Acara makan malam diadakan di salah satu gazebo milik Pak Ketut yang ada di dekat kolam ikan hias. Hidangan yang tersaji sempat membuat semua orang terperangah. Nala sampai harus menelan salivanya berkali-kali. Hidangan yang berasal dari darat, laut, dan udara bersatu di atas meja. Tidak lama setelah mereka semua duduk, Pak Ketut dan istrinya tiba.
Nala hampir tersedak kalau saja Gara tidak segera menyodorkan segelas air. Laki-laki berkulit cokelat itu masih sibuk berbicara ketika menggeser gelas yang berisi air. Nala langsung meminum airnya hingga habis. Ia menyikut Gara yang kini sudah tidak lagi bicara dengan Pak Ketut.
"Hampir mati gue. Makasih." Nala berbisik agar tidak menarik perhatian.
"Makanya, pelan-pelan kalo makan. Nggak ada yang bakal ngambil makanan lo."
Nala hanya bisa cengar-cengir. Ia harus makan dengan terburu-buru karena Arka izin ke kamar mandi. Kalau Pangeran Dua Ratus Rupiah masih duduk di sampingnya, pastilah Nala akan menahan nafsu makannya mati-matian. Ia harus tetap menjaga image sebagai gadis baik dan sopan. Begitu Arka duduk di sampingnya, Nala langsung beralih pada mode gadis kalem.
Nala menyuapkan potongan ayam dengan menggunakan sendok, padahal ia biasa menggunakan cara tradisional alias pakai tangan doang. Ia melirik Arka yang kelihatan tenang menikmati makanannya. Saking sibuknya melirik Arka, Nala tidak menyadari kalau Gara sudah menggeser beberapa makanan kesukaan gadis itu agar lebih mudah diraih.
Setelah makanan utama, kini makanan penutup tersaji di meja mereka. Sejak lahir, Nala belum pernah makan dengan tiga tipe sajian seperti malam ini. Tidak hanya Nala, anggota kelompok yang lain juga kelihatan sama noraknya. Hanya Arka yang kelihatan tenang dan menikmati makanan layaknya seorang pangeran.
Nala berdecak karena Gara berdiri. Gerakan tiba-tiba dari sahabatnya itu membuat lamunan Nala buyar seketika.
"Berhubung acara makan malam kita sudah sampai di penghujung, izinkan saya menyampaikan laporan persiapan program kerja gabungan."
"Izinkan banget nggak, tuh?" Nala langsung menutup mulut. Ia baru sadar setelah kalimat itu keluar dari mulutnya. Kadang Nala mau protes pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya mulutnya bekerja lebih cepat dibanding otak.
Nala jadi batal protes karena Arka tertawa karenanya. Tawa pelan yang hanya mampu didengar oleh Nala. Untungnya Nala duduk di samping Arka, jadi ia bisa mendengar tawa itu dengan jelas.
Meski sedikit kesal, Gara melanjutkan laporannya. "Kami sudah sepakat untuk membentuk panitia bersama. Acara ini akan melibatkan karang taruna dari kedua desa. Pertemuan awal dengan karang taruna sudah dilaksanakan. Untuk memaksimalkan jalannya acara, kami akan mengutus masing-masing dua orang anggota KKN untuk masing-masing bidang."
Gara melanjutkan penjelasannya setelah mendapat persetujuan dari Pak Ketut. "Untuk penanggung jawab pertandingan sepak bola, Arka dan Nala."
"Kok, jadi Nala?" Anggota kelompok Gara menyerukan protes karena pergeseran posisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORLAX ✓
RomanceQueenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan menyudahi pencariannya. Ia memilih satu laki-laki yang ia percaya bisa jadi jodohnya kelak. Laki-laki i...