang.

"Salamat nda" bisik Chenle sembari mengusap punggung sang bunda.

~o0o~

Chenle sudah menunggu dibandara untuk menyambut kedatangan Jisung. Awalnya bunda juga mau ikut buat jemput Jisung, tapi tiba tiba bunda lagi ada urusan jadi ya Chenle aja yang dateng ke sini.

Lovely Rival ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang