25. Penasaran Setengah Mati

38 8 0
                                    

Gara bergerak menjauh dari tempat berlangsungnya lomba untuk mengangkat telepon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara bergerak menjauh dari tempat berlangsungnya lomba untuk mengangkat telepon. Ia menghela napas berkali-kali setelah gadis yang meneleponnya terus mengatakan hal yang sama dan berulang-ulang.

"Kamu, ya, udah jarang banget hubungin aku. Sekalinya kamu hubungin aku, yang kamu ceritain cuma tentang Nala, Nala, Nala lagi!"

Seruan dari ponsel Gara mampu membuatnya pening.

"Lo sendiri yang nyuruh gue cerita tentang KKN. Gue udah ceritain tentang KKN gue dan lo masih marah-marah. Mau lo itu apa?" Gara jadi emosi.

"Aku minta kamu buat ceritain tentang KKN kamu, bukan tentang Nala! Asal kamu tahu, semua yang kamu ceritain ke aku, selalu tentang Nala. Nala beginilah, Nala begitulah. Jujur aja, kadang aku nggak tahu, kamu itu pacaran sama aku atau pacaran sama Nala?"

Gara menarik napas panjang. "Iya, terserah lo. Sekarang mau lo apa?"

"Bisa nggak, kamu nggak usah nyebut-nyebut nama Nala lagi setiap cerita ke aku. Aku nggak suka ada cewek lain yang selalu kamu ngomongin."

Gara memindahkan ponselnya ke telinga lain. "Nala itu bagian dari diri gue. Mau nggak mau, lo pasti bakal denger nama Nala dari gue."

Suara lawan bicara Gara meninggi. "Oh, gitu. Jadi, kamu tetap nggak mau jauhin Nala?"

"Gue kasih tahu, ya. Gue kenal sama Nala itu udah 5 tahun dan gue kenal sama lo itu baru 5 bulan. Tanpa lo tanya juga,  harusnya lo udah tahu gue milih siapa."

Ada jeda sejenak.

"Ya, udah. Kalo gitu, kita putus!"

Gara menyeringai. "Ya, udah. Kalo itu mau lo."

"Coba lo mikir, Gara!" Gadis itu langsung mengubah kata ganti yang ia gunakan. Kini ia sudah kembali lo-gue layaknya orang asing. "Lo beneran suka sama gue atau nggak? Kalo lo emang suka sama gue, lo pasti mau berjuang. Seenggaknya, lo berusaha buat bilang, 'iya'. Seenggaknya lo bilang, 'gue usahain'." Suara gadis di telepon Gara mulai bergetar.

"Gue nggak bisa, Di." Gara menjawab pelan.

"Itu artinya, lo suka sama Nala. Coba lo tanya diri lo sendiri, Gar! Siapa Nala buat lo?"

Gara terdiam. Ia mengepalkan tangan. Kepalannya semakin erat, hingga membuat buku jarinya memutih. Matanya bergetar. Ia berusaha untuk mengatur napas dan detak jantungnya yang sudah tidak karuan.

"Gue yakin, lo nggak sebodoh itu, Gar. Makasih buat waktu dan kenangan indahnya. Seenggaknya gue tahu perasaan gue. Gue sayang sama lo, tapi nggak membuat gue buta karena faktanya lo nggak sesuka itu sama gue."

Setelah panggilan tersebut putus, Gara mengacak rambutnya, kemudian ia menendang batu kerikil yang ada di depannya.

"Kenapa muka lo kusut banget gitu?" Hawu bertanya setelah menyusul Gara yang kelihatan uring-uringan.

SNORLAX ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang