Pertandingan babak penyisihan selesai dalam tiga hari. Kini, mereka tengah sibuk untuk mengatur area pinggir lapangan agar tetap aman untuk penonton. Pertandingan kali ini pasti akan memakan banyak tempat untuk penonton karena sudah memasuki bagian semifinal. Nala sangat kerepotan karena ia harus bertanggung jawab untuk bagian lapangan bersama dengan Arka.
Untungnya bantuan dari karang taruna kedua desa sangat membantu. Tenaga yang mereka miliki jadi semakin banyak. Pekerjaan mereka juga jadi semakin cepat. Tingkat kepusingan Nala jadi jauh lebih rendah karena ia bersama dengan Pangeran Dua Ratus Rupiahnya.
Nala berjalan menuju tenda panitia dan ia mendapati beberapa kursi panitia yang bergeser ke tenda lain. Dengan tingkat inisiatif yang tinggi, gadis berambut pendek itu langsung mengikat rambutnya tinggi, lalu menggulung lengan bajunya. Kemudian, ia berjalan untuk mengumpulkan kursi-kursi tersebut dan memisahkannya menjadi beberapa tumpukan.
Tanpa sadar, ada seseorang yang mengikuti pergerakan Nala. Laki-laki berkulit pucat itu langsung mengangkat tumpukan yang sudah Nala buat dan memindahkannya ke tenda panitia. Gadis berponi itu sempat tercengang, tetapi ia langsung tersenyum begitu matanya bertemu dengan mata cokelat milik Arka.
"Jadi terharu." Nala mengangkat tumpukan kursi lain.
Arka langsung mengambil alih tumpukan kursi yang diangkat oleh Nala, kemudian ia mencegah gadis itu untuk melanjutkan kegiatannya. Arka menahan Nala dengan gerakan tangan.
"Makasih, Ka." Nala berjalan di belakang Arka yang tengah mondar-mandir untuk memindahkan kursi. Tingkahnya kini sudah mirip anak bebek yang mengikuti induknya.
"Cie, makin nempel aja, nih, berdua." Hawu langsung meledek begitu sampai di tenda. Ia membawa beberapa botol minuman ke tenda panitia.
Begitu mendengar kalimat Hawu, Nala langsung salah tingkah. Ia tidak bisa berdiri diam di tempatnya. Matanya juga berusaha untuk tidak bertatapan dengan Arka.
"Kalo diliat-liat, kalian berdua cocok juga." Sion yang entah muncul dari mana, malah meramaikan ledekan tersebut.
"Dari dulu, gue emang udah ngerasa mereka cocok, sih. Gue yang bakalan kasih restu paling depan." Hawu menyambut umpan dari Sion.
Tidak lama kemudian, beberapa panitia mulai memasuki tenda untuk mengambil perlengkapan persiapan pertandingan.
"Kalo menurut kalian, gimana, nih, kalo Nala sama Arka cocok nggak?" Hawu sudah berubah fungsi menjadi kompor dengan api biru yang panasnya merata.
"Cocok." Seruan keras dari panitia membuat mereka terlihat kelewat kompak.
Nala yang sudah salah tingkah, kini semakin kebingungan. Wajahnya sudah menyerupai udang rebus. Ia hanya bisa menunduk malu.
Tanpa terduga, bukannya mengelak, Arka malah tertawa kecil.
"Tuh, udah direstuin sama banyak orang. Masa nggak jadian, sih?" Hawu yang memang sudah siap untuk menggoreng gosip antara Nala dan Arka, langsung menyerang ke intinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORLAX ✓
RomanceQueenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan menyudahi pencariannya. Ia memilih satu laki-laki yang ia percaya bisa jadi jodohnya kelak. Laki-laki i...