14. Can't Lie

1K 110 0
                                    

Besoknya Alice pergi pagi-pagi untuk membantu menyiapkan pemakaman Saera. Nyawa gadis itu tidak bisa diselamatkan karena kehabisan darah serta kerusakan pada jantungnya. Mereka terlambat menyelamatkan gadis itu hingga Alice kembali melakukan Selfharm semalam. Ini sudah kedua kalinya ia tidak bisa menyelamatkan korban.

Di dalam gedung pemakaman tidak terlalu banyak orang yang hadir. Hanya ia, kedua rekannya, Mr. Lee serta beberapa rekan polisi dari divisi yang sama dengan Mr. Lee.

Dongsoo tidak berhenti menangis dipelukan Mr. Lee. Alice yang melihat itu mengepalkan tangannya. Bulir-bulir air matanya mulai terjatuh perlahan.

Mianhae Dongsoo-ya.

Kimberly mengusap punggung Alice, perempuan berusia 26 tahun itu mencoba menenangkan Alice. Walaupun ia sendiri juga bersedih. Saera lalu dikebumikan ditempat  peristirahatan terakhirnya. Mr. Lee pamit duluan karena Dongsoo tertidur karena kelelahan mengangis.

Alice berjongkok kemudian mengusap nisan milik Saera. Mata dan hidung gadis itu sudah memerah.

Mianhae Saera-ya.

John mengusap kepala Alice yang berada dibawahnya. "Kau ke perusahaan?".

Alice mengusap wajah dan hidungnya lalu bangkit berdiri. "Eum, tolong antar aku".

"Nggak mau cuti aja? Kau keliatan lelah". Sahut Kimberly.

"Tidak apa-apa miss Kim. I'm okay".

"Baiklah".

Mereka bertiga kemudian berjalan meninggalkan area pemakaman lalu masuk ke dalam mobil John. Alice mengambil coat berwarna coklat yang tersampir dikursi mobil lalu memakainya, tidak lupa ia memakai maskernya untuk menutupi luka serta hidungnya yang seperti badut.

Sesampainya di SM Entertaiment, Alice malah satu lift bersama Jeno dan Jaemin. Mereka bertiga saling diam didalam lift.

"Aku tidak melihatmu dari pagi". Ucap Jaemin akhirnya.

"Ada urusan tadi diluar". Ucap Alice singkat. Mereka terdiam lagi sampai lift yang ditumpangi mereka berhenti di lantai tempat ruangan Alice berada.

"Aku permisi". Ucapnya keluar dari lift. Gadis itu segera memasuki ruang kerjanya.

"Alice-ya gwaenchana?". Jiyoon yang ingin keluar ruangan bertanya. Pasalnya tidak biasanya gadis itu terlihat lesu.

"Ne, gwaenchanayo eonni. Hanya sedikit kelelahan".

"Jangan terlalu memaksakan diri Alice-ya, kalau kau sakit segera beristirahat oke?".

"Ne, gomawoyo eonni".

Jiyoon mengangguk kemudian keluar ruangan. Alice duduk dikursi kerjanya lalu mulai membuka email-email yang masuk.

Bunyi suara pesan masuk membuat Alice membuka ponselnya. Gadis itu mendapat pesan dari Renjun, yang mengajaknya untuk makan siang berdua karena Alice berutang cerita padanya. Alice menyetujuinya dan membalas pesan itu dengan singkat.

Waktu makan siang pun tiba,
Alice melaksanakan shalat dzuhurnya terlebih dahulu lalu mengajak Renjun untuk makan siang di dapur kecil diruangannya. Dapur itu memang jarang digunakan jika untuk makan siang, biasanya orang-orang diruangannya memilih makan di Cafe SM atau makan diluar.

Renjun masuk keruangan dengan 1 kantong makanan ditangannya. Lelaki itu bilang, bahwa ia yang akan membeli makan untuk makan siang mereka. Alice setuju-setuju saja toh ia sedang tidak mood makan.

Gadis itu mengajak Renjun kedapur. Lelaki itu mulai mengeluarkan beberapa bungkus makanan yang terdiri dari Gimbap, Tteokbokki, Japchae, Ayam Goreng dan tidak lupa Eskrim sebagai makanan penutupnya.

[1] ZEE : The Twin's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang