Ruangan terbuka yang diisi dengan bangku dan meja panjang itu dipenuhi dengan mahasiswa yang sibuk menyantap makanan masing-masing. Tidak ada mahasiswa yang mengerjakan tugas di sekitar Nala, kebanyakan dari mereka sedang menikmati makanannya. Kini Nala berada di kantin mipa, suasananya tentu berbeda dengan kantin teknik yang selalu ramai dengan mahasiswa yang tidak hanya sibuk makan, tetapi juga sibuk mengerjakan tugas.
Nala mengaduk baso yang ada di hadapannya, kemudian ia tiba-tiba melambaikan tangan sambil berseru, "Woy, Kampret!"
Seruan gadis berambut panjang itu membuat Benny dan Setia yang ada di meja yang sama, ingin langsung menutup wajah karena diserang rasa malu.
Laki-laki berkulit cokelat dengan telinga bertindik itu hanya bisa mendengkus. Ia langsung menjitak kepala Nala, begitu tiba di sana. "Coba kalo ngomong, rada beradab dikit, Kuin."
Benny memutar bola matanya malas. Ia menunjuk Gara dengan ujung sendok yang ia pegang. "Lo, Buaya Rawa, ngapain ke sini siang-siang?"
Setia tertawa kecil, kemudian menjawab pertanyaan Benny. "Ya, ngapain lagi, kalo bukan buat nyamperin tuan putri? Gue akuin, emang Gara ini pelayan terbaik sedunia."
Gara menggeleng. "Gue makin paham alasan lo berdua bisa temenan sama Nala."
Benny langsung tertarik dengan kata-kata Gara, kemudian ia bertanya, "Emangnya, kenapa?"
"Cara ngomong kalian nggak jauh beda." Gara akhirnya duduk di samping Nala, lalu ia mengeluarkan sebuah map dari dalam tasnya.
Map besar yang berasal dari tas ransel Gara membuat perhatian Nala teralih. Gadis itu mampu melihat sebuah formulir dari map tembus pandang milik Gara. Formulir itu berisi tentang pendaftaran peserta KKN yang akan dilaksanakan pada libur semester ini.
Nala sempat melirik ke arah Gara sebelum berkata, “Pendaftaran KKN udah dibuka?”
Gara melihat map tembus pandang yang baru saja ia keluarkan, kemudian laki-laki berhidung mancung itu mengangguk.
"Kalian udah mulai cari tempat kerja praktik?" Gara bertanya sambil mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam map itu.
Benny hanya mengangkat bahu.
Setia menjawab pertanyaan Gara dengan singkat. "Nggak usah nyari karena udah dapet."
Gerakan tangan Gara yang sedang mengeluarkan kertas langsung berhenti. Ia menatap gadis itu dengan tatapan sengit, kemudian matanya beralih kepada Nala. Bukannya membantu Gara, Nala malah tersenyum dengan lebar hingga lesung pipi yang ada di dekat ujung bibirnya terlihat.
"Kalian bener-bener temen sejati. Nyebelinnya sama." Gara kembali menggeleng karena tingkah Setia.
"Lo minta Buaya Rawa ini buat print tugas Ekologi kita?" Benny bertanya setelah melihat kertas yang dikeluarkan oleh Gara dari map tembus pandang itu adalah tugas Ekologi milik Nala dan Benny.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORLAX ✓
Lãng mạnQueenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan menyudahi pencariannya. Ia memilih satu laki-laki yang ia percaya bisa jadi jodohnya kelak. Laki-laki i...