22. It's Never Goodbye

1K 82 0
                                    

Malam harinya Alice mengemas semua barang-barangnya. Ia mengernyit saat melihat beberapa baju yang belum masuk di dalam koper karena isi nya sudah penuh.

Kayaknya harus beli tas satu

Alice pun memakai jaketnya kemudian berjalan keluar kamar. Ia mendapati Renjun yang ingin masuk ke kamarnya.

"Mau kemana?".

"Beli tas. Koperku nggak cukup".

"Jangan lama-lama".

"Hm".

Alice mengeratkan jaketnya saat ia melangkah keluar dari gedung dormnya, udara malam sangat menusuk kulitnya. Gadis itu membeli sebuah tas selempang berwarna hitam yang cukup besar setelah itu ia kembali ke dormnya.

Sesampainya di dorm, terdengar suara bersik dari ruang tamu. Sepertinya Mark, Haechan dan Chenle sudah datang. Mereka tadi yang terakhir recording jadi baru pulang sekarang.

"Noona dari mana?". Tanya Chenle

"Beli tas".

"Pasti kopernya nggak cukup kan?".

"Eum. Aku pamit beres-beres dulu".

"Setelah itu kesini ya noona!".

"Hmm".

Alice masuk kedalam kamarnya dan  mendapati Renjun tengah berbaring di kasurnya.

"Sudah?".

"Iya".

Alice kemudian merombak ulang isi kopernya. Barang-barang yang penting seperti buku-buku dan dokumen lainnya ia masukkan kedalam koper lalu sisa bajunya di dalam tas. Setelah selesai, ia duduk di samping kasur sambil membuka ponselnya untuk menchat John agar besok pagi untuk menjemputnya.

"Alice-ya".

Alice menoleh ke belakang, ia baru ingat kalau Renjun masih ada di kamarnya.

"Setelah kau pergi jangan lupa untuk sesekali mampir ke dorm".

"Iya, kau dan yang lainnya jaga kesehatan. Mungkin aku akan datang ke sini seminggu sekali".

"Oke, kau juga jaga kesehatan. Jangan sakit dan jangan sampai terluka".

"You too"

"Kajja kita keluar. Kita habiskan malam terakhir kau disini dengan bersenang-senang!". Renjun menarik tangan Alice keluar dari kamar menuju ruang tamu. Diruang tamu semua member telah berkumpul.

"Noona sudah selesai?"

Alice mengangguk.

"Oke!. Noona mau order makan apa?. Biar aku yang traktir". Ucap Chenle

"Terserah saja".

"Oke!".

Malam itu mereka membuat pesta kecil-kecilan untuk perpisahan Alice yang mana di selingi berbagai permainan membuat malam itu terasa sangat berisik sekaligus menyenangkan.

"Lama-kelamaan wajah kalian terlihat mirip". Tunjuk Haechan pada Renjun dan Alice.

"Ya, kan emang kembar. Wajarlah kalau mirip". Sahut Renjun.

"Iya tau. Tapi masih nggak nyangka aja".

"Hadeh, Haechan hyung ada-ada saja". Sahut Chenle

Pukul 1 pagi mereka memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing. Renjun kembali tidur di kamar Alice sambil memeluk gadis itu dengar erat.

"Renjun-ah kau memelukku terlalu erat. I can't breathe".

"Uh, sorry".

Renjun kemudian melepaskan pelukannya.

"Kau mau aku kirimkan foto orangtua kita?".

"Tentu saja!. Kenapa baru bilang sekarang?".

"Sibuk".

"Aigo".

Renjun bergerak mencari posisi nyaman untuk melihat isi ponsel Alice. Tanpa sengaja ia menyenggol lengan Alice membuat ponsel gadis itu jatuh mengenai bibirnya.

"Aw".

"Alice-ya mianhae!".

Alice bangun dari tidurannya kemudian mengecek bibir bawahnya yang mulai berdarah.

"Alice-ya jeongmal mianhae".

Alice tidak menjawab, ia bangkit menuju kamar mandi diikuti Renjun dibelakangnya. Alice kemudian membasuh bibirnya dengan air.

"Mianhae. Neomu apha?".

Alice menatap Renjun yang mulai berkaca-kaca. Pemuda itu pasti merasa bersalah.

Alice menghela nafas. "Gwaenchana. Ayo tidur, aku sudah mengirim semua fotonya".

"Maaf ya".

"Iya, sudah ayo tidur".

Pagi harinya pukul 9 Alice sudah siap untuk pergi. Kini semuanya sudah ada di ruang tamu. Renjun membetulkan topi baret yang Alice pakai membubuhkan kecupan di kening gadis itu.

"Jaga kesehatan ya".

"Hm". Alice memakai tasnya. "Baiklah terimakasih semuanya atas waktu serta tumpangan tempat tinggalnya".

"Seharusnya kami yang berterimakasih Alice-ya. Terimakasih sudah mau sabar menghadapi sifat kami dan juga selalu memberikan perhatian kepada kami". Ucap Jeno

"Noona kami juga berterimakasih atas semuanya".

"Thanks for everything, Alice-ya".

"Eomma gomawo, aku bakalan rindu banget sama eomma".

"Alice-ya terimakasih telah menjaga adik-adikku".

"Alice-ya, gomawo". Ucap Renjun memeluk Alice lalu member lainnya ikut memeluk mereka berdua. Alice hanya terkekeh saat mereka berpelukan dengan bertumpukan seperti ini. Lucu saja menurutnya.

Setelah beberapa detik mereka tampaknya tidak mau melepaskan pelukannya pada Alice.

"Ini nggak ada yang mau lepas pelukannya?".

"Eobseo". Sahut Haechan.

"Guys, i have to go".

Kemudian satu-satu dari mereka mulai melepaskan pelukannya.

"Sudah ya, aku pergi dulu. Jaga diri kalian baik-baik. Jangan sampai sakit dan terluka".

"Noona, noona masih ada urusan di Korea kan?. Kalau begitu berkunjunglah sesekali". Ucap Jisung

"Mungkin bulan depan noona akan berkunjung".

"Lama sekali!". Sahut Haechan, Renjun dan Chenle serentak.

"Kalau gitu lihat nanti ya. Kalau ada waktu aku bakalan kesini".

"Janji ya?".

"Iya". Alice lalu mendorong kopernya ke depan pintu. "Kalau gitu aku pergi dulu ya, bye everyone".

"Hati-hati noona!". Ucap Chenle dan Jisung bersamaan

"Jaga kesehatan Alice-ya!". Ucap Mark

"Bye eomma, saranghae!".

"Kabari jika sudah sampai tujuan!". Sahut Renjun

"Iya. Makasih ya semuanya".

Alice tersenyum lebar, ia sangat berterimakasih kepada semua member Dream. Hidupnya yang dulunya monokrom mulai berwarna semenjak bertemu tujuh orang dengan kepribadian yang berbeda-beda.

Alice melangkahkan kakinya keluar dari dorm. Mobil yang di kendarai John sudah menunggu di bawah.

Misi yang mereka tangani mulai menunjukkan titik terang. Mereka harus berhati-hati dalam mengambil keputusan agar misi mereka berhasil dan tidak memakan korban lagi.
Ya semoga saja.










End.

Thanks for reading this story
Sorry for the typo

[1] ZEE : The Twin's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang