Arka sudah berdiri di depan rumahnya sejak setengah jam lalu. Laki-laki berkulit pucat itu langsung mengepalkan tinjunya ketika melihat sahabatnya keluar dari mobil.
"Lama banget lo."
Sion membalas kepalan tinju itu dengan kepalan tinju darinya. Mereka saling menyapa dengan kepalan tinju yang beradu.
"Gue mampir kampus dulu." Sion mengikat rambutnya sambil berjalan ke ruang tengah rumah megah laki-laki itu.
"PS-nya udah gue setting. Makanan ambil sendiri di dapur. Gue udah isi ulang kulkas."
Sion melangkah ke dapur dan dengan mudah menemukan kulkas. Ia mengambil dua kaleng minuman bersoda dan beberapa makanan ringan yang ada di lemari dekat kulkas. Laki-laki berambut panjang terikat itu memang sudah biasa datang ke tempat Arka. Mereka berdua sudah berteman sejak SMA. Sion tahu betul kalau Arka sulit mengekspresikan diri. Kalau diibaratkan dengan perumpamaan, Arka itu serupa kanebo kering.
"Lo udah buka pengumuman dari panitia KKN?" Sion meletakkan dua kaleng soda dan beberapa makanan ringan di atas karpet.
"Gue belum buka email dari tadi pagi." Arka membuka kaleng soda yang ada di depannya.
"Cek sana! Pembagian kelompok sama penempatan udah keluar. Coba cek, siapa tahu lo bareng sama temen gue." Sion bertanya sambil mendekat untuk melihat email Arka.
"Temen lo yang mana? Kayak punya temen aja." Jari tangan Arka sibuk membuka email.
"Temen gue ada di semua fakultas. Lo mau yang mana?" Sion jadi emosi karena Arka terlihat tidak mempercayainya.
Mata Arka langsung terkunci pada satu nama yang ada di antara lima nama lain. Ia mengenali nama itu. Sebuah pertanyaan muncul di kepalanya, tetapi Arka enggan mengutarakkan pertanyaan itu.
Sion yang biasanya kalem, langsung tertawa heboh sampai terjungkal begitu melihat nama Gara yang turut tergabung pada kelompok Arka. "Nouvel Anggara, teknik mesin. Beneran lo satu kelompok sama temen gue."
Arka tersenyum. Pertanyaannya sudah terjawab tanpa bertanya.
"Gue nggak nyangka kalian bisa gabung satu kelompok." Sion berseru heboh.
Alis Arka tertaut, ia tidak memahami kata-kata Sion.
"Pokoknya lo harus bisa menang dari Gara."
"Memangnya mau ngapain?" Tangan Arka sudah tidak memegang kaleng soda, kini ia sudah memegang stik PS.
"Ya, siapa tahu aja, kalian suka sama cewek yang sama. Biar lo waspada, Gara, tuh, jago banget."
Arka mendengkus. "Gue mau KKN, bukan mau cari cewek."
Sion tersenyum, senyumnya lebih mirip seringai jahat. Ia juga sudah memegang stik PS dan bergabung dalam permainan.
"Ya, kan, gue bilang, siapa tahu. Nggak ada yang tahu gimana nanti. Gue cuma cuma kasih wejangan aja, siapa tahu lo bakal ketemu anak mipa itu lebih sering."
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORLAX ✓
RomansaQueenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan menyudahi pencariannya. Ia memilih satu laki-laki yang ia percaya bisa jadi jodohnya kelak. Laki-laki i...