Matahari baru muncul ketika Nala dan dua teman perempuannya sudah selesai menyiapkan sarapan. Mereka bertiga menyiapkan sarapan tanpa bantuan dari tiga laki-laki yang saat ini sedang menjelajah alam mimpi. Sambil menunggu lampu indikator merah Magic Com yang dipinjamkan warga berubah menjadi hijau, Nala diberi misi untuk membangunkan tiga anggota yang masih tertidur. Nala sebenarnya sangat malas membangunkan temannya yang tidur seperti mayat, tetapi ia tetap melakukan hal itu karena hanya Nala yang bisa membangunkan ketiganya.
Hari ini adalah hari ketiga. Kemarin, dua teman perempuan Nala sudah bergantian membangunkan para laki-laki yang masih tertidur, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang berhasil membuat ketiga laki-laki itu beranjak dari tempat tidur. Akhirnya Nala mengeluarkan jurus jitu untuk membangunkan ketiga rekannya tersebut.
Nala memasuki kamar yang ditempati oleh Hawu terlebih dahulu. Salah satu keuntungan menjadi ketua kelompok ternyata ada hak khusus dalam memilih kamar. Nala iri dengki melihat Hawu yang tidur di kamar luas itu sendirian, sedangkan ia harus berbagi kamar dengan dua temannya yang lain.
Nala memilih untuk membangunkan ketua lebih dahulu agar Hawu yang melanjutkan misi untuk bangunkan dua rekannya yang lain. Begitu melihat penampilan laki-laki yang tertidur itu, Nala langsung tersenyum jail. Ia mengeluarkan ponsel dari saku, kemudian mengambil foto Hawu yang sedang tertidur dengan mulut menganga. Setelah selesai mengambil foto yang merupakan aib bagi Hawu, barulah Nala membangunkan laki-laki itu dengan cara yang barbar.
Nala menarik selimut yang membungkus tubuh Hawu dengan kasar, kemudian ia mundur dua langkah. Setelah menarik napas panjang, Nala berteriak. "Bangun!"
Suara Nala yang sangat nyaring membuat Hawu langsung melonjak dari ranjangnya. "Apaan, sih, Nala? Ini masih pagi."
Nala berdecak sambil berkacak pinggang. "Pagi dari mananya? Lo nggak liat itu matahari sudah mulai nongol? Bangun enggak lu!"
Bukannya beranjak dari kasurnya, Hawu malah kembali berbaring dan menarik selimutnya. "Setengah jam lagi, gue semalam tidur jam dua karena ngeronda."
"Kalo nggak bangun, dalam hitungan ketiga, gue bakal laporin ke cewek lo kalau lo godain kembang desa sini." Nala melipat tangannya di depan dada dan menatap Hawu sinis.
Kata-kata Nala berhasil membuat Hawu bangkit berdiri dengan cepat. "Lo emang juara, ya, kalo soal ngancem."
Nala malah cengar-cengir. "Sekarang tolong bangunin dua anggota lo, biar kita sarapan terus cepet ke sekolah. Inget, hari ini kita harus udah di sekolah sebelum jam 8."
"Iya, iya. Gue ke kamar sebelah dulu." Hawu berjalan dengan gontai sambil mengucek mata.
Kedatangan Nala bersama tiga laki-laki di belakangnya, membuat dua teman perempuannya menoleh tidak percaya.
"Biasa aja dong, liatnya. Kemaren juga gue yang bangunin mereka."
Kedua teman perempuan Nala kompak mengacungkan jempol. Salah satunya melanjutkan "Memang Nala bisa diandalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORLAX ✓
RomansaQueenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan menyudahi pencariannya. Ia memilih satu laki-laki yang ia percaya bisa jadi jodohnya kelak. Laki-laki i...