CHAPTER 14

2.4K 209 21
                                    

Happy Reading

.

.

.

.

FLASHBACK ON

"Mae, Pete pergi dulu na..." Teriaknya pada snag ibu yang berada di belakang rumah sedang menyiram bunga.

"Ambil emas 7 gram sebagai uang jajanmu sayang, Mae tidak sempat mengambilkan mu uang." Ibu Pete menoleh lalu sedikit berteriak, lalu kembali lagi menyiram bunganya yang dia jaga seperti anak sendiri.

"Khab..." Jawab Pete yang berada di dalam rumah.

Pete adalah anak yang rajin, walaupun dirinya hidup serba mewah dan termasuk golongan yang sangat kaya namun Pete tidak pernah mau sombong atau angkuh di depan teman-temannya. Ia bahkan sangat ingin terlihat miskin di mata teman-temannya.

Pete tidak pernah merasa angkuh walaupun disekolahnya hanya dialah yang berasal dari keluarga sangat kaya, ia sempat mendapat cacian bahkan hinaan karna teman-temannya mengira jika dirinya adalah orang kaya.

Ia masuk di sekolah elit ini bukan karna uang dan kekuasaan milik ayahnya atau ibunya, tapi ia memasuki sekolah ini karna beasiswa yang didapatkannya saat lomba olimpiade kimia tingkat International.

Pete tidak pernah merasa sombong, meskipun ia masuk karna kecerdasannya Pete tidak pernah menyombongkan dirinya. Yang ada Pete sangat bersyukur karna bisa bersekolah tanpa mengeluarkan uang sepeserpun dan berakhir menyusahkan kedua orang tuanya yang memang sudah sangat kaya.

Baru saja dirinya menapakkan kakinya di lingkungan sekolah tatapan intimidasi dan tatapan benci dari teman-temannya sudah menghunus tajam kearahnya.

"Lihat dia, aku heran bagaimana dia bisa masuk di sekolah elit ini. Apa ibunya harus menjual tubuhnya agar anaknya bisa masuk kesini." Tawa para gadis itu pecah.

Pete hanya bisa menunduk mendengar caci maki itu dari beberapa temannya, bisa dibilang kalau Pete banyak yang membullynya habis-habisan.

BUKKK...!!!

Wanita sexy dengan gaya berandalannya menendang kaki Pete hingga terjatuh dan disitulah Pete di tertawakan oleh seluruh siswa yang lewat, wanita itu menarik rambut Pete hingga kebelakang dan memaksa Pete untuk mendongak.

"Kau pikir kau pantas berada di sekolah ini, huh? Dasar rendahan kau! Sudah miskin masih saja mau bersekolah disini, kau jual diri kalau malam?" Ejek wanita itu seraya melepaskan tangan di rambut Pete dengan kasar membuat pria manis nan cantik itu terhempas di lapangan basket.

Pria tampan yang berada di kelasnya lalu melihat kearah jendela melihat kebawah dan  sedang memakan sandwitch langsung berhenti mengunyah, matanya terus melihat apa yang terjadi dibawah sana.

Vegas menoleh, "Venice..."

"Khab phi?" Venice yang kebetulan datang meminta uang ke kelas Vegas langsung menyahut.

"Sini sebentar..." Setelah itu dia berbisik ke telinga Venice yang membuat Venice mengangguk lucu hingga poni coklatnya ikut bergerak.

"Khab..."

.

.

.

.

Bel pulang telah berbunyi, sudah saatnya para siswa dan siswi pulang ke rumah mereka masing-masing. Jam menunjukkan pukul 18.00, dan Pete pun sudah siap mengemasi barang-barangnya. Tapi belum selesai ia memasukkan barang-barangnya tiba-tiba teman sekelasnya menghampiri dan menendang mejanya.

Love In SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang