Suasana indekos Nala sepi. Hal ini mungkin karena minggu ini adalah masa tenang sebelum ujian. Di Universitas Jatayu, seminggu sebelum ujian dilaksanakan, biasanya akan ada minggu tenang. Jadi, selama satu minggu penuh tidak akan diadakan kegiatan belajar mengajar di kampus. Biasanya, beberapa anak memilih untuk pulang kampung atau malah menyibukkan diri di perpustakaan.
Gara datang dengan mengendarai motor matik merah miliknya. Ia tiba di indekos Nala tepat saat tengah hari. Gara sudah membunyikan klakson motornya, tetapi gadis itu tak kunjung menyahut. Akhirnya, Gara memilih untuk mengetuk jendela yang ada tepat di samping pintu Nala. Ketukan pada jendela itu harusnya terdengar jika gadis itu ada di kamar.
Setelah mengetuk jendela tersebut beberapa kali, masih tidak ada jawaban dari Nala. Akhirnya, Gara menelpon gadis itu.
"Lo di mana? Gue depan kosan."
"Mau ngapain? Ganggu aja, tahu nggak?"
"Lo di mana, elah?"
"Apa, sih, Gara? Mending lo urusin tuh, si cewek FEB." Suara seruan itu terdengar dari dalam kamar. Telepon terputus.
Mau tidak mau, akhirnya Gara berinisiatif untuk mengancam Nala dengan koneksi andalannya. "Halo, Mama. Ini Gara. Aku di depan kosan Nala, tapi anaknya nggak mau bukain pintu. Bisa minta tolong telepon Nala, nggak?"
Gara sebenarnya tidak menelpon Mama, tetapi taktiknya berhasil membuat Nala membuka pintu dengan cepat. Gadis itu langsung berdecak ketika melihat Gara yang kini tidak menyentuh ponselnya sama sekali. Itu artinya, laki-laki itu berhasil menipu Nala.
"Becanda lo nggak lucu." Nala masuk dengan kaki yang dihentakkan. Ia membiarkan pintu kamarnya terbuka.
Gara masuk ke dalam indekos Nala. Ruangan yang tidak terlalu besar itu kini dipenuhi dengan berbagai jenis kertas, buku, spidol dan pensil warna yang berserakan di lantai. Gara sampai kesulitan untuk mencari pijakan.
"Astaga, Nala. Lo bisa rapian dikit nggak, sih?"
"Enggak. Kalo lo mau cabut, ya, silahkan."
"Idih, gitu aja ngambek." Gara langsung menyahut dengan semangat.
"Makanya tadi gue tanya, ngapain lo ke sini? Gue lagi semedi. Tolong ya, Nouvel Anggara, nggak usah ikut campur hidup gue lagi." Nala melipat tangan di dada, lalu ia menghela napas panjang. "Gimana gue nggak kesel sama lo? Gue lagi cerita gimana dramatisnya pangeran dua ratus rupiah menyelamatkan hidup gue, eh, lo malah pergi gitu aja, cuma buat nemuin, siapa itu, cewek anak FEB yang lu bilang cakep banget?"
"April." Gara menyanghut malas.
"Nah, iya, itu. Si April. Bisa-bisanya lo ninggalin gue yang lagi nyeritain tentang pangeran Arkasa Dio Giantara! Di mana rasa setia kawan lo? Gue nggak nyangka, sih. Ini pertama kalinya lo ninggalin gue pake alasan cewek lo."
Gara tidak menyahut, ia malah mulai memunguti pensil warna yang berserakan di lantai dan sedikit menggeser beberapa kertas yang ada di dekat pintu untuk tempatnya duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORLAX ✓
RomansaQueenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan menyudahi pencariannya. Ia memilih satu laki-laki yang ia percaya bisa jadi jodohnya kelak. Laki-laki i...