29. Perkara Payung

44 9 0
                                    

Gara sampai harus menunda sarapan untuk meladeni Nala yang masih bercerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara sampai harus menunda sarapan untuk meladeni Nala yang masih bercerita. Ia menceritakan tentang kronologis kecelakaan yang dialaminya bersama Bella kemarin. Gadis itu memang merasa cukup pusing dan tidak fokus saat menyetir. Hal itu yang membuat Nala semakin merasa bersalah.

Seperti biasa, Gara tidak banyak bicara ketika Nala bercerita. Ia duduk di sana sambil merapikan koper dan mengeluarkan baju bolanya.

"Lo dengerin gue, kan?" Nala menatap Gara sengit karena laki-laki itu kelihatan sibuk dan tidak memperhatikannya.

Gara masih tidak menoleh dan sibuk melipat baju. "Iya, gue denger."

"Gue harus minta maaf sama Bella, kan?" Nala berbicara sambil menuntut jawab dari sahabatnya.

Gara mulai gemas. Gadis bermata besar itu terus mengulangi pertanyaan yang sama sejak satu jam yang lalu. “Harus banget. Nggak usah pakai nanya lagi.”

Tidak lama setelah itu, Nala sibuk berkutat dengan ponselnya. Begitu ia selesai dengan ponselnya, gadis itu menunjukkan pada Gara kalau ia sudah mengirim pesan permohonan maaf pada Bella dan orang tuanya.

Setelah melihat pesan itu, Gara berpindah posisi dan duduk disamping Nala. Ia duduk bersandar di dinding. “Udah gue bilang ini kecelakaan, Bella juga nggak ngerasa kalo ini salah lo. Cukup sama rasa bersalahnya, ya. Perjuangan kita masih panjang. Kita pasti bisa nyelesaiin KKN ini.”

Nala mengganggu dan menepuk punggung Gara. “Makasih, ya.”

Jiwa jail Gara jadi terpancing. “Apa? Gue nggak denger?”

"Apaan?" Nala mulai kesal.

"Tadi lo bilang apa?" Laki-laki bermata sipit itu menaik turunkan alisnya.

Nala menghela napas panjang, kemudian menyipitkan mata sebelum ia berteriak, "Bodo amat!"

Jawaban gadis berponi itu membuat Gara tertawa. Namun, tiba-tiba wajahnya berubah serius karena ingat sesuatu. "Ngomong-ngomong, gimana kelanjutan lo sama Arka?"

Pertanyaan Gara yang satu itu mampu membuat Nala tersipu malu. Rona merah di wajahnya terlihat dengan jelas.

Gara menggeleng. "Elah, jawab, bukannya senyum-senyum."

Nala bergerak menjauhi pintu kamar yang terbuka. Ia berjaga-jaga kalau saja Arka bisa mendengar mereka. Nala mulai berbisik, “Kayaknya Arka suka sama gue, deh.”

Dahi Gara berkerut. Ia tidak menduga kalau pernyataan seperti itu akan keluar dari mulut Nala. "Kenapa lo bisa mikir gitu?"

"Waktu kami ujan-ujanan kemarin itu." Nala langsung cengar-cengir begitu ia sadar kalau kini Gara tengah memelototinya. Buru-buru ia mengoreksi kalimatnya. "Kemarin, waktu kami beli cat, Arka cerita kalo ternyata dia udah merhatiin gue dari zaman maba."

Gara semakin heran, tetapi ia tetap diam dan mendengarkan penjelasan Nala.

"Coba lo bayangin, Arka udah merhatiin gue sejak zaman maba dan katanya dia nggak berani nyapa gue walau pun kita sempet ketemu di banyak kesempatan. Rasanya, waktu itu gue dapat rezeki nomplok, tahu nggak?"

SNORLAX ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang