Chapter 26

3.3K 299 29
                                    

Setelah isya mereka baru pulang, kebetulan pas sekali Bu Nyai, Nadia, dan Ziva baru pulang, Kiyai, Jason, Revaz, Brian, dan Bagas juga baru sampai di ndalem.

Mereka salam terlebih dahulu kemudian masuk ke dalam rumah.

"Tumben Ziva kesambet apa ikut Nenek dan Umi?" Tanya Revaz kaget.

"Heh! Aku gini salah, gitu salah," kata Ziva kesal kemudian bantu ambil makanan dari dapur.

"Gak salah, cuma kaget saja," kata Jason juga agak terkejut sebenarnya.

"Sudahlah, jangan di dengarkan Ziv," kata Kiyai dan Ziva mengangguk dengan semangat.

Sedangkan Bagas tersenyum, akhirnya Ziva mau bergerak keluar. Ia juga bahagia melihat itu hari ini.

Kemudian mereka makan malam, tidak ada kejadian istimewa hari ini. Yah, bagi Ziva. Tapi bagi yang lain ini adalah hari istimewa Ziva keluar dari ndalem.

"Hari ini kamu ikut kegiatan pesantren?" Tanya Bagas saat mereka sudah berada di kamar berdua.

"Iya tadi habisnya di rumah sepi jadi ikut Umi sama nenek saja, masalah?" Tanya Ziva dengan ketus.

Bagas tersenyum keudian mendekat dan mengelus kepala istrinya.

"Sangat tidak, aku ikut bahagia kamu dapat bersosialisasi. Jadi tadi ngapain saja?" Tanya Bagas penasaran.

"Oh, cuma hafalan terus sholawat udah gitu saja," jawab Ziva jujur.

"Hafalan? Kalau begitu hari ini kita tidak hafalan saja dulu ya. Besok lagi saja," kata Bagas dan Ziva mengangguk.

"Mas Om baru pulang tadi?" Tanya Ziva penasaran.

"Habis magrib tadi, ke masjid sekalian juga jamaah," jawab Bagas dan Ziva mengangguk.

Sebenarnya Ziva mau ngobrol lebih banyak lagi, namun ia melihat Bagas sudah duduk di meja kerjanya dan tengah mengecek banyak sekali tumpukan kertas.

"Mas Om jadi Dospem ya?" Tanya Ziva penasaran.

"Iya, padahal aku dosen baru langsung disuruh pegang bimbingan," kata Bagas sambil tersenyum kecil sedangkan Ziva cuma lihatin saja.

Apa Bagas memang seberkompeten itu? Ia jadi penasaran bagaimana suaminya di kampus, tapi Ziva gak mau kuliah. Capek banget tau.

Lama menunggu Bagas, Ziva sampai ketiduran. Ia bosen, lihat HP gak ada yang menarik, akhirya perhatiin suaminya namun malah berakhir ngantuk dan tidur.

Bagas baru sadar saat jam sepuluh malam, ia kemudian melihat arah kasur. Di sana istrinya sedang tidur tengkurap.

"Kalau tidur seperti itu bangunnya nanti sakit," kata Bagas kemudian segera bangkit dan menuju ranjang.

Dengan perlahan agar tidak membangunkan sang istri, Bagas memindahkan posisi Ziva agar terlengtang. Ia juga memakaikan selimut.

Setelah memastikan tidur istrinya nyaman, Bagas tersenyum.

"Mimpi indah," bisiknya sambil mengecup kening sang istri.

Bagas hanya berani melakukan ini saat Ziva tertidur. Ia takut jika mereka melakukan skinship yang berlebihan, Ziva justru semakin takut padanya.

Tentu saja karena Bagas beranggapan ia sudah sangat dewasa dan Ziva yang masih anak-anak. Bisa dibilang ia mengasuh anak kecil.

Bagas tida ingin Ziva menjauhinya karena menganggapnya pedofil atau mesum. Maka dari itu ia berusaha mengikuti gaya gadis ini. Ia rela kembali menyetok baju dengan gaya anak muda, belajar naik motor dengan benar, mengubah gaya behasa dan banyak lagi.

Masya Allah & AstaghfirullahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang