CHAPTER 15

2.1K 208 9
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

Tn.Neonil tersenyum senang saat melirik pintu putih itu yang sedikit terbuka, ia menyentuh Earphone miliknya lalu berujar. "Kau habisi Venice, wanita jalang itu akan menjadi penghalang untuk kita."

Hanbil dengan seringai tajamnya langsung menendang pintu hingga pintu itu terbuka dengan sempurna, dan disinilah kedua orang saling menodongkan senjata api dengan masing-masing wajah tersirat amarah yang begitu besar.

"Kau sentuh dia, maka ayahmu akan menerima kepalamu." Wanita sexy itu menatap tajam pria brengsek yang berada di depannya.

"Hei bocah, kau tidak tahu apa masalahku dengan kakakmu. Lebih baik kau minggir daripada kau harus mati konyol dikamar ini."

"Aku? Bocah? Tapi gilanya lagi kau seakan—"

DOR...!!!

Tn.Neonil berhasil menembak Venice tepat di jantungnya yang mengeluarkan darah dicelah lubang itu, Venice melihat darah itu lalu tersenyum.

"UHUK...!!!" Darah keluar dari mulut Venice hingga mampu membuatnya hilang kesadaran dan jatuh di lantai dengan begitu cepat, ia tidak tahu jika peluru itu mengandung racun.

Tn.Neonil langsung menoleh kearah Pete yang rertidur dengan pulas, "Kau gendong dia, biar aku yang mengurus perempuan ini."

.

.

.

.

"Segala macam kandidat telah diupayakan, apa kau punya solusi untuk menyelesaikannya?" Gun menatap Kinn yang sedari tadi hanya bisa berfikir seraya menatap beberapa monitor dan investasi yang berada didalam ambang kehancuran.

CEKLEK...

Vegas masuk bersama dengan Kim di ruang pribadi ayahnya, Vegas bisa membaca situasi yang terjadi saat ini.

Vegas merasa tidak tenang selama berada di pertemuan milik ayahnya, Vegas berada di salah satu Caffe tempat minum kopi yang biasa menyewakan ruangan VIP mereka untuk mengadakan rapat besar-besaran ini. Selama ayahnya menjelaskan bagaimana kondisi perusahaannya, Vegas merasa dadanya berdebar tidak menyenangkan.

"Phi kau tak apa?" Macau mencondongkan tubuhnya kearah Vegas yang seperti gelisah dalam duduknya, tidak sekali Macau melihat Vegas mengernyit lalu menggelengkan kepalanya. Terlihat tidak tenang, sama sekali bukan Vegas yang seperti biasanya.

"Huh? Tidak apa." Vegas sendiri pun tidak yakin.

"Kau terlihat gelisah," Ucap Macau, "Apa kau marah dengan apa yang di presentasikan ayah karna perusahaannya mendadak turun dari kita berdua?"

"Tidak, hanya saja perasaanku tidak enak. Dadaku berdebar aneh ketika mengingat Pete dan Venice yang berada di rumah." Ungkap Vegas.

"Kau baru saja dari rumah kan, Phi?" Macau mengernyit.

"Ya, aku tadi dari rumah dua jam yang lalu. Pete dan Venice baik-baik saja, mungkin kopinya saja yang terlalu kuat jadi dadaku berdebar tidak enak." Ucap Vegas.

"Bisa jadi..." Macau membenarkan, salah satu efek dari kopi ialah jantung akan berdebar kencang. Tapi Vegas sudah biasa minum kopi dan susu butter, debaran ini benar-benar aneh. Debaran ini sangat mirip saat dirinya berada di sekolah dan pulangnya ia mendapatkan jasad ibunya yang termutilasi di meja makan.

Vegas berusaha konsentrasi selama rapat, berusaha bersikap profesional selama rapat berlangsung dan mengabaikan ponselnya yang bergetar sedari tadi. Selesai rapat, Vegas undur diri dulu memeriksa ponselnya yang tidak berhenti berbunyi. Ada nomor asing yang menghubunginya.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang