Matahari sudah hampir tenggelam ketika Nala datang ke fakultas teknik. Ia memilih untuk duduk di bawah pohon besar yang ada di depan gedung jurusan teknik mesin. Beberapa ekor kucing yang melewatinya tampak enggan untuk menghampiri, sepertinya ini dampak dari absennya Nala dari kegiatan perbudakan selama hampir satu semester terakhir. Bukannya Nala mangkir dari tugasnya, tetapi ia sibuk memperbaiki nilai kuliahnya dan kini ia juga sudah punya majikan baru di prodinya.
Kucing baru yang ada di prodi itu memiliki warna oranye mirip seperti Meong. Kalau menurut prediksi random Nala, mungkin saja kucing itu adalah saudara, saudara sepupu atau malah anak dari Meong karena hanya sedikit kucing di Universitas Jatayu yang memiliki rambut oranye. Gadis berambut panjang yang mengenakan jaket kebesaran itu sibuk memandang langit yang berubah menjadi kemerahan, tetapi perhatiannya tiba-tiba teralihkan karena ada makhluk dengan mata besar tengah memandangnya.
"Meong." Melihat kucing oranye itu membuat senyum Nala mengembang. Gadis itu langsung mengulurkan tangannya dengan hati-hati. Makhluk mungil yang hampir dua tahun Nala layani itu ternyata masih mengenalnya. Begitu tangan gadis itu mengusap bagian kepala, hewan berambut oranye itu langsung mengeong ramah.
"Senang ketemu lagi sama kamu." Gadis itu mengubah posisinya menjadi bersila dan menempatkan tas ransel besar yang sebelumnya ia kenakan di sampingnya.
Meong sibuk menggosokkan tubuhnya pada Nala. Kucing itu kelihatan merindukan budaknya yang satu ini.
Ketika Meong terus bergerak di sekitar Nala, gadis itu menyadari kalau ada kalung yang menggantung di leher Meong. Rasa penasarannya tidak bisa Nala tahan, gadis itu langsung mengangkat Meng dan melihat bandul yang menggantung di leher majikannya itu. Satu bandul kecil dengan inisial M menggantung tepat di tengah leher Meong.
Dahi Nala berkerut. Ia sampai mengecek bandul itu berkali-kali. Kepalanya dipenuhi pertanyaan tentang siapa yang memasang kalung kepemilikan pada Meong. Setahu Nala, semua kucing yang ada di sini adalah kucing liar. Ia juga sudah memperhatikan beberapa kucing yang melintas di dekatnya, tidak ada satu pun yang memiliki kalung seperti milik Meong.
"Kuin."
Begitu mendengar namanya dipanggil dengan tidak estetik, Nala langsung menghela napas. "Lo jangan ikut-ikutan kayak Gara, deh. Males banget nama gue diganti gitu."
Laki-laki berambut panjang terikat itu tersenyum dan langsung berjongkok di dekat Nala. Sion melihat gadis itu dengan tatapan penuh arti.
"Ngapain lo nyuruh gue ke sini sore-sore? Kalo lo mau bilang suka sama gue, sorry, sorry, aja, nih, ya. Lo udah bukan tipe gue. Walau pernah masuk list masa depan, lo udah sah jadi alumni calon masa depan gue."
Sion tertawa keras. "Lo emang selalu unik kayak ini, ya? Pantes Gara betah bertahun-tahun sama lo."
Nala langsung memincingkan mata. Gerakan tangannya yang mengelus Meong pun turut berhenti. "Gara betah bertahun-tahun sama gue? Kayaknya perlu dikoreksi, deh. Gue yang terpaksa betah temenan sama itu Kampret, bukan kebalikannya. Kesannya kayak menderita banget dia temenan sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
SNORLAX ✓
Roman d'amourQueenala selalu percaya kalau satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia pilih adalah pasangannya. Nala masih berusia 18 tahun ketika memutuskan menyudahi pencariannya. Ia memilih satu laki-laki yang ia percaya bisa jadi jodohnya kelak. Laki-laki i...