Ziva masih menutup matanya erat, namun entah mengapa tidak terjadi apapun. Juga, getarannya berhenti walau ia merasa ada seseorang di sampingnya.
Perlahan membuka mata, Ziva terkejut karena Bagas sudah tidur di sisi ranjangnya.
Jadi dia menutup mata, gugup, sampai malu... lalu sekarang? Suaminya sudah tidur dengan santainya seolah tidak terjadi apa-apa?
Ingin rasanya Ziva berteriak di telinga Bagas sekarang. Ia sudah bersusah payah memakai lingrie yang tidak tahu di mana letak lubang kepala dan lengannya karena terlalu banyak.
Sekarang Bagas malah tidur?
Ziva kesal, hancur sudah moodnya. Ia kemudian beranjak menuju kamar mandi. Bajunya masih di sana.
"Dasar cowok gak tau untung! ARK!!! KESAL!!!" teriak Ziva saat berada di dalam kamar mandi.
"Huh... hampir saja aku kehilangan kewarasanku," gumam Bagas saat mendengar teriakan Ziva kemudian menghela nafas, saat ini tubuhnya masih menegang maka dari itu lebih baik ia pura-pura tertidur sampai benar-benar ketiduran.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Ini kenapa kok pada diam-diaman?" tanya Revaz karena pasutri baru yang sedang duduk di meja makan ini tidak ada interaksi sama sekali. Tidak biasanya, Ziva diam.
"Sudahlah, ini sudah siang. Kamu tidak berangkat kerja? Jangan jadi contoh yang buruk untuk bawahanmu!" kata Jason menengahi situasi ini.
"Tidak ada yang menarik di kantor," balas Revaz dengan malas.
"Biasanya juga bagaimana," balas Brian dengan acuh membuat Revaz ingin memukul adiknya saja.
"Benar kata Brian, bukankah sudah sejak dua tahun lalu kamu harusnya sudah biasa," kata Jason dan Revaz menghela nafas.
"Aku malas ke kantor karena Abi tahu sendiri bukan? Arcel saat ini sedang di Jakarta, aku malas. Jika dia datang ke kantor itu tidak akan ada hal baik," kata Revaz dan Jason hanya menggeleng.
"Loh, tumben Bang Arcel datang ke Jakarta?" tanya Ziva lebih tertarik pembicaraan ini dari pada memperhatikan suaminya. Masih kesal dengan Bagas.
"Loh, kamu tidak tahu?" tanya balik Nadia dan Ziva menggeleng.
"Memang ada apa Umi?" Tanya Ziva penasaran.
"Ada kabar gembira dari Kak Shasha yang baru saja hamil. Jadi keluarga Nugroho sedang berkumpul semua. Mungkin beberapa minggu. Kamu tahu Abangmu ini sangat takut pada CelCel," kata Jason sambil menunjuk Revaz.
"Abi! Siapa yang takut, aku hanya kesal dengan ucapan Arcel beberapa bulan lalu," kata Revaz sambil mengepalkan tangannya.
"Sudah sepantasnya bukan? Ingat, dalam bisnis tidak ada yang namanya saudara atau sahabat," kata Jason dengan malas. "Abi dulu juga menganggap Uncle Nathan kalian saingan bisnis."
"Huh...."
"Tapi yang penting hubungan kalian di kehidupan baik-baik saja," kata neneknya sambil tersenyum.
"Benar Ev, jangan mencampur urusan bisnis dengan pribadi," kata Nadia dan Revaz mengangguk.
Setelah sarapan selesai mereka semuanya bubar masing-masing. Kecuali Ziva yang masih main hp setelah bantu cuci piring. Tidak bantu cucinya, hanya bantu mengembalikan piring ke rak saja.
Kemudian dengan bosan ia melihat ponsel ponsel. Tiba-tiba Ziva melihat kakak sulungnya yang baru memakai jas.
"Tumben Bang belum berangkat?" tanya Ziva penasaran.
"Ganti kemarin lembur sampai malam," balas Revaz santai.
"Lah? Lalu kantornya bagaimana? Ck ck, CEOnya tidak bertanggung jawab sekali," kata Ziva sambil menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masya Allah & Astaghfirullah
Teen FictionDiandra Zivana Athalla Candra, gadis berusia 18 tahun yang tiba-tiba merasa tersambar petir. Kenapa? Itu karena sang Abi, Gus Jason tanpa meminta persetujuannya menjodohkan ia dengan seorang pria yang sudah dikenal sebelum kedua orang tuanya menikah...