Setelah bermain dengan wahana-wahana yang seru dan tentu saja Ziva meminta pendapat Bagas terlebih dahulu. Sore ini mereka sudah kembali di jalan.
"Makan malam apa ya enaknya?" tanya Ziva sambil berpikir.
"Aku ikut sama kamu," jawab Bagas sambil tersenyum di sela-sela mengemudinya.
"Hem.... gimana kalau ke restorannya Mas Om? Aku pengen makanan Mesir, kangen!" kata Ziva dan Bagas tersenyum.
"Sesuai request."
"Lets go!" kata Ziva sambil mengepalkan tangannya dan di arahkan ke depan.
Bagas yang melihat itu hanya tertawa kecil, hingga beberapa saat mereka sampai di restoran milik Bagas.
"Jangan dibuka dulu," kata Bagas saat melihat istrinya hendak membuka pintu mobil.
"Lalu?" tanya Ziva bingung namun ia melihat Bagas membuka pintu mobil dan turun.
Ziva hanya mengikuti, ia melihat Bagas memutari mobil dari depan dan menuju sisi luar pintu sebelahnya. Tidak lama Ziva merasakan pintu sebelahnya terbuka, itu Bagas yang membukanya.
Pria itu tersenyum sambil mengadakan tangan. Melihat itu jantung Ziva berdegup dengan kencang, sumpah walau ini sudah sore namun ketampanan Bagas masih bisa dikatakan kuadrat, tidak belum kuadrat namun masih kubik.
"C'mon my queen," kata Bagas sambil tersenyum kecil.
'MAO PINGSAN!' jerit Ziva dalam hati, ini kenapa suaminya makin hari makin meresahkan. Ya Allah, tolong jangan buat Ziva terpedaya oleh wajah tampan itu.
'My queen gak tuh, MELEYOT...' batin Ziva yang kakinya sudah lemas, tadi pagi Bagas yang lemas sekarang gilirannya.
Sebenarnya Ziva ingin pingsan, namun kasihan Bagas yang sudah ganteng maksimal ini masa disuruh bawa tubuhnya yang pingsan.
'Gak adil dong kalau cuma aku yang dipeleyotin gini,' batin Ziva dengan gigih, sesekali ia juga mau buat Bagas baper, masa ia doang yang selalu dibaperin.
"Thank you my king," balas Ziva sambil tersenyum menerima uluran tangan Bagas dengan lembut.
'Gimana hah? Cantikkan aku?' batin Ziva melirik Bagas. Namun wajah sumringahnya langsung hilang karena Bagas masih tersenyum seperti tadi, tidak ada ekspresi bapernya.
'Dasar Mas Om gak berperasaan, malu dikit kek biar kelihatan baper. Jadi bad mood,' batin Ziva sambil menggembungkan pipinya.
'Masya Allah, lucunya istriku,' batin Bagas ingin tertawa melihat tingkah Ziva namun ia tahan, ia tidak mau Ziva berpikir ia mengejeknya.
Saat sudah di luar, baru Ziva sadar ternyata sedang rame ya? Maklum sih, dekat jam makan malam. Sebelum masuk mereka sudah disambut oleh pramuniaga.
"Pak Bagas? Ibu Ziva?" kaget pegawai saat melihat owner mereka datang. Walau agak kaget tadi melihat Bagas menggunakan baju seperti ini, biasanya kan owner mereka itu memakai baju yang sopan.
"Kami hanya ingin makan malam," balas Bagas sambil tersenyum.
"Iya hehehe, aku mau makan di sini," balas Ziva sambil memeluk lengan Bagas, seolah tidak mau suaminya kabur.
"Oh, kalau begitu saya antar," balas pegawai tersenyum sambil tersenyum. Keduanya berjalan dengan bergandengan tangan menuju meja yang kosong dan nyaman yang telah dipilihkan pegawai.
"Buku menu?" tanya Ziva dan pegawai itu memberikan buku menu yang sedari tadi ia bawa.
"Aku mau fattah, minumnya jus jeruk aja. Hem... dessertnya mau... basbousa deh, coba," kata Ziva kemudian meletakkan buku menunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masya Allah & Astaghfirullah
Teen FictionDiandra Zivana Athalla Candra, gadis berusia 18 tahun yang tiba-tiba merasa tersambar petir. Kenapa? Itu karena sang Abi, Gus Jason tanpa meminta persetujuannya menjodohkan ia dengan seorang pria yang sudah dikenal sebelum kedua orang tuanya menikah...