Chapter 03

4.4K 356 14
                                    

Ziva turun dari mobil dengan lemas, wajahnya masih ditekuk. Ia diceramahi habis-habisan oleh Abinya. Ziva sangat lemas dan telinganya mungkin berdenging akibat ceramah yang tidak ada hentinya sepanjang jalan.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam. Loh, kalian kok pulang bersamaan?” tanya Nadia bingung saat melihat suami dan putrinya pulang bersama.

“Kami tidak sengaja bertemu di jalan,” jawab Jason tentu saja tidak mengatakan yang sesungguhnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana khawatirnya wajah Nadia saat tahu perbuatan putrinya diluar.

“Ziva, segera masuk kamar dan belajar!” perintah Jason dan Ziva hanya mengikuti kemudian salim kepada Uminya dan segera masuk kamar.

“Ada apa Bang?” tanya Nadia bingung.

“Tidak ada apa-apa Sayang,” balas Jason dengan tersenyum lembut agar istrinya tidak curiga.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mi, hari ini Ziva belajar kelompok dulu ya," kata Ziva yang sudah membawa ranselnya salim pada Nadia.

"Iya hati-hati. Sore-sore begini memangnya?" Tanya Nadia karena sebentar lagi sudah magrib.

"Iya Mi. Kan aku sudah izin kemarin, ini di rumah Naura!" Kata Ziva sambil menunjukkan chat yang menunjukkan percakapan singkat.

"Ya sudah hati-hati. Umi panggilin Bang Brian untuk antar kamu bagaimana?"

"Hah? Gak perlu. Bang Brian pasti sibuk sama santri. Bentar lagi magrib, aku berangkat sendiri saja."

"Apa tidak menunggu habis magrib?" Tanya Nadia kembali dan Ziva menggeleng.

"Aku dah telat nih Mi. Pergi dulu ya Assalamualaikum!"

Ziva buru-buru keluar. Ia segera mengambil motor dan keluar pesantren dengan cepat.

"Huh.... untung gak ada Abi. Kesempatan yang bagus tadi!" Kata Ziva kemudian langsung tancap gas.

Sebenarnya ia sudah bersekongkol dengan teman-temannya untuk membuat chat palsu.

Ziva kapok? Itu dihayalan kalian. Selagi ada kesempatan Ziva pasti akan berulah kembali.

Tidak lama ia sampai di tempat, seperti biasa mereka akan menyambutnya. Yah, anak tongkrongan ini sebagian juga temannya di sekolah. Ada juga yang dari luar, mereka biasanya mendapat taruhan yang fantastis dari mereka yang berasal dari luar.

"Ziva? Dia kesini lagi? Hah... kali ini ia harus dihukum," guman seseorang yang tengah duduk di kap mobil dengan memegang ponselnya memotret atau merekam sesuatu.

Dengan wajah datar orang itu kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi dari sana.

"Yey! Queen lo datang juga!" Kata Ancom dan Ziva dengan cepat mengangguk.

"Taruhannya berapa?" Tanya Ziva yang masih duduk di motor maticnya.

"60, agak turun. Anak sekolahan juga, tuh mereka dari kota sebelah," kata Hery menunjuk arah dengan tatapannya.

Ziva melirik sekilas, ada beberapa geng cowok dan cewek yang bergerombol tidak jauh dari mereka.

"Tapi kali ini agak beda," kata Ethan membuat Ziva bingung.

"Mereka maunya team. Kita harus pilih beberapa orang," balas Harold dan Ziva mengangguk-angguk.

"Jadi sama siapa gue?" Tanya Ziva melirik mereka.

"Gue aja, tadi sore motor gue dah di setting," kata Hery dan Ziva mengangguk.

"Gue juga ikut," balas Harold.

Masya Allah & AstaghfirullahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang