Setelah puas diceramahi oleh kedua temannya, akhirnya Nala memantapkan hati untuk menghadap ketua jurusan yang terkenal galak itu. Nala sudah batal mengetuk pintu ketua jurusan hingga tiga kali. Ketukan pertama dibatalkan oleh suara telepon dari ruangan itu. Ketukan kedua batal karena ada dosen yang masuk ke dalam ruangan ketua jurusan tanpa peduli kalau Nala berdiri di depan pintu. Ketukan ketiga turut batal karena tiba-tiba pintu ruangan tersebut dibuka.
Wanita paruh baya bertubuh tambun dengan kacamata tebal muncul tepat di hadapan Nala. Wanita itu menurunkan kacamatanya, kemudian melihat Nala dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Ada perlu apa kamu? Ngapain berdiri di depan ruangan saya?"
Nala menelan salivanya, kemudian ia menatap sepatu ketua jurusan. Gadis berambut panjang itu tidak sanggup menatap mata ketua jurusan yang mampu membuatnya lemas hanya dengan tatapan.
Nala menyodorkan map yang berisi formulir pendaftaran KKN, kemudian ia menjawab dengan suara bergetar. "Perkenalkan nama saya Queenala Savina. Saya kemari karena ingin meminta persetujuan untuk mengikuti KKN pada semester depan."
Map Nala diambil, kemudian wanita itu menjawab, "Ya, sudah. Silakan masuk, saya mau ke loket dulu."
Wanita itu keluar diiringi dosen yang masuk sebelum Nala.
Nala tercengang karena ketua jurusan membiarkan ruangan itu terbuka dan beliau pergi begitu saja meninggalkan Nala sendiri. Gadis yang mengenakan kemeja kebesaran dan celana jeans hitam itu sempat bimbang untuk menutup atau membiarkan pintu terbuka, tetapi akhirnya ia menutup pintu tersebut. Nala berdiri kaku di depan meja ketua jurusannya karena ia tidak berani duduk sebelum dipersilakan.
"Queenala, kamu semester berapa?" Wanita bertubuh tambun itu kembali setelah membuka pintu tanpa suara.
Tanpa sadar tubuh Nala berputar dan menatap ketua jurusan tersebut. Nala mengepalkan tangan, kemudian ia berusaha untuk meyakinkan diri sendiri dan menjawab dengan dua kata, "Semester lima."
Nala sempat panik karena ia lupa menyertakan kata sapaan untuk membuat kalimatnya terkesan lebih sopan, tetapi ketua jurusan tersebut tidak kelihatan keberatan.
"Kenapa kamu mau pilih KKN lebih dulu, padahal kamu tahu, tradisi kita pasti KP dulu?" Wanita paruh baya itu duduk di kursi kebesarannya tanpa mempersilakan Nala untuk duduk.
Nala mengepalkan tangannya lebih erat, kemudian ia menjawab dengan yakin. "Saya rasa, saya lebih membutuhkan KKN untuk belajar beradaptasi dengan lingkungan, kemudian setelah itu saya baru akan mengikuti Kerja Praktik karena kemampuan sosial saya akan meningkat setelah mengikuti KKN. Sehingga ketika Kerja Praktik, saya yakin kalau kemampuan bersosialisasi saya semakin meningkat."
Nala bersyukur karena ia berhasil mengucapkan paragraf yang sudah ia hafal sejak pagi tadi.
"Kamu yakin?" Ketua jurusan Nala bertanya dengan nada yang tidak merendahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORLAX ✓
RomanceQueenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan menyudahi pencariannya. Ia memilih satu laki-laki yang ia percaya bisa jadi jodohnya kelak. Laki-laki i...