"HAHHHH"
Ziva menghela nafas berat, gegara semalam, pagi ini ia tidak bisa bangun. Sekarang ia sedang di kamar. Kemana suaminya?
Tadi pagi Ziva menyuruh Bagas untuk masak bubur ayam. Iya, kalian tidak salah dengar, masak. Bukan beli.
Pagi ini Ziva ingin sarapan bubur ayam, namun Bagas sendiri yang harus membuatkannya. Entah Ziva tidak peduli kapan buburnya akan jadi dan apakah suaminya itu bisa masak bubur. Pokoknya semua salah Bagas!
Padahal yang nantangin kemarin siapa?
Biarlah, Ziva sedang kesal dengan suaminya itu.
Sudah terhitung dua jam Bagas belum kembali dari dapur. Yah, masalahnya menyiapkan bubur ayam dari awal, mulai dari buburnya, ayam suwirnya, goreng kerupuk, belum lagi kuah kaldu dan sambelnya.
Sedangkan Ziva, sedang enak-enakan di ranjang sambil main ponsel. Enak apanya! Tubuhnya sakit semua.
Sementara di dapur...
"Kurang apa lagi ya? Ayam sudah, kuahnya juga sudah, kerupuk, kecapnya sudah aku pisah, cakuenya juga sudah di potong, seledri juga sudah. Hem... sudah sepertinya," kata Bagas kemudian mengangkat nampan yang sudah penuh mangkuk besar dan kecil.
Yah, sejak habis subuh sampai jam delapan ini Bagas baru selesai berkutat di dapur. Ia tidak keberatan kok, memang ia yang salah semalam tidak tahu waktu. Yah, walau Ziva yang menggoda duluan.
Tidak lama ia sudah sampai di kamar, Bagas hanya tersenyum melihat Ziva yang sedang bermain ponsel itu.
"Baby... bubur ayam sudah siap," kata Bagas membuat Ziva menoleh dan meletakkan ponselnya, matanya juga tampak berbiar.
Tentu saja hal itu membuat Bagas bahagia, rasa lelahnya langsung hilang seketika.
"Ini Mas Om buat sendiri, kan?" tanya Ziva penuh selidik dan Bagas tertawa kecil.
"Tentu saja, tiga jam loh aku di dapur," balas Bagas sambil mencubit pelan hidung Ziva karena gemas.
"Suapin dong," kata Ziva manja dan Bagas tersenyum.
"Berdoa dulu," kata Bagas dan Ziva segera mengadahkan tangan kemudian membaca doa sebelum makan.
"Kamu mau seledri?" tanya Bagas dan Ziva mengangguk.
"Kuahnya segini cukup?"
"Tambahin lagi."
"Kecap?"
Ziva mengangguk.
"Sambal?"
"Gak mau!"
"Ya sudah, buka mulutnya, pesawat mau masuk akk...."
Ziva membuka mulutnya saat Bagas berkata seperti itu. Hingga tidak lama satu suapan mendarat di mulut Ziva.
"Em... enak," kat Ziva dan Bagas tersenyum.
"Terima kasih Baby," balas Bagas.
"Kok Mas Om yang malah makasih? Harusnya aku dong yang nyuruh," kata Ziva bingung.
"Kamu memuji masakanku itu adalah hal yang terbaik," balas Bagas dan itu membuat Ziva malu sendiri, kenapa senyum suaminya pagi ini lebih manis sih?
"Ya sudah, suapin sampai habis!" kata Ziva dan Bagas mengangguk dengan cepat.
"Yes my Queen," kata Bagas dan Ziva mengangguk-angguk.
Seharian ini mereka habiskan waktu untuk di rumah. Ziva juga ingin bermanja-manja pada suaminya. Kapan lagi ada kesempatan Bagas untuk libur, biasanya kan selalu sibuk dengan kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masya Allah & Astaghfirullah
Teen FictionDiandra Zivana Athalla Candra, gadis berusia 18 tahun yang tiba-tiba merasa tersambar petir. Kenapa? Itu karena sang Abi, Gus Jason tanpa meminta persetujuannya menjodohkan ia dengan seorang pria yang sudah dikenal sebelum kedua orang tuanya menikah...