CHAPTER 10

2.7K 248 11
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

Tok... Tok... Tok...

Ny.Janyakorn mengetuk pintu kamar Pete, "Pete, buka pintunya. Aku ibunya Venice, buka pintunya jika kau masih menghormatiku seperti ibumu." Suara Ny.Janyakorn sedikit ia besarkan agar terdengar.

Tidak lama pintu itu kamar itu terbuka, Pete dengan keadaan berantakan dengan mata sembabnya membuka pintu untuk seorang wanita paruh baya yang tersenyum padanya.

"S-swaddhi k-khab..." Pete memberikan Waii pada wanita itu yang dibalas anggukan oleh Ny.Janyakorn itu.

'Demi apa, calon menantu Gun benar-benar imut dan menggemaskan.' batin Ny.Janyakorn berteriak dalam hati.

Ny.Janyakorn masuk kedalam kamar Vegas, dan menatap ke sekeliling ruangan ini. Masih sama seperti waktu terakhir ia memasuki kamar keponakannya itu.

"Pete, jangan seperti ini. Kasihan bayimu jika kau terus seperti ini, dia pasti kelaparan. Kau harus makan, aku akan membawakanmu makanan ya?" Kata Ny.Janyakorn dengan mengusap rambut Pete.

"Aku tidak mau makan, biarkan saja dia mati aku tidak menginginkan dia. Aku tidak peduli padanya." Ujar Pete dengan nada dinginnya.

"Apa yang kau katakan barusan?" Tanya Ny.Janyakorn dengan alis mengerut khawatir.

"Aku tidak menginginkan dia, biarkan saja dia mati." Jawab Pete seraya duduk di tepi ranjang yang diikuti Ny.Janyakorn yang ikut duduk disamping Pete.

"Kenapa?" Tanya Ny.Janyakorn dengan tatapan terluka, ia yakin jika Vegas mendengar ucapan Pete barusan maka Vegas pasti akan sakit hari ini juga karna hatinya akan sangat terluka.

"Aku tidak menginginkannya, dia akan menghancurkan hidupku nanti. Aku tidak mau orang memandangku aneh, hanya karna aku bisa mengandung. Aku ini masih normal dan ini tidak mungkin terjadi padaku." Jawab Pete dengan nada datarnya.

"Hanya itu? Hanya karna kau tidak menginginkannya kau mau membunuhnya? Aku bertanya padamu, apa salah anak itu? Apa dia bisa memilih akan tumbuh didalam rahim siapa? Apakah dia bisa memilih orang tuanya?" Tanya Ny.Janyakorn tapi Pete hanya diam.

"Dia tidak bisa memilih nak, mungkin sekarang kau akan dengan mudahnya berkata tidak menginginkannya. Tapi jika kau sudah kehilangan  dia kau pasti akan menyesal, tuhan memberikan itu sebagai anugrah untukmu dan tidak semua orang yang bisa memiliki anak. Dia bukan aib yang harus kau benci, kau memikirkan pandangan orang lain nantinya tapi kau tidak pernah memikirkan perasannya?" Tanya Ny.Janyakorn sambil menunjuk perut Pete.

"Aku tidak peduli padanya..." Jawab Pete.

"Anak itu tumbuh didalam rahim mu, dia satu nafas denganmu, dia itu satu aliran darah dneganmu, dia adalah darah dagingmu sendiri sayang, apa kau tidak memikirkan perasaannya jika saat ini dia bisa mendengar semua ucapanmu? Dia pasti akan menangis karna mendengar orang tuanya tidak menginginkannya. Jangankan dia kau juga pasti akan sedih jika orang tuamu sudan tidak menginginkan mu lagi." Ujar Ny.Janyakorn yang sedikit kesal dengan Pete, meskipun Pete berkata tidak suka bukan berarti dia harus berkata seperti itu.

"Aku berbicara semua ini bukan karna aku mengerti perasaanmu, aku tahu ini sangat sulit. Tapi aku hanya tidak mau kau menyesal seperti aku, aku berbicara seperti ini karna kau tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang anak. Mungkin kau akan baik-baik saja sekarang, tapi aku yakin jika kau akan menyalahkan dirimu sendiri. Kehilangan dia tidak akan sama dengan kau kehilangan Vegas, mungkin kau bisa kehilangan ayah dari anak itu, tapi aku yakin itu berbeda. Kau tahu kan apa maksudku?" Lanjutnya seraya masih mengusap rambut Pete.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang