Chapter 32

3.3K 233 29
                                    

"Hallo assalamualaikum semua," salam Ziva saat memasuki rumah.

"Waalaikumussalam," balas yang lain kemudian tidak lama mereka bubar.

Sepertinya mereka baru saja berbicara deh. Tadi di luar ia bertemu Kakeknya dulu, lalu tadi saat ia masuk melihat ada Jason dan Brian yang sedang duduk berhadapan. Sepertinya baru selesai bicara deh.

"Aku keluar dulu, assalamualaikum."

Ziva bingung melihat sikap kakaknya, yah biasanya Brian memang pendiam sih, namun wajahnya hari ini terlihat aneh. Juga tumben abangnya itu tidak mengganggunya. Walau orangnya pendiem, tapi kalau gangguin dia sebelas dua belas sama Revaz. Tapi kali ini, malah melewatinya saja tanpa menyapa.

Walau bingung akhirnya gadis itu tetap masuk rumah. Dan duduk di depan abinya dengan penasaran.

"Ada apa Bi? Kok bawaannya semua tegang?" tanya Ziva penasaran.

"Kamu ketinggalan informasi nih," balas Jason membuat Ziva semakin bingung, informasi apa yang dimaksud?

"Informasi?" Ziva kembali bertanya dengan lebih penasaran.

"Tadi Kakek membahas perjodohan Abangmu," jawab Jason acuh kemudian lanjut melihat tabletnya sementara Ziva melotot.

"Perjodohan? HAH PERJODOHAN? SIAPA? BANG EVAZ? BANG BRIAN?" tanya Ziva semakin penasaran, bahkan sampai berteriak antusias bahkan sampai berdiri.

"Ziva, jangan berteriak seperti itu. Tidak sopan," kata Nadia yang datang dari dapur karena terkejut putrinya berteriak dengan keras.

"Ehehehe, maaf Umi. Habisnya aku kaget, syok, terkejut dengar kata perjodohan lagi." Ziva hanya tertawa kecil kemudian duduk kembali.

"Jangan di ulangi, itu tidak sopan. Apalagi pada orang tua," kata Nadia kemudian ikut duduk di samping suaminya.

Sementara Jason melihat istrinya duduk ia langsung mematikan tabletnya dan menaruhnya di meja kemudian fokus pada percakapan.

"Dengarkan Umimu," balas Jason dan Ziva hanya cemberut namun tetap mengangguk.

"Jadi siapa yang dijodohkan?" Ziva kembali bertanya soal perjodohan yang dibicarakan Jason tadi.

"Kakek menjodohkan Bang Brian dengan cucu sahabatnya," jawab Nadia dan Ziva terbelalak.

"Bang Brian?" tanya Ziva memastikan.

"Iya, sebenarnya ini sudah dibahas sejak kemarin." Kini giliran Jason yang menjawab dan Ziva semakin terkejut.

"Kok aku gak tau?" tanya Ziva tidak terima.

"Kamu gak pernah datang tuh, mana bisa tahu. Di rumah saja kayak kura-kura," kata Jason dan Ziva semakin kesal namun tidak bisa membalas karena itu memang benar sih.

"Yah, jadi bagaimana perjodohannya?" tanya Ziva mengalihkan pembicaraan.

"Yang peting tidak banyak drama seperti yang katanya jadi istri aki-aki," kata Jason sambil mengangkat bahunya.

"ABI!" jerit Ziva kesal.

"Sudahlah Abang jangan dibahas kasihan Ziva," kata Nadia sambil melerai keduanya.

"Alhamdulillah berjalan lancar kok, Bang Brian dan Ningnya tidak ada yang menolak. Mereka menerima," jawab Nadia dan Ziva hanya mengangguk-angguk.

Yah Abangnya itu memang kalem dan penurut sih, mau saja diarahin dengan mudah. Beda sama Ziva yang bar-bar, kata Jason dulu sifat mereka tuh kebalik kalau dilihat dari gender.

Kan, sifat yang paling cocok dengan gendernya itu Revaz sih, udah paket komplit. Ngeselin? Iya. Sombong? Iya. Jail? Iya. Jahat? Iya. Sok keren? Iya. Udah deh anak nomor satu itu diborong semua kepribadiannya Jason, minus nakalnya saja yang gak nular.

Masya Allah & AstaghfirullahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang