CHAPTER 01

5K 391 2
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

Hari ini Pete benar-benar sial, ia sangat serius membaca di perpustakaan kampusnya hingga tak sadar jika malam telah tiba dengan gelapnya. Ia berlari dari ujung koridor kampusnya untuk menuju pagar utama yang masih terbuka, Pete berhasil keluar dari kampus dengan nafas yang terengah.

"Hahhhh... Akhirnya~~~" Ia berjalan cepat menuju halte bus dengan kaki mungilnya, bibirnya terus berucap semoga di halte bus masih ada bus yang tersisa untuk menuju apartemen miliknya.

Namun tanpa ia duga hujan turun membasahi kota bangkok yang terlihat sangat sunyi dan sepi, jam di tangan kirinya menunjukkan pukul 22.00 malam. Ia menggosok kedua tangannya untuk mengurangi suhu dingin yang menembus kulit putihnya.

Seseorang itu terus memperhatikan Pete dengan raut wajah khawatir, ia tahu jika Pete tidak tahan dengan dingin. Ia terus menahan dirinya dan akan selalu menahan dirinya untuk tidak menghampiri Pete.

Hingga akhirnya Pete menaiki sebuah bus, tapi sosok itu juga ikut naik kedalam Bus tersebut tanpa sepengetahuan Pete.

Pete duduk di kursi bagian tengah sedangkan seseorang itu duduk diam dikursi paling belakang agar dirinya bisa menjaga dan mengawasi miliknya, tanpa di duga Pete tertidur didalam Bus karna kantuk menyerangnya.

Seseorang itu hanya diam seraya duduk dan memperhatikan Pete dari jarak yang lumayan jauh. Didalam bus hanya terdapat 4 orang saja.

Seorang supir...

Seorang penumpang pria yang duduk paling depan...

Pete...

Dan seseorang itu yang senantiasa mengawasi kesayangannya dari jauh, hingga seorang pria yang duduk paling depan itu menoleh kebelakang dan melihat ada sosok yang sangat cantik tengah tertidur. Ia berdiri dan hendak berjalan pada sosok cantik itu, namun ia terhenti saat ada seseorang yang langsung duduk di sampingnya seraya memeluk bahu sempit sosok yang cantik itu. Dan tangan seseorang itu membawa kepala Pete agar bersandar di bahunya.

CHUP~~

Seseorang itu mengecup puncak kepala Pete dengan sayang dan mengusap bahu sempit itu seraya menghirup aroma yang sangat di rindukannya itu.

"Aku merindukanmu, sayang....." Gumamnya rendah bahkan hampir seperti bisikan yang sangat kecil.

.

.

.

.

"Polisi yang mempunyai bukti itu sudah dibereskan, sekarang tentang penjualan senjata kurasa bukan lagi masalah." Macau sedang duduk di depan pria tampan ifu.

"Phi, kau sejak tadi hanya diam bahkan hingga mulutku berbusa pun kau tidak akan menyahut dengan apa yang kukatakan." Macau menatap jengah Vegas yang sedari tadi meminum susu hangatnya.

Vegas menolehkan kepalanya melihat kearah Macau lalu mengangkat satu alisnya sembari menyeringai, "Aku tidak akan mengikuti perintah dari pria bau tanah itu, tidak tahu diri." Hal itu membuat Macau bingung.

"Maksudmu? Aku benar-benar tidak mengerti phi?" Macau mengernyitkan alisnya.

PLAKKK...!!!

Sebuah buku mendarat mulus dikepala Macau, "Aku jadi meragukan kalau kau yang terpintar di kampus..." Ucapnya sarkas.

Kinn menghela nafas kasar, "Vegas tidak ingin menuruti perintah ayahnya, ya walaupun Itu target yang sama tapi kedua niat itu sangat jauh berbeda." Ucap Kinn berusaha memberitahu maksud Vegas pada Macau.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang