Sore ini Ziva sedang rajin, ia menyentuh dapur. Kebetulan suaminya juga belum pulang. Bagas katanya pulang sekitar magrib, itu kalau tidak macet, yah mana mungkin tidak macet. Jadi, bisa dipastikan nanti Bagas akan pulang sampai rumah jam setengah delapan kalau tidak jam delapan. Itu sudah paling awal.
Jadi habis magrib ini Ziva menuju dapur. Tadi sore ia tidak sengaja menemukan salah satu resep masakan ayam yang simpel dan anti meledak dari reels. Sebenarnya itu menu ayam goreng tepung.
Karena di video tadi kreatornya bilang anti meledak jadi, Ziva inisiatif membuat. Juga, ia ingin memberi kejutan untuk suaminya. Bukan dalam rangka apa-apa sih, namun sesekali lah biar ia yang masak.
"Oke, ayamnya memang sudah dibersihkan Mas Om sih sebelum masuk kulkas. Jadi tinggal cuci saja, kan?" Ziva mengambil satu wajah ayam yang masih membeku. Ia siram dengan air mengalir dari wastafel.
Saat kemarin menemani suaminya masak, Ziva melihat Bagas merendam ayam cukup lama. Katanya lebih baik ayamnya dibiarkan sampai suhu ruang.
"Suhu ruang itu sama seperti suhu ruangan ini kan? Berapa derajat ya?" Ziva lalu mencuci tangannya dan mengambil ponsel. Ia mengecek suhu di laporan cuaca ponsel. Oh, 33 derajat.
"Sambil tunggu, siapkan bumbu marinasi dulu ah," katanya kemudian mencari video yang tadi sudah ia simpan.
"Oke... bahannya tiga sendok tepung terigu, garam, bawang putih bubuk, lada, cabe bubuk seikhlasnya... maksudnya? Kalau gak ikhlas?" kata Ziva kesal sendiri melihat tulisan resepnya.
"Ini maksudnya kira-kira bukan?" katanya kemudian mulai mengambili bumbu yang diperlukan. Tidak khawatir, soalnya di wadahnya sudah ada nama, Bagas itu memang orang yang rapi dan terbaik deh.
"Oke, segini..." Ziva tampak bangga setelah menuang-nuang dan campur aduk bumbu-bumbunya.
Setelah selesai dan mengembalikan lagi bumbu itu, Ziva kembali pada ayamnya. Ia menekan-nekan, sudah mulai lembek tapi masih dingin.
"Oh suhu!"
Ziva teringat, ayamnya kan harus suhu ruang. Jadi ia segera menuju atas, kamarnya. Ia mencari-cari di laci.
"Ketemu!" katanya kemudian turun kembali. Ia membuang air yang ikut dingin dari baskom ayam tadi. Kemudian menempelkan termometer pada daging ayam dan menyalakannya.
"Loh... masih 15 derajat?" kaget Ziva setelah termometer itu berbunyi.
"Jadi belum ya? Tapi kata kreatornya tadi rendam marinasinya satu jam. Gak apa ya, 15 derajat dulu nanti kan pasti hangat sendiri sebelum digoreng hehehe."
Ziva akhirnya menuang ayam itu pada bumbu marinasinya dan mencampur dengan sendok. Setelah selesai ia tutup wadahnya, katanya ditaruh di kulkas tapi ayamnya masih kedinginan, jadi ia taruh di meja dapur saja. Tidak ada kucing berkeliaran juga.
"See you habis isya ayam-ayam. Nanti kugoreng kalian hahaha!" tawa Ziva setelah cuci tangan kemudian langsung mengambil ponsel dan kembali ke kamar.
.
.
.
.
.
Setelah isya, ia kembali ke dapur dan mengecek ayamnya.
"Whats up my chicken-chicken!" monolognya dengan semangat sembari membuka menutup wadahnya.
"Em... aromanya belum digoreng saja sudah semerbak! Kebanyakan bawang putih deh keknya. Ah! Gak masalah, nanti jadi chicken-chicken garlic gitu konsepnya."
Setelahnya Ziva kembali membuka ponsel. Ia kembali melihat resep untuk tepung keringnya.
"Terigu, maizena, tepung beras? Oke! Baru tahu kalau beras bisa jadi tepung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masya Allah & Astaghfirullah
Novela JuvenilDiandra Zivana Athalla Candra, gadis berusia 18 tahun yang tiba-tiba merasa tersambar petir. Kenapa? Itu karena sang Abi, Gus Jason tanpa meminta persetujuannya menjodohkan ia dengan seorang pria yang sudah dikenal sebelum kedua orang tuanya menikah...