20. Gerakan Tak Terduga

52 11 0
                                    

Meski sudah berganti hari, Gara masih saja sakit kepala karena informasi dadakan dari Hawu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski sudah berganti hari, Gara masih saja sakit kepala karena informasi dadakan dari Hawu. Gara tahu, sejak SMA, pasti ada saja laki-laki yang mendekati Nala, tetapi biasanya mereka akan mundur teratur begitu menyadari keberadaan Gara. Pada kasus lain, laki-laki yang menyukai Nala adalah mereka yang tidak masuk ke daftar calon masa depan sahabatnya. Jadi, Gara tidak pernah risau.

Ini kali pertama Gara dibuat ketar-ketir hanya karena satu kalimat sederhana yang disampaikan Hawu. 'Arka suka sama Nala'. Kalau bisa melarikan diri dari KKN, rasanya Gara ingin segera membawa Nala pulang. Supaya gadis itu tidak perlu bertemu Arka.

Gara melangkah ke luar rumah, untuk mengurangi sesak di dadanya. Laki-laki berkaus hitam itu duduk di teras ketika satu pesan masuk. Ia segera membalas pesan itu dan melakukan panggilan telepon. Belum juga panggilan Gara dijawab, orang yang ditelepon malah muncul di depannya.

"Kok, muka lo kayak kaget plus nggak seneng gitu ngeliat gue?" Nala menatap Gara sinis.

Emosi Gara jadi terpancing. "Perasaan kita janjian jam 6. Ini masih jam 5, kenapa udah nongol aja lo berdua?"

Hawu berdecak. "Kayak nggak tahu aja kelakuan Nala. Dia udah sibuk dari jam 1 siang. Mau buru-buru ketemu Pangeran Dua Ratus Rupiah katanya."

Kini tatapan sinis Nala beralih pada Hawu. Ia menoyor laki-laki bertubuh mungil itu. "Inget, Pak Ketut enggak suka orang yang lelet. Kita, tuh, harus sat set sat set, gitu."

Gara menunjukkan ponselnya yang tengah melakukan panggilan, kemudian gadis berponi itu langsung merogoh sakunya dan melihat panggilan dari Gara. "Kenapa lo telepon gue?"

"Makanya nggak usah buru-buru! Pak Ketut ada acara, katanya nanti bahas perkembangan persiapan kita waktu makan bareng aja!" Gara masih berbicara dengan nada tidak senang.

"Yah, padahal udah sampe sini." Nala mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok laki-laki yang memiliki predikat hidung terbaik versinya.

"Berhubung kita udah nyampe sini, enaknya masuk dulu nggak, sih?"

Hawu gagal menangkap sinyal yang diberikan Gara, padahal Gara sudah memelotot agar mereka segera putar balik. Laki-laki bertubuh mungil itu malah masuk ke posko kelompok Gara dengan semangat. Gara hanya bisa menghela napas.

Salah satu anggota kelompok yang bertugas menjadi penanggung jawab makan malam tiba-tiba muncul. "Gimana kalo kita makan bareng sama anak kelompok sebelah? Sekalian rapat buat bahas lomba masak. Ayam goreng yang dibawa Gara kemaren, cocok, tuh, dibuat jadi lauk makan malam hari ini."

Hawu langsung menyambar dengan cepat. "Wah, pas banget, nih. Kelompok kami juga lagi kebingungan mau masak apa, soalnya, kan, Pasar Kamis bukanya besok. Kami udah kehabisan stok makanan."

Nala bangkit dari duduknya. "Gue aja yang pergi. Sekalian gue pengen video call sama Mama, soalnya sinyal di sini rada susah kalo video call."

SNORLAX ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang