Suara tepuk tangan meriah mengakhiri seminar hari itu. Acara berlangsung dengan sukses. Sesi tanya jawab dipenuhi dengan antusias peserta, bahkan pemateri sampai meminta panitia untuk menunda penutupan. Acara seminar kali ini memang dipenuhi dengan orang-orang dari berbagai macam latar belakang.
Gara banyak menghela napas selama berlangsungnya acara tersebut karena Nala terus saja berbisik padanya.
"Pangeran Dua Ratus Rupiah gue, ganteng banget." Ini adalah seruan Nala ketika laki-laki berkulit pucat itu memberikan sambutan.
"Emang perhatian banget." Seruan kali ini terdengar ketika gadis itu melihat Arka bergegas menukar mikrofon yang bermasalah.
"Gila, sih. Sayang banget kalo dia nggak dijadiin suami, peka gitu." Celotehan Nala semakin random ketika pemateri mulai berbicara.
Nala selalu berkomentar untuk setiap gerakan kecil yang dilakukan Arka. Gadis itu benar-benar tidak bisa menahan segala seruan kagum yang ia lemparkan ketika Arka bergerak di sekitar panggung.
Tingkah Nala mulai semakin menyebalkan ketika ia meminta pendapat Gara tentang Arka. Laki-laki bertindik itu akhirnya menyerah dan memohon agar Nala diam. Namun, gadis itu masih saja melontarkan komentarnya meski volume suaranya sudah mengecil.
"Nyesel banget belum bisa kasih hadiah buat Pangeran Dua Ratus Rupiah gue. Menurut lo, gue kasih apa, ya? Tadi gue ketemu pas mau ke kamar mandi, terus saking gugupnya, gue nggak bisa nyapa. Menurut lo, dia inget gue nggak?"
"Gue bayarin juga, nih. Cuma perkara dua ratus perak doang, lo berisik!" Kalimat ini adalah teguran terakhir dari Gara dan hal ini berhasil membuat Nala diam.
Setelah seminar hari itu selesai, Gara baru menyesali tindakannya yang secara sukarela memberikan tiket seminar itu pada Nala. Gara jadi ingat bagaimana sulitnya ia mendapatkan tiket tersebut. Seminar kali ini diisi oleh salah satu pemateri yang menarik banyak perhatian mahasiswa karena itu, tiket acara ini sengaja dibuat terbatas untuk menambah kesan eksklusif.
"Gue dengar, sipil buat acara abis UAS nanti." Gara berbicara pada Sion dan Hawu yang berada di meja yang sama dengannya.
Laki-laki bertubuh mungil yang ada di samping Gara mengerutkan dahi, kemudian menatap laki-laki itu dengan tatapan penuh tanya.
"Iya, gue juga denger. Emang mereka mau buat acara." Sion yang masih sibuk dengan laptopnya menjawab tanpa melihat Gara.
"Katanya, si Arka jadi ketua pelaksana, ya?"
"Gue nggak tahu, sih." Sion masih menjawab tanpa menoleh.
"Langsung ke intinya aja, Bos. Jangan muter-muter, kejauhan." Hawu yang ada di samping Gara pun menggebrak meja karena tidak sabar.
"Hima kita dapet undangan. Jumlahnya maksimal sepuluh orang. Nama kita semua masuk, sih." Gara mencoba menjelaskan dengan caranya sendiri, tetapi ia tidak kunjung menyampaikan maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORLAX ✓
RomantizmQueenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan menyudahi pencariannya. Ia memilih satu laki-laki yang ia percaya bisa jadi jodohnya kelak. Laki-laki i...