Setelah main-main, beberapa anak di tongkrongan ini juga mulai pamit karena malam. Entah mereka pamit untuk pulang atau pamit untuk nongkrong di lain tempat. Intinya jam sepuluh mereka mulai bubar.
"Eh, kita pamit dulu ya. Btw, tuh makanan tadi yang masih belum kesentuh diapain?" Tanya Ethan yang sudah bersiap mau pulang sekaligus anterin ceweknya.
"Oh..." Ziva menoleh pada kantung kresek yang berisi makanan belum dibuka sama sekali. Ia tadi juga heran kenapa Mas Omnya membeli makanan sebanyak ini.
"Sebenarnya tadi gak kepikiran, kalian pesan terlalu banyak," kata Bagas dan itu membuat mereka hanya tersenyum asam.
"Jadi, mubazir kalau sebanyak ini dibuang," kata Naura dan mereka mengangguk.
"Ha ah, mana ini semua masih belum kebuka sama sekali," balas Vanetta mengiyakan karena semua makanan itu masih terikat di dalam plastik.
"Bagikan aja. Tadi niatnya setelah ini kami juga akan membagikannya ke orang-orang," kata Bagas dan mereka mengangguk-angguk.
"Oh begitu... kalau gitu biar kita bantu aja nih. Ini banyak, biasanya jalan ke rumah gue banyak tunawisma jam segini," kata Erina dan mereka tentu saja megangguki.
"Eh, btw lo bukannya mau minta jemput? Apa mau ayah lo singgah-singgah?" Tanya Naila dan seketika itu Erina menepuk jidatnya.
"Gue lupa!" Kata Erina karena jika ia minta jemput ayahnya, pasti gak mau berhenti-henti.
"Belum minta jemput, kan? Gimana kalau gue anter aja? Kita searah," kata Hery menawarkan.
"Boleh?" Tanya Erina dan Hery mengangguk.
"Oke, kalau gitu nih bawa! Bye! Jangan sampai buat Eri kenapa-napa," kata Ziva sekalian memberikan beberapa plastik pada Erina.
"Kayak gak tau gue aja," kata Hery kemudian mulai menyalakan mesin motor.
"Kita pakit dulu ya! Makasih hari ini, Ziv makasih juga bawa pacar lo yang tajir traktir kit. Bye bye sayang-sayangkuh!" Kata Erina lebay kemudian mereka segera pergi.
"Astaghfirullah, tuh anak lebay amat. Kalau gue jadi Hery mah gak betah bonceng toa gitu," kata Ethan sampai ngelus dada, "eh kita juga harus pulang tadi cewek gue di chat camer!"
"Camer-camer your eyes!" Kata Ancom kemudian Naura juga membawa makanan tadi untuk dibagikan di perjalanan pulang.
"Eh, gue sorry ya gak bisa bantuin bawa makanannya. Abang gue dah jemput nih! Bye bye dulu ye!" Kat Naila kemudian segera pergi dan tidak lama mereka melihat gadis itu naik motor orang.
"Van, lo mau gak?" Tanya Ziva pada Vanetta.
"Gue bakalan bantu. Tenang aja, yok Rold! Kita pulang, sekalian anterin gue buat alasan ke Mama. To day terlalu to night," kata Vanetta dan Harold hanya memutar matanya malas.
"Gue balik dulu ye! Assalamualaikum!" Kata Vanetta sambil menaiki motor sepupunya itu. Sedangkan mereka hanya tersenyum.
"Kita balik dulu," kata Harold kemudian melajukan motornya pergi.
"Huh... yang bilang salam malah non muslim. Temen muslim gue Islam ktp semua," kata Ziva menghela nafas.
"Yaudah Ziv, gue pergi dulu ya. Thanks hari ini," kata Ancom menjadi yang terakhir.
"Oke, tihati. Lo gak mau bawa?" Tanya Ziva lagi.
"Gak deh, gue habis ini mau ke RS disuruh gantiin jaga sepupu," kata Ancom dan Ziva mengangguk kemudian memberikan satu bungkusnya.
"Dalemnya martabak. Buat temen lo cemilan di sono, dah terima aja," kata Ziva langsung naruh bungkusan itu di motor Ancom.
"Wah, rejeki nomplok. Makasih ya, bang Bagas gue duluan. Assalamualaikum!" Kata Ancom kemudian pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masya Allah & Astaghfirullah
Ficção AdolescenteDiandra Zivana Athalla Candra, gadis berusia 18 tahun yang tiba-tiba merasa tersambar petir. Kenapa? Itu karena sang Abi, Gus Jason tanpa meminta persetujuannya menjodohkan ia dengan seorang pria yang sudah dikenal sebelum kedua orang tuanya menikah...